By: MASYHUR
(Penulis, Pengajar dan Kepala Rumah Tangga)
SempatBaca.com- SIAPA
yang tak mau berkehidupan cukup? Siapa yang tidak mau bahagia? Siapa yang tidak
mau dikasihani? Semua ingin bahagia. Semua ingin hidup berkecukupan dan sedikit
bahkan jarang ditemukan orang yang ingin dikasihani. Selalu berada pada posisi
dikasihani; di satu sisi menciderai agama juga dapat menciderai diri sendiri;
harga diri jatuh.
Salah
satu, cara agar manusia dalam hidupnya, bisa hidup berkecukupan, dapat
merasakan kebahagiaan dan tidak menjadi beban dalam kehidupan orang lain adalah
memiliki pekerjaan, atau seseorang harus bekerja agar memperoleh harta yang
bisa dijadikannya alat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Seseorang
tidak bisa memperoleh sesuatu tanpa berusaha melakukan sesuatu. Seorang hamba
tidak mungkin bisa memiliki uang (harta benda) jika hanya diam, pasif (tidak
melakukan apa-apa). Pernyataan logis dan sederhana ini menjadi argument kuat
mengapa seorang hamba harus bekerja (berusaha, berdoa).
Pesan
religious agama di bidang sosial-ekonomi, adalah manusia harus bekerja. Bekerja
adalah melakukan seluruh aktivitas sosial ekonomi, dan dari pekerjaan yang
dilakukannya, ia memperoleh upah/bayaran.
Bekerja dapat menjadi fondasi seorang muslim untuk menguatkan pilar-pilar ekonomi kehidupan pribadi, lebih-lebih di saat ia telah menikah (berkeluarga), pekerjaan adalah pilar yang bisa menjadi penguat kehidupan rumah tangganya
Bekerja
dapat menjadi fondasi seorang muslim untuk menguatkan pilar-pilar ekonomi
kehidupan pribadi, lebih-lebih di saat ia telah menikah (berkeluarga),
pekerjaan adalah pilar yang bisa menjadi penguat kehidupan rumah tangganya.
Dengan bekerja, seseorang dapat memenuhi kewajibannya; baik kewajiban terhadap
agama, kewajiban terhadap anak dan istri untuk pemenuhan nafkah mereka.
Bekerja
yang dimaksudkan ajaran agama, tentu bukan pekerjaan yang serba boleh dan tanpa
batas. Mengenai pekerjaan, apa saja jenis pekerjaan, tidak pernah dipandang
sebelah mata oleh agama, asal pekerjaan yang dilakukan, halal dan baik: proses
yang dilakukan halal, dan hasil yang didapatkan pun memiliki nilai halal. Entah
pekerjaan sebagai pedagang, petani, karyawan dan lain sebagainya, tidak
dipandang sepihak, bahwa pekerjaan ini baik, itu kurang baik dan yang lainnya
jelek. Satu yang dilarang dalam Islam, bahwa pekerjaan tersebut dilarang dan
tidak diperbolehkan agama. Salah satu hadist memperingatkan ummat muslim: “Bekerja mencari yang halal itu suatu
kewajiban sesudah kewajiban beribadah”. (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Terdapat hadist lain, yang bernada ancaman keras terhadap seseorang yang tak
mau bekerja dan memperhatikan apakah sesuatu yang dikerjakannya baik (halal)
dan tidak (haram). “Orang yang paling
rugi di hari kiamat kelak adalah orang yang mencari harta secara tidak halal,
sehingga menyebabkan ia masuk neraka”. (HR. Bukhari). Dan yang lebih penting lagi,
seperti ditegaskan Cak Nur (2013:230) untuk mencapai nilai optimal, agama
memberi petunjuk agar kita tanamkan dalam diri kita etos ihsan, yang secara harfiah bekerja sebaik-baiknya. Sedianya jika
ini terpateri dalam diri setiap kita, tujuan dari melaksanakan aktivitas
bekerja tak syak lagi, jelas sebagai ibadah kepada Tuhan[].
Iklan
Butuh Hena dan Deckor Rias Penganten contact Kami segera !
إرسال تعليق