TGH Abdul Halim, Oase dari Sesela



Ribuan peziarah memadati dan memeriahkan haul akbar TGH Abdul Halim (ilustrasi, Sempatbaca.com)


Hingga hari ini, peringatan Haul, sosok ulama--oase dari Sesela ini masih ramai. Masyarakat tumpah ruah menghadiri puncak Haulnya


Berikut kisah lanjutan tentang pejuang sekaligus oase dari Sesela itu.


SALAH satu tradisi ulama ahlus sunnah waljamaah, selalu memastikan sanad-sanad ilmunya secara berkesinambungan dari guru-gurunya sampai kepada Rasululloh saw.


Demikian juga dengan almagfurullah TGH Abdul Halim. Maka berikut silsilah keturunan sanad keilmuan TGH Abdul Halim, yaitu : Allah swt kemudian Jibril as dan Rasululloh saw. Selanjutnya, Abdullah bin Umar, Salim bin Abdullah bin umar, Yahya bin Said, Imam Malik bin Anas, Imam As-Syafii, Imam Ahmad bin Hambal, Imam al-Hafid ad-Darimy, Imam al-Masudy, Imam Qadhi al-Marwazi, Imam Abil Khaeri, Imam izzudin bin abdulsalam; Imam Al-Asnawy, Imam ibnu Zahra; Imam ibnu Hajar Al-Haitamy ; Syekh Sihabuddin al-Qalyubiy; Syekh Jamaluddin al-Hafni; Syekh Abul Latif Sesela; Syekh umar Kelayu Al-Ampenani; TGH Abdul Halim.


Sepintas, jika menelisik bagaimana jejak perjuangan, karya dan pemikiran TGH Abdul Halim tidak cukup hanya menyebutkan satu bidang tertentu, malah sebaliknya, Abdul Halim secara tidak langsung telah menceburkan diri dalam dunia khidmah kepada masyarakat dalam beragam bidang. Tak lain dan tiada bukan tujuannya tentu saja: untuk kemajuan masyarakat, agama dan bangsa. Tulisan ini coba mengilas balik keterlibatan sosok Abdul Halim pada berbagai bidang; politik, agama (dakwah), pendidikan, sosial, ekonomi dan lingkungan. Juga bidang-bidang kehidupan yang lain.


BACA JUGA : Sepenggal Kisah TGH Abdul Halim


Perjuangan Abdul Halim dalam berbagai hal tidak bisa dipungkiri. Di bidang politik (siasat) misalnya bisa dilihat dari ilustrasi berikut. Bahwa sepanjang hidupnya TGH Abdul Halim telah mengabdikan diri bukan hanya untuk masyarakat di mana ia lahir dan tinggal, tetapi juga, selama hidup Abdul Halim juga berjuang untuk ummat dan bangsa, karena kiprahnya bersama-sama dengan masyarakat yang ada pada waktu itu, berjuang mengusir penjajah. Almarhum TGH Yasin mengungkapkan bahwa beliau TGH Abdul Halim bergabung bersama pejuang kemerdekaan untuk mengusir penjajah dari Nusantara, sejak beliau berumur 12 tahun. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa rasa nasionalisme pada diri Abdul Halim sudah tertancap kuat, terpateri  dalam jiwanya. Abdul Halim berjuang hingga dan sampai penjajah pergi dari bumi pertiwi, khususnya di Sesela pada waktu itu. Dahulu, pada masa penjajahan, Abdul Halim dua kali ikut serta melawan penjajah; pertama pada saat perang melawan Belanda sekitar tahun 1884, Abdul Halim dinobatkan sebagai ketua pasukan, sementara komandannya adalah Tabib Nurisah. Kedua, pada saat berperang melawan tentara Jepang, Abdul Halim dinobatkan sebagai ketua pasukan. Melihat peran yang dimainkan Abdul Halim, tentu bukan tanpa resiko. Resiko itupun kemudian sudah pasti sudah diketahui olehnya.


