Kisah Novelis Elizabert Gilbert Menemukan Wajah Islam di Lombok
By: YUSUF TANTHOWI
SEMPATBACA.COM- POTONGAN video wawancara Oprah Winfrey dengan Elizabert Gilbert, penulis novel best seller, “Eat, Pray, Love” asal Amerika Serikat sedang viral. Banyak orang membaginya dimedia sosial. Sudah puluhan ribu kali ditonton, padahal video talk show Super Soul Sunday yang dibawakan oleh Oprah Winfrey itu cukup lama tayang. Saya sendiri sudah melihat video itu dua minggu lalu.
Dalam video itu, Gilbert mengungkapkan pengalaman tak terlupakan saat berada di sebuah kampung nelayan miskin di Lombok. Entah apa nama kampung yang dimaksud dan terletak di Lombok bagian mana ¬- ia tidak sempat menyebutnya. Siapa nama perempuan itu dan di mana ia tinggal akan menarik diketahui oleh publik. Yang jelas kampung nelayan miskin itu berada di sebuah pulau yang alat transportasinya becek, listriknya menggunakan mesin desel.
Novel, “Eat, Pray, Love” terbit tahun 2016, terjual 10 juta copy di seluruh dunia. Empat tahun kemudian kisah yang dialami Gilbert itu diangkat dalam bentuk film dengan judul yang sama seperti novelnya. Di bintangi artis kenamaan Hollywood, Julia Robert dan mengambil salah satu lokasi syuting di Bali.
Ia traveling ke Italia, India, Bali dan Lombok untuk menghilangkan setres yang ia alami. Kalau di Bali ia bertemu Ketut Liyer, seorang dukun yang bisa membaca garis tangan, di Lombok ia bertemu seorang perempuan yang mengenakan jilbab. Pertemuan dengan perempuan itu ternyata telah mengubah pandangannya tentang Islam dan cara menghadapi depresi berat.
Kepada Oprah, Gilbert bercerita saat berada di Lombok ia sempat mengalami mual, dehidrasi dan keracunan makanan. Mungkin ia salah makan atau makanan yang ia makan tidak cocok dengan perutnya. Bisa jadi juga dampak depresi berat yang ia alami. Kondisi itu menyebabkan ia tertekan dan ketakutan. Apa lagi tidak ada seorang pun yang ia kenal didaerah itu. Tiba-tiba seorang perempuan yang tidak ia kenal dan tidak tahu namanya datang menolongnya membawakan makanan, obat dan air.
“Kala itu saya berada di Indonsia. Saya sedang mengalami perceraian yang begitu mengerikan diusia 31. Saya sangat tertekan. Saya putuskan pergi kepulau kecil ini dan menjalani 10 hari untuk menyendiri dan berdamai dengan diri sendiri karena saya begitu malu dan menderita”.
“Saya putuskan untuk tidak berucap satu kata pun selama 10 hari. Saya tidak kenal siapapun dan berjemur dipantai dipulau nelayan kecil yang miskin di Lombok, Indonesia”.
“Saya mengalami keracunan makanan yang parah. Rencana saya adalah keliling pulau kecil ini setiap hari. Lalu ada seorang perempuan muslim”.
“Maksud saya dengan pulau miskin adalah apa yang nelayan ini tangkap dipagi hari adalah apa yang dimakan pada malam hari. Dan perempuan ini biasa melihat saya berkeliling selalu meletakkan tangan didada sambil tersenyum kearah saya ketika saya melintas. Saya pun melakukan hal yang sama”.
“Saya sangat mual dan diam dikabin, dehidrasi, ketakutan. Saya kira saya kena malaria. Jauh dari orang yang saya kenal. Dan perempuan ini datang dan mencari saya”.
“Nampaknya dia perhatikan kemarin saya dalam kondisi kurang sehat. Tapi ketika dia tidak melihat saya berkeliling seperti biasa, dia datang dan mengetuk pintu”.
“Melihat saya demikian, dia memberi isyarat seperti ini (mengacungkan telunjuk kanannya), lalu ia kembali sejam kemudian dengan membawa makanan segar dan air putih untuk saya”.
“Saya mulai menangis dipelukannya. Dia merangkul saya seperti anaknya sendiri. Menenangkan dan merawat saya”.
BACA JUGA ARTIKEL YUSUF TANTHOWI :
Berkenalan dengan Gambar ala Santri Pondok Naga
Anda tahu siapa namanya ? tanya Oprah
“Saya tidak tahu”.
“Dia adalah penilaian saya pada Islam. Apapun kata dunia tentang islam. Dia adalah pandangan saya tentang Islam”.
“Oh my god”.
“Itu lah kebaikan terbesar yang saya terima dalam hidup karena dia tidak ada hubungan apa-apa dengan saya, tidak pula berhutang apapun dengan saya”.
“Ini benar-benar kuasa Tuhan melalui kemurahan hati seseorang”
“Waw..” ucap Oprah tercengang dan kagum.
Kisah mengagumkan tentang makna kebaikan yang tulus dari seorang perempuan muslim di Lombok.
إرسال تعليق