Etika Islami dan Ragam Aktifitas Sosial Ekonomi

 


Foto, ilustrasi sempatbaca.com



Sah sah saja dalam bisnis kita memilih mana yang kita senangi, tapi jangan pernah lupa nilai-nilai etis dalam bisnis.

 

 

By: HELMI JAUHARI


Sore itu tampak cerah. Begitu lewat, saya mampir di salah satu aktivitas bisnis Pangkas Rambut. Lokasinya berada di pinggir jalan, tepatnya di dusun Sandik, desa Sandik Kec Batulayar. Lokasi pangkas yang saya kunjungi terbilang nyaman. Selain itu, lokasinya cukup strtageis karena dekat dengan jalan raya.Yang kita ketahui sepanjang jalan raya Sandik pasti ada aja tempat cukur rambut tapi saat ini yang aku kunjungi salah satu tempat favorit almarhum bapak saya.

Dulu, saya sering sekali ngantar bapak cukuran saat beliau masih hidup. Bapak saya sendiri, selain akrab dengan tukang cukur itu, ia juga merasa nyaman bisa cukuran di situ. Dan benar saja, kesempatan kali ini, saya sendiri yang mengunjungi tempat bapak sering cukuran dulu. Sejak bapak meninggal, saya memang sudah lama tak mampir di pangkas itu. Iya, seingatku, sejak bapak meninggal.

Sekian lama tak datang, saya melihat lokasi pangkas milik pria asal Dusun Tegal meninting itu, sudah beda. Banyak yang berubah. Tidak berlebihan jika saya bilang, lokasi pangkas ini sudah agak terlihat lebih wah.

BACA JUGA : Apapun Pekerjaan dan Profesimu, Syukurilah

“Usaha pangkas ini makin berkembangnya, kayaknya,”

Aku menggumam.

Saya juga melihat, pelanggan yang datang cukuran, bertambah banyak. Saat saya datang, beberapa waktu lalu, saya melihat—banyak juga pelanggan yang sedang antre ‘nunggu giliran dicukur”.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, usaha cukur ini kurang lebih sudah berumur 3 tahun. Berarti belum lumayan lama iya pembaca? Hehe. Pemiliknya bernama Sahban, akrab di panggil Bento. Bento sendiri, kini sudah memiliki dua jagoan.

Dalam menjalankan bisnis pangkas, Bento dibantu rekannya bernama Sadri. Bagi kebanyakan rekan-rekannya, naman Sadri kurang begitu popular. Justru sebaliknya dia sering dipanggil Gmed.

Kepada saya, saat tanya tentang awal mula buka usaha pangkas rambut, Bang Med menjawab, “Awal mulanya menggeluti bisnis pangkas, usaha jasa ini, karena sudah merasa agak jenuh, terlalu bosan dengan pekerjaan rutinitas kantor”.

Katanya lagi, saat-saat ini mencari pekerjaan itu agak sulit. Hal ini memang sangat dimaklumi, mengingat pandemi masih belum hilang. sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Lebih lanjut, ayah satu anak itu, menjelaskan, “Memang kita bisa tahu sendiri sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, banyak pekerja diberhentikan ‘PHK’. Di sektor pariwisata, banyak karyawan harus terpaksa berhenti karena tourist sepi. Apa yang disampaikan bang Med, dalam hemat kami, sangat tepat. Kondisi pandemic yang kita hadapi sekarang ini, memang cukup terasa sekali dampaknya terhadap semua sektor.

Kembali ke soal Bang Med. Dia, menekuni dan mahir cukur mencukur, sebermula karena memang sudah sejak lama. Mulanya bang Med sama sekali tidak bisa nyukur. Akan tetapi sebab bergaul dengan dan menimba pengalaman dari tukang cukur yang lebih senior, lama kelamaan akhirnya, Bang Med mahir. “Sering bergaul dengan orang yang mahir nyukur, dengan sendirinya kita bisa. Kitapun memiliki keberanian untuk mencoba,” ujar suami Rismayanti itu.

