Air Mata Cinta dari Kanjeng Muhammad Rasulullah


kisah nabi

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. at-taubah-ayat-128-129)

SempatBaca.com - Apakah gerangan maksud dari potongan ayat di atas? Siapa lagi kalau bukan manusia agung, manusia mulia yang pernah ada dimuka bumi ini, manusia yang menjadi mandataris Tuhan, yakni sebagai “Nabi dan Rasul” terakhir yang diutus komprehensif rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta), manusia kekasih Tuhan dan kekasih Semesta, dialah “Baginda Nabi Muhammad Rasulullah shollallah alaihi Wasallam”. Belaiu begitu amat pengasih dan penyayang terhadap ummatnya, seorang yang begitu mencintai dan menyayangi kita. Seorang yang begitu peduli dan khawatir akan keselamatan kita dan menginginkan keimanan dan kebahagian kita, “kasih sayang” terpatri dalam jiwanya, terealisasi dalam laku tingkahnya menyeru ummat manusia ke haribaan Tuhan.


Selanjutnya, mengenai bagaiaman cinta dan kasih sayangnya baginda rasul terhadap kita ummatnya, hal ini, sebagaimana, terabadikan dalam kisah yang dituturkan para sahabat beliau yang terjadi 1400 tahun silam. Suatu kisah sungguh memukau dan luar biasa sepanjang sejarah manusia. Yaitu, ketika Rasulullah SAW, meminta sahabat Abdullah bin Mas’ud membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, lalu, sang sahabat Abdullah bin Mas'ud membacakan surat An-Nisa dengan lantunan tartil dan suara indah nan merdu yang amat luar biasa kepada Rasulullah. Baginda Rasul, dengan penuh khusyuk dan penghayatan yang mendalam, mendengarkan baca’an dari sahabatnya. Namun, diakhir ayat yang ke 41, bacaan dari sahabat terhenti seketika.

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (Qs-An-Nisa-ayat-41)

Pada bacaan ayat itu, baginda Rasul tersayang menangis tersedu-sedu. Kedua pelupuk mata baginda yang mulia, mengalir air tanda cinta pada ummatnya. Betapa sedih dan khawatir baginda rasul pada nasib kita, ummatnya, begitu jelas dalam benaknya, nasib sebagian ummat yang yang tidak beriman. Begitu dalam terhujam dihati baginda Rasulullah kesedihan yang amat mendalam. Saat baginda harus menjadi saksi di hari hisab atas keimanan dan amal amal perbuatan sebagian kafirin dan fasikin.

Seberapa besarkah cinta kita pada kanjeng nabi? Apa dedikasi yang telah kita persembahkan padanya untuk ikut berjuang menegakkan agama Islam?  Tidakkah kita malu andai saja baginda bertanya “Seberapa banyak engkau bersholawat untukku dalam setiap waktu”? Apa yang hendak kita katakan padanya?. Tidakkah kita khawatir termasuk sebagai pendurhaka yang mengalirkan air dari kedua mata baginda Rasul? Mestinya serentet tanya itu senantiasa bergelayut di kepala kita 

Begitu juga diwaktu yang berbeda, Rasulullah SAW, shalat tahajjud lama sekali. Shalatnya panjang, disertai doa mohon pengampunan yang diiringi keharuan dan tangisan, beliau panjatkan kepada Sang Illahi,  untuk kita ummatnya, shalatnya diisi satu ayat doa yang terus menerus beliau ulang sepanjang malam.

إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Jika Engkau -wahai Rabbku- mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu yang dapat Engkau perlakukan menurut kehendak-Mu. Dan jika Engkau bermurah hati dengan memberikan ampunan kepada orang yang beriman di antara mereka, maka tidak ada masalah bagi-Mu. Karena Engkau adalah Rabb Yang Maha Perkasa yang tidak mungkin terkalahkan lagi Maha Bijaksana dalam mengatur urusan-Mu.” (Qs. Al-Maidah-ayat-118)

Sepanjang hayatnya baginda selalu mendoakan kita, sungguh betapa besar rasa cintanya kepada kita? dan betapa besar rasa khawatirnya akan keselamatan kita ummatnya, bahkan, sampai diakhir hayat beliau, disaat detik-detik menghadapi sakit dan pedihnya sakaratul maut, beliau masih sempat bertanya kepada malaikat jibril akan nasib kita ummatnya, dan berbisik kepada sayyidina Ali Karomallah, “Ummatii ummati ummati hingga ruh baginda berpisah dengan jasadnya dan kembali kepangkuan illahi.


So, dari untaian bulir bulir kisah cinta baginda Rasul itu. Tidakkah itu menjadi refleksi tersirat  dalam benak kita, agar kita bertanya pada diri sendiri. Seberapa besarkah cinta kita pada kanjeng nabi dan apa dedikasi yang telah kita persembahkan padanya dalam memperjuangkan agama yang diwarisinya ini? Tidakkah kita akan malu andai saja baginda bertanya “seberapa banyak engkau bersholawat untukku dalam setiap waktu”? Apa yang hendak kita katakan padanya?. Tidakkah kita khawatir termasuk sebagai pendurhaka yang mengalirkan air dari kedua mata baginda Rasul? Sampai hatikah kita menyakiti baginda? Wal iya dzubillah.

Dari sederet pertanyaan-Pertanyaan tersebut semoga menjadi koreksi (Pengingat) untuk semua kita dari kering, kosong dan hampanya jiwa-jiwa kita dari mengingat sang kekasih Allah itu. 

Post a Comment

أحدث أقدم