By : BAIQ SUHAERA
Ekonomi Islam diyakini mampu menjawab tantangan-tantangan ekonomi di masa mendatang dengan segala permasalahannya. Salah satu partikulasinya, ekonomi Islam memiliki landasan tauhid dan kesatuan umat, di mana semua institusi, perangkat, sistem dan prosedur serta variabelnya harus dijalankan dan diatur dan dikelola untuk sebesar-besarnya kepentingan dan kemakmuran umat
SEMPATBACA.COM-
Jika ada pernyataan: “Ekonomi Islam memiliki masa depan yang mencerahkan” Saya pikir,
itu bukan pernyataan yang sifatnya membual. Juga khayalan semata. Mengapa?
Pasalnya dari sisi konsep, ekonomi Islam jauh lebih
unggul bila dibanding sistem/konsep ekonomi yang lain.
Kita tahu, bahwa dalam perkembangannya—ekonomi neoklasik,
misalnya--justru dianggap menjauhkannya dari ilmu ekonomi sendiri. Ekonomi yang
dibedakan menjadi ekonomi positif dan normatif justeru semakin menjauhkan ilmu
ekonomi dari moralitas karena, dalam kenyataannya, ilmu ekonomi lebih fokus
pada ekonomi positif. Di sisi lain, ekonomi normatif diserahkan kepada ilmu
lain dalam perkembangannya pada era global ini untuk lebih memerhatikan etika
dalam aktivitas ekonomi.
Sementara, kemunculan ekonomi syariah (Islam) menawarkan
sebuah sistem yang dapat membangun perekonomian lebih beradab. Apa sebab? Lantaran
EI menawarkan sisi moral yang selama ini cenderung terabaikan dalam analisis
ekonomi dan sering kali menyebabkan terjadinya gejolak ekonomi. Selain moralitas,
EI juga menitikberatkan pada persoalan fungsi uang yang hanya bermotif
transaksi dan motif berjaga-jaga tanpa adanya motif spekulasi. Konsep ekonomi
ini melarang diperdagangkan uang karena bisa menyebabkan fungsi untuk
bertransaksi berjalan tidak baik. Tak hanya itu, menyebabkan sektor moneter
tidak selalu menggambarkan kondisi ekonomi riil dan perekonomian secara
keseluruhan dapat diguncang. Ini hanya beberapa sample saja yang disebut, belum
keunikan, keistimewaan dan keunggulan konsep ekonomi Islam yang lain.
Konsep Ekonomi yang bisa berakselerasi dengan
Tuntutan Realitas
Meski EI diyakini punya keunggulan dibanding konsep
ekonomi lain, namun bukan berarti bisa dijadikan sebagai modal satu-satunya
agar EI bisa diunggulkan pada masa-masa kehidupan yang akan datang. Namun lebih
dari itu dibutuhkan sebuah konsep ekonomi yang bisa diakselerasikan dengan
tuntutan realitas dunia global. para mujahid ekonomi Islam, para ahli dan
lainnya tak boleh tinggal diam. Kelompok ini harus bekerja keras untuk mampu
menyusun konsep ekonomi yang dapat dikembangkan dan diintegrasikan dengan trend
perkembangan hidup yang kian maju dan berkembang.
BACA JUGA : Tiga Corak Pemikiran EKONOMI ISLAM
Umat Islam, di belahan mana pun harus proaktif mempengaruhi
sistem ekonomi dunia dengan konsep ekonomi Islamnya. Peluang bagi masa depan
ekonomi Islam sangat terbuka selama stakeholder; pelaku, pemikir dan penggiat
ekonomi Islam mampu menerjemahkan konsep ekonomi Islam ke ranah praktis dan
solutif. Sejak kegagalan komunisme, sosialisme dan kini kapitalisme, keinginan
untuk mengedepankan sebuah sistem ekonomi alternatif kembali mengemuka.
Ekonomi Islam dipandang mampu menjawab kebutuhan terhadap
sebuah sistem ekonomi yang mengedepankan tatanan yang normatif dan adil bagi
problem-problem ekonomi kontemporer. Sosialisme sejak awal hadir dengan konsep
kesetaran dan distribusi kekayaan secara adil dan merata. Sosialisme memandang
masalah ekonomi muncul akibat distribusi yang tidak merata dan adil sebagai
akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap
pihak yang lemah. Di satu sisi, yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya. Sementara
di sisi lain, yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga
menjadi miskin. Sebaliknya, kapitalisme sebagai antitesa Sosialisme, bertumpu
kepada kebebasan individu dan kapital yang terpusat, dianggap hanya akan
menciptakan sebuah kesenjangan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Ekonom muslim,
M. Umer Chapra, mengemukakan pentingnya ekonomi Islam sebagai satu-satunya
alternatif bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia dan sejumlah negara-negara
yang lain dalam upaya mengembangkan ekonominya.
Meski tergolong baru, ekonomi Islam diyakini mampu
menjawab tantangan-tantangan ekonomi di masa mendatang dengan segala
permasalahannya. Salah satu partikulasinya, ekonomi Islam memiliki landasan
tauhid dan kesatuan umat, di mana semua institusi, perangkat, sistem dan
prosedur serta variabelnya harus dijalankan dan diatur dan dikelola untuk
sebesar-besarnya kepentingan dan kemakmuran umat. Ekonomi Islam dilaksanakan di
atas prinsip keadilan, di mana setiap pelaku ekonomi memiliki akses yang sama
terhadap sumber-sumber ekonomi. Dengan demikian, ekonomi Islam layak dijadikan
alternatif sistem ekonomi masa depan.
Bahwa EI sangat tepat dijadikan sebagai sistem pilihan
untuk sebuah negara, tak dapat diragukan lagi. Fakta menunjukkan bahwa kini
perkembangan EI kian terasa baik dari sisi kebaikan dan manfaat. Tak heran
kemudian, dunia global menaruh perhatian kepada sistem EI.
Sejak tahun 1960-an, bahkan jauh sebelumnya, telah banyak
negara yang menerapkan ekonomi syariah. Negara-negara yang turut mengimplementasikan
nilai-nilai ekonomi Islam dalam seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Arab
Saudi, Mesir, Sudan, hanya beberapa di antaranya. Tetapi juga masih banyak yang
lain.
Masa Depan Ekonomi Islam
Dalam hemat saya, haqqul
yakin, jika segala faktor pendukung dapat disatukan, tak ayal, maka sistem
ekonomi Islam-lah yang akan menjadi sistem ekonomi bagi masa depan dunia. Semoga
!
Oh ya, apa yang saya tulis dalam rubrik ini, hanya uraian
yang sangat jauh dari kesempurnaan. Saya dan juga pembaca (kita semua) harus
terus memperbanyak bacaan untuk belajar dan menjadi bagian dari
jihadis-jihadis, yang akan mengembangkan ekonomi Islam. Uraian yang saya tulis,
tak lepas dari pemahaman yang saya peroleh dari buku yang saya, “Filsafat
Ekonomi Islam”.
Buku itu ditulis Mashur, salah satu staf pengajar di
perguruan tinggi swasta. Buku itu, tentu tidak sempurna, karena itu kritik dan
saran sangat perlu dilakukan untuk membuat buku itu bisa menjadi bacaan yang
lebih sempurna.
إرسال تعليق