Puasa dan Harapan Kita

 



By: MASYHUR*)

Tiga hari lagi, bulan puasa pamitan. Entah kita ketemu bulan puasa yang akan datang atau tidak, kita tidak tahu. Yang tahu hanya sang maha hidup yang menghendaki umur kita panjang sampai tahun depan.

Kalau umur kita dikehendaki Tuhan bertemu lagi bulan ramadhan tahun mendatang, syukurlah. Jika tidak, ramadhan tahun inilah yang terakhir.

Pengalaman puasa memang beda ketimbang di luar ramadhan. Selama menjalani ibadah puasa kita punya pengalaman masing-masing. Ada yang merasakan betul nikmat dan hakikat makna puasa. Ada yang biasa biasa saja saat menjalani ibadah puasa. Sebagian merasa ibadah naik satu tingkat di bulan puasa. Sebagian, ada juga yang sama sekali tak mengalami perubahan sedikit.

Bagi saya, puasa itu media tarbiyah. Setelah gemblengan berpuasa, diharapkan lahir pribadi unggul. Unggul yang saya maksudkan yaitu unggul dalam berbagai segi. Saya sebut beberapa contoh sederhana, kalau sebelum puasa kita masih sering bohong, minimal setelah menjalankan ibadah puasa sifat bohong bisa berkurang. Syukur syukur jika kita selalu berupaya untuk tidak berbohong pada sesama dalam laku hidup sehari-hari. Ini hanya contoh yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Contoh yang lebih universal misalnya; kalau sebelum bulan ramadhan kita masih sering abai terhadap nilai-nilai kehidupan, setidaknya pasca ramadhan nilai hidup dan kehidupan bisa diwujudkan pada sikap dan tingkah laku, bukan hanya pada sesama manusia tetapi juga terhadap lingkungan alam semesta.

Konsep saya memahami puasa ya sesederhana itu. Saya tidak mau susah dan bingung bingung memahaminya. Saya takut terjebak pada aneka ritual ibadah yang semu. Saya pun tidak mau apa yang saya lakukan masuk kategori ibadah pedagang dan ibadah seorang budak. Saya ingin berpuasa bahwa puasa itu ya puasa, bukan yang lain lain. Biar Allah yang nilai puasa saya. Saya ingin menjalankan puasa karena perintah Tuhan untuk dilaksanakan mahluk ciptaannya. Dan untuk melaksanakan ibadah puasa saya bermodal ilmu dan pengetahuan yang saya peroleh dari guru- guru saya. Saya ikut mereka karena guru-guru tempat saya belajar telah memahami aturan-aturan syariat yang mereka pelajari dari Al-Quran dan sunnah berikut sumber yang lain yang mereka pakai. Iya begitulah.

Dalam diam, kembali saya geleng-geleng, apakah tahun depan saya bisa bersua kembali dengan bulan penuh mulia ini. Semoga tahun depan kita bertemu kembali di bulan penuh hikmah ini. IYA BEGITULAH, semestinya kita berharap. Berharap bisa bertemu lagi dan membuat kita semakin bertambah religius.

*) Penulis: Belajar Menulis dan berkhidmat di Kampus Peradaban Bangsa.

Post a Comment

أحدث أقدم