Kisah dan Kenangan, Masihkah Abadi dalam Ingatanmu?

 


Ilustrasi, sempatbaca.com


 

Hidup tak selalu indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan


By : Masyhur, MS


Setiap kita pasti kangen, rindu, pada suatu tempat yang pernah kita datangi.  Apalagi jika suatu tempat yang kita datangi itu menyimpan sebegitu banyak kisah atau sederet kenangan.
Saya sendiri benar-benar merasakan pengalaman itu.


Sahabat pembaca bagaimana? Saya yakin, same like me. Ouh.wkwk. he.


Tadi siang, juga beberapa waktu lalu--saya berkesempatan mengunjungi tempat yang saya anggap menyimpan banyak kisah dan beragam kenangan itu.


Jauh sebelum rumah (tempat) itu seperti sekarang, tempat saya berbagi kisah dan cerita dengan seorang paman. Pamanku itu, suami dari adik orang tuaku, dalam hal ini bapakku.


Di luar keluarga (bapak, ibu, saudara, istri dan anak) sosok pamanku itu termasuk orang yang paling dekat denganku. Kita sering kali ngobrol dan menikmati waktu berdua. Kami duduk berdua membunuh waktu berjam-jam.


Bagiku, dia bukan hanya seorang paman tetapi lebih dari itu : paman sekaligus sahabat baik. Setia mendengar kisah dan cerita.


Kami sering menghabiskan waktu di teras rumahnya yang dipenuhi bejibun tanaman, bunga-bunga.


Saya sendiri tidak begitu heran puluhan jenis bunga dan tanaman memenuhi halaman rumahnya, sebab ia hobi tanaman 'bunga'. Selain memang itu adalah pekerjaannnya di salah satu hotel di Senggigi.


Saya belum pernah merasakan kedekatan seperti akrabnya saya dengan pamanku itu. Ia juga begitu. "Saya suka ngobrol dan menghabiskan waktu sama kamu," ujarnya suatu ketika.


Kini ia sudah tak ada lagi. Ia meninggal beberapa tahun lalu. Kisah itu, cerita itu, hanya abadi dalam ingatan.


Kepergiannya tak pernah kuduga secepat itu. Hatiku kacau. Perasaanku pilu. Benar benar aku merasakan kehilangan. Tapi, apa saya berlebihan. Mungkin benar apa yang diucap Paulo Coelho berikut , "Tidak pernah. Kita tidak pernah kehilangan orang yang kita cintai. Mereka menemani kita; mereka tidak menghilang dari hidup kita. Kita hanya berada di ruangan yang berbeda".


Kini, telah sekian tahun ia pergi, tak akan kembali. Tapi sepertinya, kehadirannya, benar benar masih kurasakan. Apakah dia juga merasakan apa yang dialami oleh manusia yang masih hidup? entahlah.


Sebagai suatu peristiwa yang telah kita lalui, kenangan adalah sebuah momen (respon terhadap perasan, pikiran, pengalaman) yang telah hilang. Ia berada tidak sebagaimana 'adanya' kita. Singkat kata, ia kehilangan eksistensinya. Tapi seringkali, orang-orang yang saat dia hidup dan berbuat baik terhadap setiap orang selalu menyisakan kenangan-kenangan abadi.


Kepuasan Bathin

Rasa rindu, kangen dan entah apa namanya, selalu mengundang sesuatu yang wah, yang kadang tak kuasa dan sulit dimengerti orang. Benarlah kata salah seorang pujangga, "tiada yang tahu hakikat rindu, kecuali orang yang memendamnya. Tiada yang tahu nilainya sesuatu, kecuali setelah ia terpisah darinya".


Apa yang diucap pujangga itu, seakan menghentak naluri kita ikhwal 'kerinduan' seseorang terhadap arti sesuatu yang dikenangnya itu. Saat kita merindui seseorang, secara tak langsung telah mendorong kita untuk meraup kepuasan bathin yang tak berkesudahan bernama : kenikmatan. Dengan kata lain, saat di mana pikiran dan perasaan atau bahkan emosi kita akan terus mendorong diri kita (my self) menghadirkan cerita-cerita. Dengan itu kemudian, seakan-akan pikiran-ego mengajak itu mampu mengulang momen itu. Sebuah momen di mana momen itu dianggap mampu memenuhi kebutuhan akan kenikmatan.
Kebutuhan akan kenikmatan adalah kebutuhan yang sangat mendasar. Entah mau diakui atau tidak, selama kebutuhan akan kenikmatan ini tidak diperciut maknanya terbatas pada kepuasan 'seksual' semata.


Begitulah rindu. Begitulah kisah-kenanganmu, ia akan memaksamu dalam kondisi sadar atau tidak sadar untuk mengenang, mengulang sekaligus menghadirkan kisahmu, kenanganmu secara nyata.


Tapi saat kita tersadar, tahu bahwa sosok yang kita ingat sudah tak mendiami bumi di mana kita tinggal, kita lalu menggerutu  begini : ah dia sudah tak ada. Orang-orang itu hanya tamu dalam kisah hidup kita. Kamu juga hanya seorang pendatang dalam kisah hidupnya.

Lalu, masihkah abadi dalam ingatanmu? Yang pasti kamu punya jawaban sendiri.


* penulis adalah blogger, penjual madu

Post a Comment

أحدث أقدم