Pesan Sang Guru dari Sesela



TGH Munajib Kholid saat berada di pusara TGH Abdul Halim, saat puncak haul akbar


napak tilas perjuangan, sang oasis dari Sesela TGH Abdul Halim luas dan berkait kelindan dengan berbagai bidang kehidupan. Tak heran banyak yang menangisi kepergiannya. Haul kepergiannya pun diperingati ribuan masyarakat



JEJAK perjuangan, karya dan pemikiran TGH Abdul Halim tidak cukup hanya menyebutkan satu bidang tertentu, malah sebaliknya, Abdul Halim secara tidak langsung telah menceburkan diri dalam dunia khidmah kepada masyarakat dalam beragam bidang. Tak lain dan tiada bukan tujuannya tentu saja: untuk kemajuan masyarakat, agama dan bangsa. 


Masyarakat tumpah ruah dalam peringatan haul akbar



Dipanggil sang Pencipta


TGH Abdul Halim bak oase bagi masyarakat Sesela di masanya. Hal ini tidak terlepas dari sosoknya yang mampu memberikan pencerahan kepada seluruh warga masyarakat sesela khususnya dan masyarakat pada umumnya. Nama TGH Abdul Halim hingga saat ini masih terus dikenang. Secara khusus, bagi masyarakat Sesela, nama Abdul Halim diabadikan dengan memberikan nama bagi Pondok Pesantren yang dulunya bernama An-Nadjah menjadi Al-Halimy. 


TGH Abdul Halim meninggal pada usia yang cukup sepuh. Kepergiannya menyisakan isak tangis dan rasa haru terutama bagi keluarga, orang terdekat dan santri-santri. Duka kesedihan itu juga dirasakan seluruh lapisan masyarakat pada waktu itu. TGH Abdul Halim meninggal karena penyakit tua. Sebelum kepergiannya: pesan-pesan yang masih terngiang di benak keluarga dan orang-orang terdekatnya adalah : pertama, kukuhkan persatuan; kedua, besarkan madrasah Al-Halimy; dan ketiga jangan memasukkan unsur politik ke dalam madrasah. 


Kini, tokoh besar itu telah pergi dan tak akan kembali. Ia pamitan meninggalkan keluarga, sanak family dan murid-muridnya, pada tahun pada tahun 1968. Tinggal kita, bagaimana menginspirasi itu semua.


Leluhur kami yang mulia


Ahmad Ijtihad menulis :

Yaa Abdal Halim... Engkaulah Leluhur kami yang mulia. Satu demi satu rahasia sirah mu mulai terungkap. mulai terbuka. Diatas peraduan itu, Anak cucu, para santri, para Pengagungmu melafaz syukur atas semangat juang mengalir deras hingga saat ini. 103 Tahun sudah segala upaya, segala pikir, segala doa telah membersamai perjuangan itu. Hingga kini, hingga esok..!


Seorang yang dijanjikan itu kini telah menjadi matahari. Seseorang yang engkau sebut-sebut dalam doamu dulu. Seseorang yang mewarisi kebesaran dan kewibawaanmu.


Kini kami melihat gambaranmu di dalam diri seorang cicitmu bernama TGH. Munajib Kholid. Guru mulia yang menghibahkan segala hidupnya untuk ummat. Untuk perjuangan dan kejayaan Islam. 

Post a Comment

Previous Post Next Post