Kekuatan Kata kata Spontan pada Anak

 

Foto: www.google.parent.ac.id 


Penulis : YUSUF TANTHOWI


DUA hari lalu saya mengasah atau menajamkan pensil dengan pisau cater. Pensil itu sengaja saya asah karena saya memang suka menandai lembaran buku yang saya baca menggunakan pensil, kadang juga menggunakan stabilo warna. Halaman buku yang saya beri garis bawah atau tanda coret dengan pensil menunjukkan tulisan itu penting dan pernah dibaca. 

Maka ketika membaca, saya selalu menyediakan pensil atau stabilo warna. Pensil dan stabilo saya pergunakan untuk memberi tanda atau warna pointer-pointer penting dan menarek yang ditulis dalam buku. Saya juga kerap menelusuri, menelisik, mencari gagasan, kesimpulan atau ide utama yang disampaikan oleh penulis dalam buku karyanya. 

Selalu ada perasaan puas dan senang ketika kita menemukan ide-ide penting, gagasan baru atau kalimat-kalimat mengugah dari seorang penulis. Kalau setelah membaca sekian halaman, kita tidak menemukan gagasan atau ide baru – membaca jadi membosankan dan dapat memanggil rasa ngantuk. Apa lagi kalau disajikan secara bertele-tele dan panjang. Kalau dalam membaca buku kita tidak menemukan hal baru, bacaan itu akan segera kita tinggalkan. 

BACA JUGA : Menyambung Sanad Bengkel, Dasan Geres dan Bagu

Selesai mengasah dan menajamkan pensil itu, saya lalu meletakkan diatas meja. Sesaat kemudian pensil itu sudah berada ditangan anak saya yang kecil, A’la. Ia lalu mencoret-coret meja tempat saya meletakkan pensil itu. Melihat itu saya spontan mengingatkan dan minta menyerahkan pensil itu kepada saya. Tapi ia tidak mau, malah menjauh dari meja. 

“Jangan nyoret-nyoret diatas meja, nulisnya pakai kertas aja ya. Nanti pensilnya patah” kata saya spontan.

Yang namanya spontan tentu saya tidak sempat berpikir atau memilih mana kalimat tepat yang harus keluar dari mulut kita. Padahal apa yang terucap itu sering kali terjadi. Apa lagi pada anak kecil yang belum bisa membedakan mana perbuatan baik dan mana yang bukan. Saya sering mengalami hal itu dengan anak-anak.

Dan benar saja, sesaat kemudian pensil yang baru saja saya asah itu patah. Padahal ketika tadi mencoret-coret meja didepan saya pensil itu saya lihat belum patah. 

“Itu kan patah, apa bapak bilang tadi” 

Anak saya lalu melihat pensil berwarna biru yang ia pegang itu. Karena ujungnya patah, ia lalu melepaskan pensil itu dihadapannya. Saya baru ngah, kalimat jangan yang saya pakai ‘menarek’, ‘meminta’ atau ‘memerintah’ agar pensil itu patah. Itu artinya, pilihan kalimat yang saya pakai mengandung tarekan negatif walau maksudnya baik (positif).    

Kalimat jangan yang sering kita pakai sering kali terjadi. Kekhawatiran yang kita sampaikan sering kali menjadi nyata, terjadi dihadapan kita. Kata-kata jangan yang sering kita sampaikan kepada anak-anak itu sering kali dimaknai sebagai perintah oleh mereka. Kalau kita mengatakan jangan, ia malah penasaran untuk melakukan hal itu. Ia selalu penasaran untuk mencoba, termasuk mencoba hal-hal yang kita larang.

Dari situ lah pentingnya kita hati-hati menggunakan kalimat yang tepat kepada anak-anak. Jangan sampai ketidak tahuan kita terhadap karakter dan kebiasaan anak-anak itu membuat kita seenak saja bicara dengan anak-anak. Anak-anak itu bisa melakukan apa yang kita minta, bisa juga melakukan hal-hal yang kita larang kepadanya.  

Satu sisi, kata-kata yang terucap itu berasal dari pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar itu punya kekuatan yang sangat besar yang bila disadari dan maksimalkan sangat terbukti mewujudkan sesuatu baik yang diinginkan atau tidak diinginkan terjadi. Apa lagi pikiran bawah sadar sifatnya netral. Apa yang kita ucapkan, pikirkan atau katakan bisa langsung terjadi, bisa tidak. Ucapan dan kata-kata yang dipergunakan menjadi cermin kondisi, perasaan dan pandangan seseorang. 

Coba saja teman-teman cermati dan ingat-ingat berbagai hal yang pernah anda alami. Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali kejadian atau pengalaman yang kita ucapkan, pikirkan dan khawatirkan terjadi. Tapi sebagian besar orang menganggap hal itu sebagai kebetulan sama. Untuk itu ia gagal mengetahui dan memanfaatkan pikiran bawah sadarnya. Mari sama-sama kita belajar mengenal, memanfatkan dan memaksimalkan fungsi pikiran bawah sadar yang dahsyat itu.[]

Post a Comment

أحدث أقدم