Muhammad Yakub, ilustrasi sempatbaca.com
Kreatifitas itu begitu penting di berbagai bidang. Apalagi melek teknologi. Intinya ini menjadi keharusan
By: Muhammad Yakub
Pandemi Covid-19 ibarat pukulan keras seorang petinju kelas kakap. Tak heran, segala sektor dan bidang terjatuh, dan setengah lumpuh di arena tinju.
Begitulah imbas Covid-19 terhadap berbagai sektor dalam kehidupan sosial ekonomi di berbagai negara. Juga di negeri yang kita cintai ini: Indonesia.
Tuntutan Kreatifitas
Situasi dan kondisi kerap menuntut kita untuk lebih sigap. Termasuk saat kondisi sejak Pandemi hingga saat sekarang ini.
BACA JUGA : Ilmu Ekonomi dan Keseharian Kita
Saat pandemi kita dituntut lebih aktif dan kreatif terutama jika kita bergiat di bidang wirausaha (entreprenuership). Tuntutan kreatif ini mendesak lantaran kita, masyarakat kita sebagian besar mencari nafkah melalui pertanian, peternakan dan berjual beli (bermuamalah, dalam bahasa agama). Bukankah Di beberapa kota di dunia, industri kreatif menjadi sumber pendorong perekonomian?
Hal hal berikut yang terlihat sepele, kerap diabaikan mesti kita tahu bahkan harus kita praktikkan. Antara lain yaitu pertama, keadaan pasar. Pasar adalah jantung pergerakan perekonomian bangsa, maju mundurnya perekonomian sangat bergantung pada kondisi pasar. Di dalam pasar pasti mempertemukan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang dan jasa (Suplay dan demand). Al-Ghazali dalam kitab Ihya' menjelaskan alasan timbulnya pasar. Sang hujjatul Islam itu berujar, "Petani akan hidup ditempat alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya Pandai besi dan tukang kayu akan hidup di lahan yang tidak ada lahan pertanian. Secara alami me-resaling memenuhi kebutuhan".
Kedua, melek digital. Digital adalah era baru dalam pasar global. Kondisi ini, mau tidak mau, suka tak suka, kita harus terlibat, dan merasakan akibatnya. Jika kita tak siap, mengambil peran dalam tradisi baru ini kita akan ketinggalan kereta dan pasti akan jadi fosil bisnis. Ungkapan yang kerap kita dengar populer di pesantren berbunyi berikut "Al-Muhafdazatu alal khodimis al sholeh wal akhdzu bil jadidil al-ashlah" harus mampu mengoyak semangat kita untuk bisa dan harus berperan. Ungkapan itu kurang lebih bermakna: menjaga tradisi lama yang baik itu harus dan mengambil tradisi baru yang lebih baik itu harus sebagai maslahah buat kita semua warga masyarakat.
Seperti apa contohnya; berniaga harus ada rukun dan syaratnya, ada barang yang nyata diperjualbelikan, akad dan saling menguntungkan.
Berikut argumentasi, keharusan kita melek teknologi, antara lain adalah :
a) Untuk menjalani hidup yang lebih pecaya diri; b) Lebih inisiatif, inovatif, dan kreatif ; c) Mencapai efektivitas dan efisiensi.
Tambahan lagi, yang perlu digaris bawahi bahwa sudah tak lagi menjadi perdebatan, bahwa kemajuan teknologi telah masuk ke hampir seluruh aspek kehidupan kita. Maka wajib rasanya kita mulai melek dan memaksakan diri untuk selalu beradaptasi dengan situasi dan perkembangan IPTEK.
Ketiga, Produk. Kenapa harus produk ya karena jika tidak ada barang yang kita produksi, setali tiga uang, tak ada artinya.
Dus, dalam ekonomi itu harus ada barang yang kita suguhkan ke pembeli, contohnya barang yang kita jual atau kita produksi harus sesuai kebutuhan masyarakat seperti : papan, pangan dan sandang. Konkritnya, kita bicarakan kebutuhan dapur rumah tangga, rempah-rempah, beras, minyak, telur dan sebagainya, barang ini selalu di butuhkan apapun kondisi masyarakat. Karena kebutuhan ini adalah soal perut.
Dus, tiga hal itu, dalam hemat saya, sangat penting untuk kita coba terapkan dalam aktivitas bisnis. Terlebih di saat Pandemi Covid-19 yang masih beluk menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Post a Comment