Pelajaran Dari Kiai Said dan Gus Yahya

 



betapapun tajamnya perbedaan pilihan tak menyebabkan peserta muktamar kehilangan arah dan pegangan


Muktamar NU ke 34 di Lampung secara umum berjalan lancar dan baik. Bahwa ada dinamika dalam proses suksesi kepemimpinan, semua orang juga tahu. Dan itu lazim dalam sebuah kontestasi.

Tapi yang menyenangkan bagi saya, betapapun tajamnya perbedaan pilihan tak menyebabkan peserta muktamar kehilangan arah dan pegangan. Perbedaan pilihan direspons sebagai sebuah kewajaran. 

Meski berbeda pilihan, mereka tetap saling menghormati satu sama lain. Pendukung Kiai Said (Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj) menghormati pendukung Gus Yahya (KH Yahya Cholil Staquf). Begitu juga sebaliknya. 

Para pendukung Gus Yahya misalnya sangat mengapresiasi kinerja Kiai Said. Mungkin karena itu LPJ (Laporan Pertangung Jawaban) Kiai Said diterima peserta muktamar dengan sangat baik termasuk di kalangan pendukung Gus Yahya.

Namun, rupanya sebagian besar pengurus NU menginginkan penyegaran di ruang eksekutif (tanfidziyah). Ingin suasana yang lebih fresh dan ingin ketua umum yang cukup stamina membawa bahtera NU ke cita-cita terjauhnya.

Maka, terpilihlah Gus Yahya yang usinya terpaut 13 tahun lebih muda dari Kiai Said. 

Banyak orang menyambut keterpilihan Gus Yahya ini dengan penuh suka cita sambil membebaninya dengan banyak harapan di pundaknya yang kecil.

Saya tak ingin ikut membebani Gus Yahya dengan harapan ini dan itu. Saya masih tenggelam menikmati momen indah, kemesraan Kiai Said dan Gus Yahya pasca pemilihan. Saya cukup menikmatinya karena itu pelajaran akhlak yang mahal.


Sabtu, 25 Desember 2021


Penulis : Abdul Moqsith Ghazali

Post a Comment

أحدث أقدم