![Sempat Baca [Baca Berita Online]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6yqcHQaIbFZhZS7gUXJWKYGCsmdhLJ7-posegdaoutOffTmGEGA6ZYQUUuGg_Ue7AU2jWBFhRWjfGplkFiRXwvCqJlqTbIDR9aZyYIes_X8fiU8Gs46GsMJ8UL7180G9zIxBQLff04wA/s251/sblogo.png)
Ilustrasi, sempatbaca.com
Ide yang kita wujudkan dalam tulisan bisa menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat. Jadi, menulislah. Tulis dengan serta bahasa yang mudah dipahami. Menulislah untuk kepentingan Peradaban Umat Manusia
Menulis itu tidak diukur oleh Titel akademik seperti Sarjana, magister atau doktor. Menulis itu bisa dilakukan oleh siapa pun juga selama ada kesadaran dan kemauan kuat untuk menulis serta terus berlatih untuk bisa menulis. Menurut Prof Rheinald Kasali bahwa banyak orang berfikir para sarjana bisa menulis, faktanya banyak dosen yang bergelar doktor kesulitan merajut pemikirannya menjadi tulisan yang baik dan renyah serta bisa dipahami oleh Publik. Hanya mengandalkan mengajar saja tidak ada jaminan seorang pendidik bisa menulis.
Menulis membutuhkan latihan, seperti seorang pemula, ia akan menulis yang biasa-biasa saja, namun cenderung tidak terlalu baik, namun sepanjang itu original, maka patut diapresiasi dan dihargai. Karya-karya yang original yang didalami secara terus menerus lambat-laun akan menemukan pintunya yaitu jalinan pemikiran yang berkembang.
Sayangnya tradisi menulis dikampus rendah, bahkan dosen-dosen yang menulis di media atau surat kabar sering dicibir oleh koleganya sebagai ilmuwan koran. Ada pandangan lebih baik tidak menulis daripada dipermalukan, padahal dari situ ilmuwaan akan mendapatkan pencerahan dan spirit untuk menjadi penulis handal.
Saya melihat begitu banyak dosen-dosen menulis di media massa tetapi memberikan dampak yang luar biasa, ketimbang menulis di jurnal international tetapi tidak memberikan dampak apa apa untuk masyarakat melainkan hanya untuk kepangkatan semata, memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya yang menulis di jurnal juga tidak lupa untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat dengan menawarkan gagasan, ide serta solusi yang bisa menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat serta memberikan edukasi tulisan kita dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat Luas. Menulislah untuk kepentingan Peradaban Umat Manusia.
Penulis : Muhammad Awod Faraz Bajri Ketua Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta
Menulis membutuhkan latihan, seperti seorang pemula, ia akan menulis yang biasa-biasa saja, namun cenderung tidak terlalu baik, namun sepanjang itu original, maka patut diapresiasi dan dihargai. Karya-karya yang original yang didalami secara terus menerus lambat-laun akan menemukan pintunya yaitu jalinan pemikiran yang berkembang.
Sayangnya tradisi menulis dikampus rendah, bahkan dosen-dosen yang menulis di media atau surat kabar sering dicibir oleh koleganya sebagai ilmuwan koran. Ada pandangan lebih baik tidak menulis daripada dipermalukan, padahal dari situ ilmuwaan akan mendapatkan pencerahan dan spirit untuk menjadi penulis handal.
Saya melihat begitu banyak dosen-dosen menulis di media massa tetapi memberikan dampak yang luar biasa, ketimbang menulis di jurnal international tetapi tidak memberikan dampak apa apa untuk masyarakat melainkan hanya untuk kepangkatan semata, memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya yang menulis di jurnal juga tidak lupa untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat dengan menawarkan gagasan, ide serta solusi yang bisa menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat serta memberikan edukasi tulisan kita dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat Luas. Menulislah untuk kepentingan Peradaban Umat Manusia.
Purwakarta, 05 November 2021
Penulis : Muhammad Awod Faraz Bajri Ketua Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta
Post a Comment