Belajar Menulis, Belajar Membuat Perubahan


ilustrasi, Sempatbaca.com


Hal tersulit bagi mereka yang belajar menulis adalah membuang kebiasaan lama dan membangun kebiasaan baru untuk menerapkan apa-apa yang mereka pelajari belakangan


CONTOH paling sepele adalah kegagalan menyingkirkan kebiasaan jorok dalam penulisan ‘di’.


Pada saat diberi tahu kapan ‘di’ melekat pada dan kapan terpisah dari kata yang mengikutinya, orang tampak menyimak, wajah mereka serius, dan mereka tidak bertanya. Saya yakin mereka paham, sebab itu hanya urusan mudah. 


Kita cuma perlu mengingat bahwa “di+kata kerja” pasti ditulis serangkai (dipukul, dimaki, dimakan, ditembak, dihajar, dicuri, ditendang, dijemur, disiksa, dan sebagainya). Dalam hal ini, ‘di’ adalah imbuhan, bukan kata, sehingga tidak bisa berdiri sendiri. Sebagai imbuhan, ia berfungsi membentuk kata kerja pasif.


BACA JUGA : sebar yang positif di medsos anda


Jika ‘di’ diikuti bukan oleh kata kerja, ia ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (di samping, di depan, di belakang, di kota, di desa, di rumah, di kebun, di taman, di ladang, di sana, di sini, dan sebagainya). Di sini, ‘di’ bukan imbuhan, melainkan kata depan. Ia berfungsi menunjukkan arah, tempat, tujuan.


Biasanya, mereka yang memiliki kebiasaan jorok dalam penulisan ‘di’ akan bertahan dengan kebiasaan lama mereka, meskipun mereka tampak menyimak ketika diberi tahu. Tentu saja kebiasaan jorok itu tidak hanya dengan ‘di’, tetapi dengan sejumlah urusan gramatikal lainnya: kalimat rancu, kalimat tanpa subjek, sembarangan menempatkan koma, dan lain-lain.


Menurut saya, tidak apa-apa tulisan kita belum bagus, tetapi jangan jorok. Jangan diborong dua-duanya: jelek dalam penulisan dan jorok dalam tata bahasa, itu keadaan yang sulit dibela. Jika anda mau, hari ini juga anda bisa menuliskan ‘di’, juga ‘ke’, secara benar di dalam kalimat-kalimat anda. Besok anda membereskan penempatan koma. Lusa anda mencari tahu seperti apa cara penulisan kata ulang: ‘kata – kata’ atau ‘kata-kata’. Hari berikutnya lagi, anda baca-baca tentang kalimat langsung dan kalimat tak langsung dan bagaimana cara menuliskannya.


Satu demi satu. Lima belas menit sehari.


Dalam sebulan saja anda sudah akan membuat kemajuan besar dalam urusan tata bahasa. Tidak ada masalah jika anda nanti ingin melanggar aturan, tetapi anda melakukannya secara sengaja. 


Setelah itu anda memperbaiki, satu demi satu juga, mutu penulisan—memperbaiki isi, memperbaiki bentuk. Dan itu akan menjadi urusan selama-lamanya, jika anda memang menyukai tulis-menulis dan storytelling.


Namun, untuk semua itu, yang tersulit adalah mengubah kebiasaan. Orang lebih nyaman mempertahankan kebiasaan lama, bahkan kalaupun kebiasaan itu hanya menghasilkan keburukan, sebab membangun kebiasaan baru membutuhkan upaya sadar, memerlukan ketekunan dan daya tahan untuk melatih diri terus-menerus, sementara mempertahankan kebiasaan lama tidak memerlukan upaya apa pun.


AS LAKSANA. Penulis adalah Trainer, Cerpenis, Budayawan.

Post a Comment

Previous Post Next Post