Spirit Ramadhan dan Dunia Kita yang Serba Digital



Ilustrasi, sempatbaca.com


literasi itu tak lain penyulut semangat. Yang mana setiap orang bertransformasi dari teks ke konteks (realitas ; kebaikan). Endingnya, : mencipta masyarakat yang memiliki kemampuan berfikir kreatif


KAUM beriman tengah melaksanakan ibadah puasa ramadhan. Rasa syukur berlimpah ruah, lantaran semua kita bisa sua kembali dengan bulan penuh kemuliaan. Di mana bulan  ini, mengandung beribu 'berkah-kebaikan'.


Beberapa hal menarik dalam bulan Ramadhan. Yakni peristiwa turunnya ayat pertama dalam kitab suci Al-Quran kepada kanjeng nabi, yaitu perintah membaca.


Kemudian, pada bulan ramadhan, kaum muslim dianjurkan memperbanyak membaca Al-Quran. Aktivitas membaca, ini tentu mengandung dimensi sangat luas dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kata lainnya, sembari kita membaca Al-Quran, kandungan maknanya pun harus bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.


Di tengah gempuran teknologi yang mengejewantah pada budaya serba digital maka kemampuan Literasi mutlak dibutuhkan. Mengapa?


Ilustrasi, sempatbaca.com



Anda menyaksikan sendiri : zaman terus berubah, hidup terus berkembang. Kata Asyari (2002:10), hidup terus mengalir, seperti air dan berjalan secara dialektik. Sesuatu yang dulu kita amati biasa saja, telah menjelma 'mahluk' yang luar biasa. 


Kemajuan demi kemajuan kita raih. Bersamaan dengan itu, kita betul-betul merasakan manfaat dan kemudahan. Tetapi di baliknya, tantangan dan dampak negatif yang ditimbulkan sulit kita hindari.


BACA JUGA : Literasi Digital, melejitkan potensi anda


Realitas demikian seakan memaksa kita. Pun kemudian, suka tidak suka mesti turut menjadi bagian di dalamnya. Bahkan menuntut kita menjadi sesuatu yang tak terpisah. Jika menolak, setali tiga uang : kita semua tertinggal, tersingkir. Jika menerima, satu keniscayaan bahwa kita adalah orang yang mesti turut berkelebat di dalamnya. Kata lainnya, kita adalah : pelaku (subject). Lagi lagi, kemampuan literasi sangat dibutuhkan.


Makna Literasi

Bicara Literasi, itu kita bicara ikhwal melek : baca tulis.   Dalam konsep yang lebih praktis, literasi itu, adalah kemampuan untuk memahami dunia sekeliling, dunia yang terus maju dan berkembang. 


Kok harus literasi? Apa gerangan? Pasalnya, literasi adalah dasar. Ia kunci--yang siap membuka ruang dan dimensi ilmu pengetahuan. Dan literasi tak lain dan tiada bukan : ilmu pengetahuan itu sendiri. Tanpa skill literasi, kemajuan hanya harapan. Harapan 'perubahan' hanya mimpi, "di siang bolong". 


Kekuatan literasi, juga bisa diilustrasikan alat potong. Ialah dia yang memutus rantai kemiskinan, kebodohan. Juga keterbelakangan. "Maju tidaknya sebuah bangsa akan diukur sejauhmana budaya literasinya," demikian kata para cerdik pandai. Sejalan dengan itu, menarik untuk mengutip data UNESCO. "Bahwa negara negara miskin berbanding lurus dengan rendahnya budaya literasi bangsanya".


Literasi, Ekonomi, Kreatif

Literasi itu dibutuhkan di berbagai bidang. Dalam realitas kehidupan yang serba komplek saat ini, literasi tidak melulu tentang baca tulis, tetapi lebih luas dari itu. Artinya, seseorang harus memiliki modal 'pengetahuan' agar bisa--minimal hidup berkecukupan. Ambil contoh, Anda, mau study di luar negeri, anda harus memperkaya pengetahuan agar bisa tembus kampus-kampus mana yang hendak dituju. Anda mau jadi, pebisnis, tentu saja anda mesti punya ilmu 'literasi bisnis'. Begitu juga, hasrat atau keinginan anda terhadap hal-hal lain di luar itu.


Di bidang ekonomi, betapa pentingnya literasi itu. Seseorang yang memiliki literasi yang memadai di bidang ekonomi dengan mudah menentukan keputusan-keputusan yang rasional. Literasi di bidang ekonomi (keuangan) akan mengarahkan individu bijak mengatur keuangan. Tidak hanya itu, pelaku ekonomi, usahawan atau lainnya tidak serampangan, dalam menggunakan/menjalankan aktivitas sosial ekonomi. 


Spirit ramadhan saat ini, upaya individu memupuk dan mengembangkan literasi, yakni mewujudkan masyarakat yang suka membaca dan menulis. Literasi yang lebih kontekstual yang saya maksudkan di sini, adalah literasi sebagai upaya menyulut semangat individu, kelompok dan masyarakat untuk bertransformasi dari teks ke konteks (realitas). Jika ini mampu diikhtiarkan, endingnya : menciptakan masyarakat yang memiliki kemamampuan berfikir cerdas, progressif dan kreatif untuk mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk tujuan hidup yang maju dan berkualitas. Maka dalam konteks ini, menyitir pernyataan Penulis Inggris bernama Howkins esensi literasi adalah ide dan gagasan yang kreatif. Dengan ini kemudian, potensi yang ada bisa dikembangkan, peluang yang ada bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang bernilai (ekonomi). For what ? 


Tak lain bermanfaat bagi individu, keluarga dan masyarakat. Tujuan Dunia digenggam, akhirat pun digapai.


*) Penulis : Mashur, MS. Artikel ini penulis sajikan dalam kegiatan Safari Ramadhan Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis UNU NTB, tahun 2023

Post a Comment

أحدث أقدم