Foto: ilustrasi, sempatbaca.com
Tak ada yang salah bila berikhtiar untuk sebuah kebaikan terlebih lagi untuk mengembangkan wisata desa
Jika tak ada aral melintang, pada Senin (6/12) saya diminta bicara tentang pariwisata di desa Pusuk Lestari.
Pusuk Lestari adalah salah satu desa yang ada di kabupaten berjuluk, "Bumi Patut Patuh Patju".
Pusuk Lestari dan Pengembangan Pariwisata
Untuk mengembangkan kegiatan pariwisata, saya melihat, Pusuk Lestari ini, lebih dari pantas. Apa sebab?
Tak lain karena potensi SDA yang dimiliki 'melimpah'. Belum lagi modal hasil alam yang bernilai ekonomi, yang bisa berdampak positif bagi warga. Desa Pusuk Lestari ini punya produk unggulan tersendiri seperti tuak manis, gula aren, buah-buahan alami dan sederet hasil alam lainnya. Kemudian Pusuk ini punya gunung, hutan, dan kebun yang memanjakan mata. Krennya lagi, jika mata air yang ada bisa dikembangkan untuk wisata kebun/hutan.
Hemat penulis, bermodalkan apa yang saya sebut di atas, cukup: untuk mengembangkan pariwisata desa. Tinggal mau tidaknya masyarakat mengikhtiarkan keinginannya untuk mengembangkan desanya menjadi desa yang membuat orang-orang luar terhipnotis datang mengunjungi Pusuk Lestari sembari menikmati sajian, suguhan kuliner lokal. hehe.
Konsep Pariwisata itu Simple
Di Indonesia, aktivitas wisata diatur dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. UU ini mengatur tentang kepariwisataan secara umum.
UU ini membeberkan bahwa, pariwisata adalah ‘berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah (lihat Pasal 1 butir 3). Usaha pariwisata mencakup banyak sektor, antara lain jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, spa dan lain-lain (lihat Pasal 14).
Problem Pengembangan Desa Wisata
Tak syak lagi, keberadaan desa wisata dalam perjalanan pembangunan pariwisata di Tanah Air sangat penting artinya. Desa wisata bisa turut mewarnai beragam variasi destinasi yang lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata, biar pariwisata tidak selalu terjebak dengan konsep atau trend pengembangan bercorak mass tourism.
Sebagai contoh di Bali yang cukup dikenal lama bergelut dengan kepariwisataan. Dalam konteks kepariwisataan Bali, perkembangan desa wisata menjadi bagian tak terpisahkan dari pasang-surut perkembangan pariwisata. Melalui desa wisata, pariwisata membuktikan keberpihakannya pada spirit agar bagaimana kemudian, pariwisata bisa menyerap tenaga kerja pedesaan, sebagai generator pertumbuhan ekonomi wilayah. Tak hanya itu, yang lebih lagi adalah: sebagai alat pengentasan kemiskinan (pro job, pro growth, dan pro poor).
Tantangan dan Jalan Keluar
Setiap sesuatu pasti ada tantangan dan hanbatan. Bagi saya, tantangan dan hambatan tak bisa dihilangkan. Sebab dua hal itu adalah sesuatu yang nature (sunnatullah-dalam bahasa agama kita). Yang diperlukan dari (tantangan dan jalan keluar) itu adalah bagaimana kita bisa memanage-nya secara baik. Tak cukup bermodal 'baik' tetapi juga profesional. Nah di sinilah fungsi SDM untuk mengembangkan desa wisata dibutuhkan.
Lebih jauh, Beberapa hal berikut terkait hambatan dan solutif seyogyanya bisa memberikan kita gambaran. Yaitu terbatasnya visi atau persepsi yang jelas dari masyarakat tentang pariwisata, rendahnya interest dan kesadaran masyarakat, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, adanya kendala budaya (cultural barriers), sering terjadi pemaksaan dan pembohongan terhadap wisatawan.
Bertolak pada hal di atas, maka Pemerintah harus menawarkan solusi berikut ini : 1) Memberikan peluang dan peran sebesar-besarnya kepada masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan; 2) Pengalokasian sumber dana, penguatan kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan dan kemandirian; 3) Memberikan kontribusi dalam pembangunan secara maksimal; 4) Memberikan kebebasan terhadap keinginan masyarakat; 5) Pengembangan desa wisata dapat menciptakan produk wisata lokal sebagai modal dasar perencanaan dan pemasaran produk, sehingga dapat menciptakan kestabilan dan ketahanan ekonomi.
Sumber daya manusia adalah kunci mengembangkan desa wisata
Perlu juga diketengahkan sejumlah tantangan di dalam upaya pengembangan desa wisata.
Beberapa hal berikut bisa jadi gambaran. Yaitu merebaknya berita-berita di media masa dunia tentang terorisme dan potensi serangan terorisme di Indonesia bagi wisma yang berkunjung ke Indonesia, seperti halnya peristiwa Bom Bali I tahun 2002 dan Bom Bali 2 tahun 2005.
Lalu, sistem informasi yang kurang memadai. Mau tak mau ini tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata umumnya dan desa wisata pada khususnya.
Selanjutnya, SDM. SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan desa wisata, karena SDM menjadi kunci yang dalam konteks ini, untuk mengembangkan desa wisata. Begitulah.
Pengajar di UNU NTB dan Ketua Lakpesdam KLU
Post a Comment