Cinta ABADI VANESSA - BIBI



Saat mendiang Vanessa dan Bibi berbahagia bersama buah hatinya (ilustrasi, sempatbaca.com


"Aku balik lagi ke dia (Vanessa), entah kenapa. Gue gak bisa hidup tanpa dia," kata Bibi
"Kalau nggak ada dia (Bibi) mungkin aku gak da di bumi ini," kata Vanessa Angel


Itulah penggalan dialog Bibi-Vanessa saat acara podcast suatu hari.

Setiap saat, kabar kematian selalu kita dengar. Begitu informasinya masuk ke telinga, sejenak kita dibuat diam. Tertegun dan tercenung. Bahkan boleh jadi nafas kita terhenti. Rasa cemas dan takut acap pula pula menyelimuti sekujur tubuh tak berdaya kita.

Memang, setiap peristiwa kematian selalu menyentakkan nurani kita. Apalagi jika kematian itu menghampiri orang-orang yang kita sayangi, cintai.

Itupula perasaan kehilangan keluarga atas kematian yang merenggut artis cantik Vanessa bersama Bibi (suaminya). Pihak keluarga pasti dibikin tersentak atas apa yang dialami Vanessa-Bibi.

Info yang beredar luas, VANESSA - BIBI meninggal lantaran mobil yang ditumpanginya kecelakaan tunggal. Sepertinya pasangan suami istri itu meninggal di tempat. Hanya dua dari empat orang yang berada di mobil Pajero Sport itu selamat: si sopir dan bocah imut nan mungil kesayangan Vanessa.

Sebelumnya, Vanessa-Bibi sedang diselimuti kebahagiaan. Karirnya sedang menanjak meski sebelumnya sempat seret karena issu yang menimpanya. Bibi juga begitu. Karir Bibi juga sedang naik daun dan terus menanjak. Belum lagi, kehadiran putranya Gala, kian melengkapi rumah tangga mereka.

Sayangnya, saat-saat berada pada posisi karir yang sedang naik daun, saat-saat berada: "Di ujung peraihan popularitas yang melangit dan perengkuhan rizki yang menggunung" (meminjam ungkapan Thomas Kotten)-di situlah tiba tiba ia dijemput sang maut. Sama sekali tak terduga dan begitu cepat.

Apa yang pernah dirasakan Vanessa. Suka duka, pahit manis dan jatuh bangun yang mengitari selama ia berada di muka bumi ini, telah menorehkan pesan tentang nilai dan makna kehidupan manusia; mulai dari lahir, perjuangan hidup, jodoh dan rizki serta seluruh apa yang tercermin pada sosoknya menoktahkan pesan pada kita bahwa keluarga, anak dan istri yang cantik. Belum lagi harta, kekuasaan dan apa yang kita punyai dalam hidup ini ternyata tak ada yang abadi. Kematian datang secepat kilat menyambar.

Segenap apa yang Vanessa-Bibi dan mungkin juga sahabat-sahabat yang telah lebih dulu dipanggil sang pencipta telah membukakan 'mata hati kita' tentang arti sebuah kehidupan, terutama sekali: pesan teologis tentang kematian yang kita pasti alami sebagai mahluk yang mumkinul wujud.

Seorang bijak pernah berujar: "Kematian yang menimpa siapapun, selalu mengajarkan kepada kita tentang arti kehidupan. Kematian mengajarkan kita agar selalu berbuat baik dalam situasi, kondisi dan entah apapun status yang kita sandang". Lalu sebisa mungkin membuat kita menyingkir dari perbuatan buruk melakukan segala cara; apalagi menipu sesama.

Apa sebab? Sebabnya, ketika mati, kita tidak mati begitu saja, meski semua perbuatan baik itu seperti sia-sia.

Situasi Batas
Peristiwa kematian ini, membenarkan ungkapan Filsuf Karl Jasper. Kata Jasper: "Kematian menghadapkan manusia pada 'situasi batas' (grenz situationem). Kita tidak pernah tahu kapan ia datang sehingga mendesakkan diri kita untuk selalu berbuat baik, tanpa memegahkan diri, meski seseorang sedang menikmati hasil dari sebuah prestasi yang kita perjuangkan berdarah-darah.

Filsuf lain bilang, "Kematian adalah moment yang paling gelap dan sulit bagi manusia dan sangat menggetarkan iman".

Maut adalah sesosok mahluk yang pasti menghampiri kita. Tak ada yang sanggup menunda. Kapan 'maut' datang di luar jangkuan nalar kita.

Cinta Abadi
Kedua pasangan yang saling mencintai itu benar-benar menorehkan pelajaran kepada kita, tentang kesetiaan : cinta mereka. Mereka seolah-olah seperti dalam dialognya di pembuka tulisan ini meninggalkan pesan tersirat: "Bahwa jika salah satu dari mereka tiada, maka keduanya akan tiada lagi di bumi fana ini".

Jika merujuk pesan pada dialog Vanessa-Bibi itu, seakan-akan mereka merasakan kehadiran Tuhan begitu dekat. Saking dirinya merasa dekat, apa yang hendak diinginkannya berdua : Tuhan kabulkan. Hmmm.

"Cinta mereka abadi".

Aku menggumam.

Lantas, bagaimana sikap kita terhadap sesama yang telah lebih dulu dipanggil sang pencipta.

Seburuk apapun saudara kita, sahabat kita (siapa saja), jika mereka telah tiada, adalah kewajiban bagi kita: menutupi aibnya.

Kanjeng mulia nan agung Muhammad SAW bersabda: Barang siapa yg menutupi aib saudaranya di dunia maka Allah akan tutupi aibnya kelak di akhirat.

Jadi cukup doakan saja. Kita tak perlu mengungkit yang sudah-sudah. It's gone by the time--biarlah ngalir begitu saja.

Kalaulah lisan kita terlalu berat untuk mendoakan, paling tidak kita jaga lisan ini untuk melontarkan sepatah katapun bernada cela.

Masih ingatkah kita akan pesan baginda rasul berikut: "Barang siapa yg beriman kepada Allah swt dan hari akhirat hendaklah berkata baik atau diam".

Akhirul kalam, semoga kita semua meninggal dalam keadaan khusnul hotimah. Dan semoga kita bertemu dengan orang-orang yang kita cinta.

Penulis : Mashur, MS
Penjual Madu

Post a Comment

Previous Post Next Post