TGH Musthofa Umar (Pendiri Ponpes Al-Aziziyah)
Musthofa, kalau setiap selesai mengaji, selalu mencium bekas tempat duduk KH Zainudin Abdul Majid—atau yang akrba dipanggil maulana syekh
SempatBaca- tim SempatBaca.com berkesempatan mendengar obrolan, yang berlangsung dengan beberapa jamaah pengajian di suatu di sekitar wilayah Sandik Batulayar.
Obrolan jamaah pengajian (mudzakarah) seputar tokoh-tokoh dan ulama karismatik di pulau Lombok. Malam itu yang diperbincangkan, adalah sikap tawaddu Musthofa muda sewaktu menjadi santri, belajar di NW Pancor.
Menurut salah seorang di antara mereka yang pernah dekat dengan maulana Syekh (pendiri NW), mengungkapkan bahwa santri asal Kapek Gunungsari bernama Musthofa, sangat takzim dan taat pada Maulana Syekh. Dikatakannya, Musthofa juga sangat dicintai oleh maulana syekh. “Musthofa itu cerdas. Pintar,” ujarnya menceritakan ucapan maulana syekh. Musthofa (alm TGH Musthofa) kalau tidak salah, termasuk murid maulana syekh angkatan ke 4 di Pancor.
“Musthofa, kalau setiap selesai mengaji, selalu mencium bekas tempat duduk KH Zainudin Abdul Majid—atau yang akrba dipanggil maulana syekh. Lebih-lebih kalau Musthofa tidak dapat salaman langsung kepada Maulana Syekh” kata salah satu Jamaah.
Musthofa adalah teladan bagi kita, dalam cara hormatnya kepada gurunya
Pria tersebut bernama Sirajudin. Sirajudin,
menceritakan apa yang pernah ia dengar dari guru ngajinya, yang juga pernah
belajar dan satu angkatan dengan Musthofa. Guru ngaji pria bernama siradjudin
itu adalah almarhum Guru Quhafah. Tokoh masyarakat asal Teloke Batulayar.
Begitulah salah satu ekspresi santri yang hormat dan cinta kepada gurunya.
Lalu, sikap kita sekarang terhadap guru dan tuan guru kita bagaimana? (AN-SB)
إرسال تعليق