Dari sini dapat ditarik kesimpulan betapa sosok Abdul Halim cukup berperan mengusir penjajah saat itu. Dia berperan menebar semangat pengobar perlawanan penjajah yang hendak kembali menancapkan kuku bengisnya. 


Di bidang dakwah. Pada aspek ini, Abdul Halim adalah seorang pendakwah yang totalitas. Ia tak hanya sebatas menyampaikan ajaran-ajaran agama (secara doktriner), tetapi juga secara langsung mengajak dan membimbing masyarakat untuk melaksanakan kewajiban agama. Beliau juga banyak mengislamkan masyarakat pada waktu itu. Dengan bimbingannya banyak masyarakat menjadi taubat. TGH Munajib Kholid mengatakan, Sesungguhnya telah banyak orang-orang musyrik menjadi Islam, dengan bimbingannya, betapa banyak orang-orang yang berdosa menjadi tobat karena nasihatnya. 


Terkait bagaimana kiprah beliau di dalam kehidupan bermasyarakat, untuk membangun kehidupan yang religious pada masanya. TGH Abdul Halim, sosok dibalik dakwah yang bisa dibilang sebagai tokoh yang menekankan masyarakat pada waktu itu, untuk mendirikan sholat Jumat di Dusun Kebun Indah. Hal ini dilakukannya, karena pada waktu itu, hampir sebagian besar masyarakat tidak banyak yang melaksanakan dan mendirikan solat. Kalau terus dibiarkan, nanti kelak di kemudian hari, banyak masyarakat yang meremehkan dan cenderung tidak melaksanakan kewajiban sholat Jumat, terang TGH Munajib.


Dalam kehidupan sehari-hari, beliau mendorong warga untuk mau bekerja keras dan berusaha. Dengan kata lain, seseorang tidak boleh menjadi pemalas. Dalam konteks ini, menurut informasi yang diperoleh bahwa relatif banyak masyarakat yang sebelumnya pemalas, sesaat kemudian, berkat ajakan, nasehat dan dorongan masyarakat, orang yang malas tersebut, berkat rahmat dan karunia Allah, melalui nasehat dan ajakan tuan guru spontan orang yang pemalas menjadi berubah: rajin.


Selama hidupnya, TGH Abdul Halim dikenal masyarakat sebagai tokoh yang ramah dan lembut. Juga hidup sederhana dan apa adanya. Barangkali, ini pula yang membuat masyarakat pada waktu itu patuh dan bersikap segan terhadap tuan guru. Hal ini dibenarkan oleh TGH. Puaidi Jafar. Menurut pandangan TGH Puaidi dan alm TGH Yasin, beliau, TGH Abdul Halim adalah orang yang shaleh (orang baik) tidak pernah marah dan sangat lemah lembut. Ini menunjukkan bahwa TGH Abdul adalah tipe pria yang sulit marah. Sikap pendiamnya bikin seseorang menjadi sungkan. Nasehatnya yang mengandung petuah-petuah bijak dengan suaranya yang parau selalu membangkitkan semangat warga.


Di bidang ekonomi. Sehari-hari aktivitas TGH Abdul Halim selain berdakwah, memberikan pengajian, membimbing masyarakat, TGH Abdul Halim adalah seorang petani. Di lihat dari perspektif ini, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Abdul Halim memberikan sikap dan suri tauladan yang baik agar masyarakat memiliki sikap pekerja keras dan hidup mandiri. Profesi sebagai tani, merupakan profesi yang dilakoni untuk mencari nafkah, menghidupi keluarganya. TGH Munajib mengungkapkan bahwa TGH Abdul Halim menghidupi keluarganya melalui aktivitasnya menjadi petani. Dan aktvitas bertani ia wariskan kepada murid-muridnya. Beliau selaku sebagai seorang muballig, seorang ulama yang menghidupi keluarga sehari-hari dengan cara bertani. Ini gambaran bahwa sikap atau teladan tersebut diwariskan Abdul Halim kepada murid-muridnya sehingga beliau mendirikan kubu di tengah-tengah sawah di pinggir kali Meninting, di situ dia mengajarkan ilmu, kenang Munajib.


