BISNIS yang BAGUS



Bob Sadino, ilustrasi sempatbaca.com



Saya perlu meminjam celotehan Bob Sadino berikut: "Bisnis yang bagus itu adalah bisnis yang dikerjakan, bukan bisnis yang ditanyakan terus". 


DI suatu kesempatan, tepatnya pada Sabtu (11/6/2022) oleh tim di salah satu kampus di NTB, saya diminta sharing pengalaman, pengetahuan dan informasi kepada puluhan  pemuda dan pelajar di desa Pagutan Kabupaten Loteng. 


"Anda bicara teori dan praktik wirausaha islami ya," bisik ketua Tim pada saya yang masih asyik menghisap sebatang rokok,  salah satu produk perusahaan Gudang Garam TBK. Konon, perusahaan rokok yang didirikan pada 26 Juni 1958, awalnya hanya bisnis rumahan biasa. Siapa sangka di kemudian berkembang. Dan boleh jadi tak akan pernah bangkrut. Kini, bisnisnya berada di posisi kelima. Tahun 2007 perusahaan mencatat laba bersih Rp519 triliun.


Saat kesempatan berbagi pengalaman, saya mengatakan bahwa wirausaha (bisnis) itu ajaran agama kita. Kalau itu ajaran agama kita, maka sepantasnya nilai-nilai ajaran agama yang kita dekap intim di jiwa kita itu, sebisa mungkin harus senantiasa mengiringi laku tindak kita sebagai pebisnis (wirausahawan). Atau intreprenuership dalam istilah kekiniannya


Tidak ada teori-teori njlimet apalagi melangit yang saya kemukakan. Toh juga pengusaha-pengusaha sukses, para bos-bos dan pimpinan perusahaan besar melahirkan sesuatu dari hal-hal simple 'sederhana',. Tapi meski apa yang ditelurkannya itu sederhana, bahkan kadang diremehi orang, tapi beda dan unik. Mereka memunculkan sesuatu yang briliant, lalu dimanfaatkan oleh setengah penduduk bumi dari proses kreatif 'imajinasi' itu. Pantas saja Einstein bilang : "Imagination is more importantant then knowledge". 


Saya yakin, imajinasi yang dimaksudkan penemu teori relativitas itu bukan imajinasi 'mana suka'. Bukan pula imajinasi liar yang melahirkan orang-orang malas untuk berfikir, berbuat. Yang hanya diam menopang dagu. Juga yang hanya terbius oleh kesuksesan orang, sementara kita lebih banyak pasif--tanpa pernah berani untuk memulai--"Lagian diajak memulai pun kita masih mikir seribu kali," kata seorang kawan.


Imajinasi org-orang sukses tentu berawal dari kebiasaannya mengorbankan waktu utk membaca. Iya, membaca...terus membaca. Tentu membaca yang dimaksudkan : membaca aktif, peka realitas, mengikuti perkembangan ilmu, up to date informasi dan lainnya.


Dihadapan peserta, saya pun tak mengemukakan contoh yang jauh-jauh. Cukup saya contohkan dengan beberapa orang yang hadir di samping saya, yang kebetulan menekuni dunia bisnis untuk menambah penghasilan selain pekerjaan utama yang ditekuninya.


Orang-orang di samping saya saat itu, dan ikut berbagi pengalaman saat itu, mereka berbisnis sablon, Kaos, Souvenir dan lainnya. Juga ada yang membuka distro. Dan saya sampaikan juga, bahwa saya sendiri juga Jualan Madu.


Saya melihat dua orang ini (yang menekuni bisnis) termasuk saya sendiri--seperti tak peduli, apa bisnis kita prospektif, bagus atau tidak. Tetapi kita berfikir, seperti yg diucap Bob Sadino berikut : Bisnis yang bagus itu adalah bisnis yg dikerjakan, bukan bisnis yang ditanyakan terus. 


Membangun Kemandirian

Wirausaha itu bisa membentuk kita, memiliki jiwa yang kuat, mandiri. 

Saya meyakini, bahwa dengan berbisnis, berwirausaha, kita bisa belajar mandiri. Meskipun memang, harus kita akui, keraokali seorang pemula dalam berbisnis, berkali kali gagal. 


Selamat, anda telah gagal. Ketimbang orang lain yang tak pernah mencoba


Terkait itu, kembali saya teringat ungkapan Mark Zurkecberg. Kata pendiri Facebook itu, "Jika kamu telah mencoba dan gagal, Selamat ! Karena kebanyakan orang bahkan tidak pernah mencoba".


Alhasil, bisnis yang baik itu, pasti bisnis yang langsung dieksekusi tanpa pertimbangan banyak hal.


*penulis: mm/content manager

Post a Comment

Previous Post Next Post