Sorban Milik TGH ABDUL HALIM (1)

 

TGH Abdul Halim (foto, ilustrasi sempatbaca.com)

Sosok TGH Abdul Halim, begitu akrab di telinga warga masyarakat Sesela. Beliau oleh masyarakat dikenal dan begitu dikagumi masyarakat, bahkan sampai sekarang nama beliau terus dikenang dan diperbincangkan. Terlebih lagi, beliau adalah sosok dibalik berdirinya Ponpes Al-Halimy, salah satu lemaga pendidikan Islam, yang banyak melahirkan tokoh dan tuan guru yang kini menyebar di sebagian wilayah di pulau Lombok..


SEMPATBACA.COM- Sosok TGH Abdul Halim, sangat akrab di telinga warga masyarakat Sesela, khususnya, Sesela Kebon Rusa. Beliau oleh masyarakat dikenal dan begitu dikagumi masyarakat saat itu, bahkan sampai sekarang nama beliau terus dikenang dan diperbincangkan. Terlebih lagi, beliau adalah sosok dibalik berdirinya Ponpes Al-Halimy, salah satu lemaga pendidikan Islam, yang banyak melahirkan tokoh dan tuan guru yang kini menyebar di sebagian wilayah di pulau Lombok..

Rasa kagum warga setempat saat itu—begitu halnya para murid-murid tuan guru, tidak terlepas dari sikap ramah dan lembut sosok seorang Abdul Halim.

Salah seorang tokoh, TGH Fuaidi Jakfar salah satunya, pernah menuturkan, “Sosok Abdul Halim itu orangnya lembut dan santun”. Kata beliau, hampir dalam kesehariannya TGH Abdul Halim tak pernah saya lihat marah. Dia orangnya lembut.

Sikap lemah lembut itu, tentu suatu keistimewaan. Satu sikap positif yang tentu saja terpateri dalam diri figure alim bernama TGH Abdul Halim.

Tentu sudah jadi tradisi, bagi orang yang sudah berhaji, dalam diri kpribaian seseorang itu, melekat peci putih dan sorban yang saban hari dipakai. Sama halnya dengan TGH Abdul Halim.

Cerita unik pernah dituturkan salah seorang yang pernah dekat dengan beliau.

Suatu hari, saat itu, ada sebagian anak-anak muda yang sedang asyik main kartu (main dom, bahasa sasak), bahkan sebagian di antara mereka ada yang sistem mainnya taruhan, jika cenderung untuk tidak menyebutnya main judi. Sejumlah anak muda itu, bermain di pinggir-pinggir sawah.

Saat asyik bermain, beberapa orang di antara mereka melihat helaian sorban dikipas-kipas. Mereka meyakini, bahwa sorban itu, milik TGH Abul Halim, spontan anak muda dan warga yang bermain kartu saat itu berlarian. Mereka sepertinya malu, tidak enak dilihat oleh sang tuan guru menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, bahkan sia-sia (bersambung-redaksi).

Post a Comment

أحدث أقدم