Nasi Awur-awur dari Maulana Syekh untuk Santri



SempatBaca.com- Kita tahu bahwa hampir setiap orang alim (ulama) selalu punya kelebihan-kelebihan. Keunggulan yang dimiliki tersebut dipercaya kadang bisa berbuah berkah bagi siapa yang dekat dengan sosok figur dan alim. Termasuk sosok figur alim dan sangat populer di kalangan masyarakat Lombok, seperti TGKH Zainuddin Abdul Majid yang lebih dikenal maulana syekh.

Mungkin berkah itu, yang didapat oleh salah seorang murid atau santrinya ini. Siapa dia? Seperti apa kisahnya?

Begini. Salah seorang santri bernama Ahmad, pria tamatan SMA asal Lotim. Kepada SempatBaca.com, si Ahmad mengaku, sama sekali belum bisa membaca Al-Quran dengan fasih ketika diserah ke NW. Jangankan menghafal, membaca Qur'an saja kesulitan.

Suatu hari ia diminta, membacakan sesuatu yang bertuliskan bahasa Arab, atau sebut saja Al-Qur'an. Namun si Ahmad hanya terdiam kelu, seolah tak bisa. Sang Tuan Guru pun ngangguk-ngangguk. Berlalulah cerita itu.

Lain hari, suatu ketika, begini: maulana syekh, mengatakan sekaligus menanyakan pada salah seorang santri, Ahmad (bukan nama sebenarnya). "Wah mek mangan ante (kamu sudah makan belum)," tanya pendiri NW itu.

Dengan polos Ahmad menjawab; "Ndek man Tuan Guru (Belum Tuan Guru)". "Ohh iya," Maulana Syekh menanggapi.

Ahmad berdiri sambil berdiam kurang lebih jarak dua meter dengan maulana Syekh. Dilihatnya sang tuan guru sedang me-remas-remas dan meng-awur-awur (bejek, bahasa sasak) nasi yang ada di piring tepat di hadapan sang Tuan Guru.

Selang beberapa menit kemudian, "Engkeh mangan. Ne nasi mek (ayo makan, ini nasimu)," kata sang tuan guru.

Nggih tuan guru. Ahmad pun tanpa berpikir panjang, langsung melahap habis nasi yang tadi diawur dan diremas oleh sang Tuan Guru. 

setelah kejadian, diberi sepiring nasi yang sudah diawur oleh maulana syekh, Ahmad merasa bahwa sedikit bisa membaca Al-Qur'an. 

Setelah kejadian diberi makan waktu itu, di lain waktu, Ahmad diminta ngaji atau membacakan sesuatu oleh sang pimpinan besar NW itu. Dimintanya Ahmad mengaji/membaca Al-Qur'an. Tentu maulana bermaksud ingin tahu apakah si Ahmad sudah agak bisa ngaji, bisa baca Al-Qur'an dan lainnya.

Spontan, dengan penuh grogi nan cemas menghampiri perasaan si Ahmad, meski demikian, Ahmad dengan mantap dan pasti mengiyakan perintah sang Tuan Guru. Ia pun melafalkan bacaan atas apa yang disuruh oleh maulana syekh yang kemudian hari dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Sejak peristiwa itu, saat kejadian yang kedua kali dialami Ahmad, ia merasa bahwa ia telah bisa membaca Al-Quran dengan cukup baik. Kemampuannya berlanjut, dan akhirnya Ahmad--kini sudah bisa, bukan hanya bisa membaca Al-Qur'an, tetapi juga Ahmad mengaku, sudah bisa membaca dan mengajarkan kitab kuning."Entah, saya hanya berpikir, mungkin itu berkah dari Tuan Guru,"ujar Ahmad (AN-SB).


Post a Comment

أحدث أقدم