LBM PWNU Bedah Kitab Al-Fatwa Karya Kiyai Zulfa




KH Zulfa Mustofa saat menjadi pembicara dalam kegiatan bedah kitab yang ditulisnya (ilustrasi, sempatbaca.com)


Ngaji 'bedah kitab' ini sebagai upaya menyambung sanad keilmuan. Ngaji ini penting, biar anak-anak generasi muda kita move on dari qiroatul youtube ke qiroatul kutub.


SEMPATBACA.COM- Lembaga Bahtsul Masail PWNU NTB menggelar bedah kitab berjudul Al-Fatwa pada Selasa (29/3). Kitab yang dibedah tersebut ditulis salah satu pengurus PBNU KH Zulfa Musthofa yang juga merupakan zurriyat ulama yang sangat dihormati yakni KH Nawawi Al-Bantani.

Ketua PWNU, Masnun dalam sambutannya menyampaikan bahwa bedah kitab ini sebagai upaya menyambung sanad keilmuan. Tak hanya itu, anak-anak generasi muda kita diajak move on dari qiroatul youtube ke qiroatul kutub.

Masnun yang juga Rektor UIN Mataram itu juga mendorong anak-anak muda agar terus menulis. Sebab menulis adalah sesuatu yang sangat penting. Tapi sayang, lanjutnya, disuruh moto copy aja terkadang malas, apalagi generasi muda mau nulis.





Guru besar UIN Mataram Prof Miftahul Huda yang didapuk menjadi pembahas mengungkapkan bahwa kegiatan ini harus menginspirasi para santri untuk menulis dan tampil di depan publik. "Kehadiran Kiyai Zulfa akan menginspirasi kader-kader untuk tampil," ujarnya.

BACA JUGA : cuaca memupuskan harapan nelayan
Menurut kiyai Miftah, kitab yang ditulis Kiyai Zulfa bisa membntu kita untuk memahami aspek-aspek hukum. Di dalam kitab ini juga sang pengarang mendedah
konsep-konsep fatwa yang dilakukan para ulama di Indonesia. Dengan begitu, jelas Miftah, karya ini juga sangat membantu kita.

Kiyai Zulfa menceritakan bagaimana dia menulis kitab yang didiskusikan di kantor PWNU NTB.

Kata kiyai muda NU itu, "Saya menulis kita ini selama delapan bulan. Semua ditulis di masa pandemi".
Dijelaskannya, bahwa isi kitab sesungguhnya merupakan materi tambahan untuk pengajian rutin saya di beberapa tempat.
Dari kitab tersebut, pembaca bisa memahami bagaimana cara organisasi seperti NU, Muhammadiyah dan MUI mengkaji dan memutuskan perkara.

Masing-masing dari Ormas itu tentu ada perbedaan perbedaan. "Beda itu biasa saja kalo dalam masalah fatwa. Apalagi sesuatu yang sifatnya zhonni. Jangan pikir penyeragaman itu enak,"ujar pengurus PBNU itu.
"Jauhilah olehmu bersikap keras, ribut, sepele karena kebanyakan khilaf itu lafziyyah," terangnya.

Kegiatan bedah kitab Berjudul Al-Fatwa berlangsung khusyuk, sesekali penuh lelucon. Dihadiri oleh berbagai pengurus PWNU, PCNU, lembaga, akademisi, pimpinan ponpes dan lainnya.

Post a Comment

أحدث أقدم