Di bidang lingkungan; irigasi dan infrastruktur. Pada bidang ini, Abdul Halim mampu melakukan terobosan yang luar biasa untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Aksi yang dilakukannya itu, di masa-masa beliau tentu tidak mudah. Dalam hal ini, beliau menginisiasi untuk membentuk saluran irigasi (suangai) yang saat ini lebih dikenal dengan sungai jembatan Meninting. Di satu sisi, gagasan ini dapat menghindari masyarakat pada waktu ituagar kawasan desa setempat tidak langganan banjir setiap musim hujan. Di sisi lain, pembentukan irigasi tersebut, untuk menjaga lingkungan dan air sungai relatif bersih kemudian bisa dimanfaatkan untuk masyarakat baik untuk keperluan hidup sehari-hari dan untuk kebutuhan warga yang sehari-hari bekerja sebagai peternak pada masa itu.


Menurut penuturan TGH Munajib, sungai Meninting itu diupayakan TGH Abd Halim untuk mengupayakan agar tidak terjadi erosi sehingga menyebabkan sejumlah hal penting di sekitar kawasan seperti kuburan, rumah warga tidak rusak. Cara yang dilakukan sosok Abd Halim, dimulai dengan menghubungkannya dari jembatan Belencong lurus ke Barat hingga Meninting. Ini terjadi sekitar tahun 1945 sampai dengan 1947.


Hal lain yang dilakukan Abdul Halim, yaitu di bidang infrastuktur. Di bidang infrastuktur ini, tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut keperluan masyarakat dan agama tertentu tetapi juga menyangkut kemaslahatan bersama. Abdul Halim semasa beliau hidup membuat jalan di Medas Bedugul. Inisiatif membentuk tentu agar supaya memudahkan masyarakat dan warga untuk berpergian ke suatu tempat. Selanjutnya, semasa hidup, Abdul Halim aktif terlibat dan bahkan mendorong masyarakat untuk membangun rumah ibadah (masjid) di kampung halamananya pada waktu itu.


Di bidang pendidikan. Karya Abdul Halim dalam bentuk tulisan-tulisan memang belum bisa ditemukan. Namun dilihat dari sepak terjang dan kepedulian beliau terhadap dunia pendidikan, pemikiran besarnya tergambar dan dapat dilihat dari perjuangannya mendirikan sebuah lembaga pendidikan (dulu asrama) yang sangat sederhana bernama An-Nadjah pada tahun 1919. Asrama An-Nadjah inilah tempat ia mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada seluruh warga terlebih dahulu dengan membentuk halaqah talim, halaqah pengajian yang diawali dengan mengajarkan putra-putri khususunya desa Sesela. Dari tahun ke tahun, keberadaan asrama ini makin diketahui keberadaannya oleh masyarakat. Dan tak heran kemudian mengundang orang untuk belajar, murid, santri Abdul Halim bertambah. Dari asrama inidi kemudian hari bermunculan tokoh, tuan guru yang melanjutkan estafet perjuangan setelah Abdul Halim tiada.


Dari peran-peran yang dimainkan Abdul Halim semasa hidup, menunjukkan bahwa, dia bukan hanya tokoh, tetapi juga pendakwah. Dia bukan hanya pendidik, tetapi juga tokoh pembangunan. Singkat kata, Abdul Halim adalah tokoh sosial, yang membawa perubahan bagi masyarakat Sesela khususnya dan NTB secara umum. 


Sebagai tokoh sosial Abdul Halim banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh pada waktu itu, seperti datoq Ibrahim misalnya. Persahabatan Abdul Halim dengan datoq Ibrahim cukup baik bahkan terpelihara hingga saat ini. Semasa Abdul Halim hidup, santri-santrinya didorong untuk lanjut menuntut ilmu ke Ponpes Islahuddiny (bersambung)

Post a Comment

أحدث أقدم