Kenapa Bang Med, memilih usaha pangkas (cukur rambut)? Dengan santai Bang Med menjawab, “Karena usaha cukur rambut tidak lekang oleh waktu, selama semua orang punya kepala pasti akan mencukur rambut. Ketika orang sudah nyaman dengan potongan rambutnya dia juga tidak akan pindah selera dan dia pun akan kembali. Dan usaha ini juga tidak akan mati semasih kita bisa mencukur rambut usaha ini tetap berjalan akan tetapi umurlah yang akan membatasi.

Bagi Bang Med, cukur itu bisa dikatakan seni. Kenapa? Cukur rambut juga ada seninya. Bukan sembarang nyukur rambut. Dia juga mengatakan ; Investasi tidak hanya sekedar uang akan tetapi ahlak dan moral juga, dengan berahlak baik maka semakin banyak orang yang menawari untuk kerjasama.  Oleh karna itu banyak orang yang berbisnis, namun peluang bohongnya. Uniknya, kalau bisnis pangkas ini peluang untuk berbohong hampir bisa dikatakan tidak ada. “Tidak ada. Kita lihat langsung bagaimana selera yang kita bila minta dicukur dan sebagainya,” jelas Bang Med.

Lebih jauh, Bang Med, mendirikan usaha pangkas dengan modal, Rp. 17.000.000 (17 juta). Sebagian dipakai untuk biaya peralatan, sebagian lagi untuk biaya sewa ruko. Bang Med cerita, “Ketika awal-awal buka usaha cukur rambut, enam bulan pertama, cari pelanggan itu, susahnya minta ampun. Saat kali pertama itu pula, sehari kita hanya memperoleh Rp. 20 ribu”. Namun demikian, lanjut pria murah senyum itu, seiring waktu pelanggan yang datang bertambah. begitu masuk tahun pertama, kian hari, kian banyak yang datang nyukur rambut. Seiring itu, pendapatan pun tambah meningkat.  

Bang Med juga mengungkapkan bahwa usaha pangkas yang dikelolanya pernah mengalami pasang surut. “Naik turun usaha itu hal biasa,”ujarnya.

Kisah yang saya dedah di atas setidaknya menggambarkan bahwa kehidupan kita tak bisa lepas dari aktivitas sosial ekonomi bisnis.

Ada yang profesinya jadi pembisnis di sektor barang. Ada juga yang jadi pembisnis di bidang jasa (sebagaimana kasus) yang saya ceritakan di atas.

Oleh karena itu perspektif ini, maka hakikat ekonomi Islam adalah untuk mencapai dan meraih apa yang

dikehendaki oleh tauhid itu sendiri. Maka dari itu konteks kekhalifahan ini dengan demikian menegaskan

peran dan fungsi manusia dalam kehidupannya secara umum dan peran manusia sebagai mahluk ekonomi, sebagai tugas yang lebih khusus dan bagian dari tanggung jawab yang lurus diemban manusia. Dalam hal ini peran praksis kehidupannya, manusia yang melaksanakan seluruh aktivitasnya tidak boleh kosong dari konsep tauhid(nir-theology).Selanjutnya bahwa ekonomi Islam didasarkan praktiknya pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi,maka tidak lain dari upaya manusia untuk mempedomani apa yang menjadi hukum Tuhan.Hal ini pula diperkuat oleh salah satu dari sekian banyak seruan Allah yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang didalamnya tidak ada keraguan terhadapnya (QS.Al-Baqarah:2).

Sah sah saja dalam bisnis kita memilih mana yang kita senangi seperti kasus yang saya wawancarai di atas. Tapi yang lebih lagi adalah setiap aktivitas bisnis: harus memiliki etika bisnis yang islami. Menurut

Velasquez (2005), menyatakan bahwa etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan tentang benar dan salah dan berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.Adapun menurut ahli etika bisnis yang dipaparkan oleh Steade et.al (1984) menyatakan bahwa etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.

Budi Untung (2012) menyatakan bahwa etika bisnis merupakan pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memerhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau sosial. Oh ya, mau nyukur kren, mampir saja di Pangkas Salute. Dijamin kren deh.

*) Penulis adalah Mahasiswa FE UNU NTB

Editor: Ayiq

Post a Comment

أحدث أقدم