Puasa dan Media Sosial



Ilustrasi, sempatbaca.com




Penulis : MUHAMMAD YAKUB

Di era serba cepat - canggih, agaknya tak berlebihan dikatakan, bahwa kita dibuat manja. Iya, kita dibuat manja di era digitalisasi saat ini.

Apa yang ingin anda lihat, ketahui, lalu hendak kita tuju, bisa dilakukan dalam wakturelatif singkat. Caranya, anda hanya berselancar ke google dan platform yang ada di perangkat HP dan komputer untuk mendapatkan itu semua. That's only.

Freedom
Freedom atau kebebasan, saat ini, terutama kebebasan bermedsos tak terbendung.

Dalam pada waktu itu, kebebasan dalam dalam bermedia sosial tidak jarang menimbulkan berbagai problem di tengah kehidupan bermasyarakat, tidak jarang pula informasi yang beredar tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya mahluk hoaks, fitnah, ghibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya, yang bisa menyebabkan disharmonisasi sosial, (kehidupan sosial bermasyarakat).

Baca juga : cerdas memilih lembaga pendidikan


Atas yang demikian itu, maka tak syak lagi, etika adalah sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar.

Setidaknya ada beberapa hal penting dalam bermedsos. Antara lain ; i, merasa terawasi. Sikap seperti ini bisa menjadi self control.

Dalam konteks ini pula, seorang muslim dalam bermedia sosial adalah Muraqabah (merasa selalu diawasi Allah). Apapun yang kita sebarluaskan di dunia yang namanya Medsos ini merasakan bahwa Allah melihat kita, termasuk niat dibalik tujuan kita memposting sesuatu. Mari kita ingat firman Allah Azawajalla di dalam kitab besar dan kebanggaan kita sebagai umat Muslim dalam QS. Al-Ahzab:54" Artinya : " jika kamu menampakan sesuatu atau menyembunyikan, maka sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu".

Kedua, perlu tabayyun. Jika kita mendapatkan informasi yang tidak benar atau belum yakin kita dengan hal kejadian di media sosial itu kita harus segera klarifikasi. Atau tabayyun kalau dalam bahasa pesantrennya.

Terkait saat ini, yang mana kaum muslim sedang berada di bulan ramadhan, maka sebagai masyarakat muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa hendaknya kita menyampaikan informasi yang baik dan benar agar tidak mengurangi pahala ibadah puasa kita. Sebab, jika kita menyampaikan informasi tidak baik, hoaks, provokatif, maka sia sialah ibadah puasa itu. Lalu, kitapun hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja maka itu akan menjadi ibadah yang prematur. Agama kita mengharuskan kita untuk menebar informasi, yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta di ungkapkan dengan tulus. Sehingga kita tidak menyebarkan informasi yang belum tentu benar di media sosial. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan palsu atau kesaksian buruk.

Mengingatkan kita firman Allah dalam "QS. Al-Hujurat ayat 6 sebagai berikut : "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu".

Ketiga, amar makruf. Perintah yang sering kita dengar adalah amar ma'ruf nahi mungkar idealnya juga dipedomani oleh seseorang muslim dalam bermedia sosial. Untuk itu, mari jadikan keberadaan medsos, untuk menebar informasi baik, mengajak dalam kebaikan,. Jadikan medsos sebagai alat dakwah. Lebih dari itu, kita pun harus melawan kemungkaran melalui platform dan aplikasi yang tersedia di handpone serta yang lainnya.

Puasa sebagai Media Pendendalian

Tak syak lagi, puasa harus mampu kita jadikan media pengendali (control). Harapannya, selepas puasa, kita menjadi insan taqwa.


Di tengah arus informasi saat ini, sikap mengendalikan diri agar tidak mudah dan rentan terjebak pada sesuatu yang buruk adalah ajang bagi kita untuk selalu mawas diri.

Pendek kata, meski bulan puasa, kita tak perlu takut main medsos, asal tetap mengendalikan diri dari hal-hal negatif.

Semoga kita bisa.


Post a Comment

Previous Post Next Post