Kunci Berbisnis dengan TUHAN






Foto: ilustrasi IPO, sempatbaca.com


Melalui input, proses dan luaran ini, kita bisa dengan mudah menilai bisnis kita itu sesuai kehendak Tuhan atau tidak


IPO. Kok IPO. Apaan ini?

Iya IPO ini akronim dari input-procces-output. Input itu (masukan), proses (bagaimana mempruduksi, membuat) sedang output itu 'luaran'. Yaitu sesuatu yang dihasilkan dari input dan proses tadi.

Dalam aktivitas sosial ekonomi memastikan IPO itu bukan hanya penting tapi harus.

Jika barang yang Input-nya, baik, maka Procces juga harus baik, sehingga output barang yang dihasilkan juga baik. Bila salah satu dari tiga hal penting itu keluar dari norma, ketentuan, nilai serta aturan ekonomi dalam Islam, maka hasilnya: kita tahu sendiri.

Seseorang yang bergelut di dunia bisnis (tetapi sebenanya, siapa saja), upaya memastikan tiga huruf ini: IPO, tak ada tawar menawar. Mengedepan satu aspek, sedang aspek lain dikesampingkan. Lalu, setali tiga uang: sama saja.

BACA JUGA : Manajemen dan Wawasan Entreprenuer Islami


Ambil contoh, seorang pedagang madu. Si pedagang ini mesti berikhtiar memastikan bahwa botol kaca yang dipakainya sebagai wadah madu ini baik dan peroleh dengan cara halal adalah upaya untuk menyempurnakan input (barang) yang diperolehnya. Jadi, ketika ada orang yang tertarik, lalu dil bertransaksi 'membeli' produk yang ia jual, insya Allah cuan yang didapati, ada jaminan halal, penuh berkah.

Ilustrasi pedagang madu itu, Itu adalah ikhtiar sederhana yang setidaknya harus ia perhatikan betul. Tentunya, berangkat dari kesadaran dia personal. Dia harus mampu berfikir untuk menimang-nimang, bahwa tidak semua perintah Tuhan bisa dilaksanakannya. Tidak semua sholat lima waktu sehari ikhlas ia kerjakan. Ia juga harus sadar, bahwa Boleh jadi semua pemberiannya pada orang lain penuh nuansa pamer. Juga ibadah yang lainnya. Dengan demikian, ia berupaya sekuat tenaga untuk merealisasikan sikap religius dalam aktivitas bisnisnya.

Kita bisa cermati, dari IPO ini, tampak jelas beda aktivitas sosial ekonomi yang didasari nilai religius dengan praktik ekonomi pada umumnya yang berorientasi materialisme belaka.

Ekonomi Islam berupaya menuntun pelaku ekonomi dalam seluruh tindakan manusia sebagai homo economicus, dengan dipraktikkannya nilai-nilai ekonomi Islam, bertujuan
menuntun pelaku ekonomi dalam seluruh tindakan senantiasa yang dibungkus hidayah rabbaniyyah. Sedang di luar itu tidak.

Anda bagaimana? Masing-masing kitalah yang yang tahu.

Lalu jika IPO nya tak koheren bagaimana?. Wadduh ini yang berat. Itu urusan anda sama Tuhan. Tuhan telah memaklumatkan dalam al-quran, salah satunya "celakalah orang-orang yg berbuat curang," (QS.al-Muthaffifin). Yang lain, "makanlah dari rizki yg halal lagi baik". Banyak lagi keterangan lain.

Saya sendiri, yang sedang belajar bisnis, selalu ingat sabda kanjeng nabi, "pedagang yang baik lagi jujur, kelak bersama nabi dan para mujahid yang berjuang di jalan Allah". Qaul baginda nabi itu, tentu, bikin saya semangat.

Semoga kita tetap istiqomah untuk mempraktikkan nilai-nilai agama yang kita yakini benar dalam seluruh aktivitas sosial ekonomi dan lainnya.

Singkat kita, jika jujur dalam hati bila kita hendak tahu, apa bisnis kita dengan Tuhan, sejalan atau tidak, kuncinya pada konsep IPO.


Tak ubahnya seorang yang merakit komputer, bila dirakit dengan benar supaya komputer bisa berjalan dengan sebaik mungkin. Jika salah merakit komponen komputer, maka sistem pengoperasiannya tidak akan berjalan baik. Luarannya pun, hasilnya tidak baik. Alhasil, menerapkan makna dan hakikat IPO, yang sesuai nilai keislaman, inilah: kunci berbisnis dengan sang pencipta.

Teruslah semangat hai para pedagang.  Berbisnis dengan Allah itu indah, tidak bikin kita merugi. Yang merasa rugi itu, hanya mereka yang tak mau patuh dan tunduk terhadap Islam.

Penulis: Mashur, MS
Penjual Madu, Koordinator Inisiatif Foundation

Post a Comment

أحدث أقدم