Nazar Naamy, NU, Self Confident of Youth

 


Dr. H. Nazar Naamy (tengah) saat foto bersama dengan pengurus Lakpesdam Lobar (ilustrasi sempatbaca.com)


By: Mashur, MS
Penguatan identitas ke-NU-an terhadap warga Nahdliyyin juga menjadi satu hal yang paling tampak saya lihat di masa Nazar Naamy

Perkenalan dengan Dr Nazar Naamy, seingat saya: waktu menjadi mahasiswa di IAIN Mataram (sekarang UIN Mataram).

Di kelas saya, Dr Nazar, mengampu mata kuliah Civic Education. Sebagai mahasiswa yang baru satu semester, saya antusias mendengar kuliahnya. Suaranya yang menggema, meledak-ledak, bikin suasana kelas hidup. Saya tengok, kiri kanan, juga belakang, teman-teman kelas saya, satu pun tak ada yang ngantuk. Malah semua mata, menatap tajam ke arahnya.

Ada kenangan manis, saat beliau mengampu mata kuliah Civic Education: Beliau ngajak kami sekelas langsung terjun ke lapangan meninjau lokasi PSK Budi Rini.

"Apa PSK Budi Rini?," tanyaku pada seorang kawan.

Teman itu bilang, "Budi Rini, itu tempat mantan kupu-kupu malam. Atau mantan PSK. Di situ mereka dilatih dan dibina, agar menjadi wanita kreatif dan mandiri". Pendek kata, sambung kawanku itu: mereka diberdayakan.

Selama mengenal Dr Nazar, menjadi dosen saya, satu hal yang saya tak lihat dari sosoknya: dia tidak pernah ketawa. Sepertinya dia lebih suka senyum.

Beberapa tahun kemudian, tapi saya lupa tahun berapa; saya dengar informasi Pak Nazar saingan dengan Suhaimi Samsuri untuk maju jadi ketua PCNU. Hasil Konfercab waktu itu, Dr Nazar terpilih jadi Tanfidziyah. Sementara Kanda Emen (demikian saya denger dia sering dipanggil), bersama tim-nya, harus gigit jari menelan kekecewaan. Tapi saya kira ini hal biasa dalam sebuah kompetisi. Dan saya yakin, kanda Emen memahami itu.

Berada di posisi Leader NU, di tingkat Kabupaten, Dr Nazar melanjutkan estafet kepemimpinan NU di Lobar. Artinya, sebelum Dr Nazar, ada beberapa tokoh yang pernah duduk di posisi tanfidziyah. Siapa saja?

Ada almarhum TGH Syafi'in, almarhum Mahsun AR, TGH Nasrullah (masih hidup), baru kemudian Dr H.Nazar Naamy. Dari beberapa nama tersebut, ada yang duduk di posisi Tanfidiziyah 1 dan 2 priode.

Diketuai TGH Syafi'in hingga TGH Nasrullah, NU di Lombok Barat cukup berkembang. Demikian pula NU masa Dr Nazar.



Khususnya di masa dosen saya untuk mata kuliah Civic Education, dia banyak melakukan gebrakan, kemajuan untuk NU. Di masa kepemimpinannya pula banyak terbentuk lembaga, banom dan lainnya. Penguatan identitas ke-NU-an terhadap warga Nahdliyyin juga menjadi satu hal yang paling tampak saya lihat di masa Nazar Naamy. Tak heran kemudian, anak-anak muda di Lombok Barat--sekarang menjadi lebih PEDE ber-NU. Beda dengan kondisi sebelumnya.

Saya sendiri, mengenal NU itu dari dua pendekatan. Pertama dari tradisi. Kedua dari tokoh.

Dari sisi tradisi, sejak kecil, saya sering diajak rowah, maulidan, ziarah kubur dan sebagainya oleh nenek, bapak dan guru ngaji. Sedang bila didekati dari pendekatan (figur), kali pertama tahu nama Hadratus Syekh Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim dan KH Abdurrahman Wahid melalui buku sejarah yang saya baca waktu duduk di Mts, bukan dari pejelasan guru-guru di SD atau Mts.

Saya mengenal sederet tokoh itu, dari membaca dan mencari buku-buku sendiri. Uniknya, tiga nama itu, saya ketahui berurutan. Aneh bin ajaib.

Di SMA saya mulai mencari buku-buku yang ditulis KH Abdurrahman dan membacanya. Dari situ, saya mulai berkenalan dengan pemikiran tokoh-tokoh seperti Cak Nur, Buya Syafi'i, Hamka (tokoh Muhammadiyah) dan lainnya.

Balik lagi ke soal Dr Nazar Naamy dan NU di Gumi Patut Patuh Patju.

Tinggal hitungan hari, masa kepengurusan Dr Nazar Naamy berakhir. Ini saya tahu, sejak ada kiriman poster via WAG tentang Agenda Konfercab NU. Artinya, jika dosen saya itu tak terpilih lagi menjadi Tanfidiziyah, berakhirlah sudah masa jabatannya.

Penguatan identitas ke-NU-an terhadap warga Nahdliyyin di Lobar begitu terlihat

Tapi, prediksi saya, Dr Nazar Naamy, akan kembali menjadi ketua PCNU. Bagi saya, beliau masih kuat dan diharapkan bisa terpilih lagi menjadi leader di ormas yang didirikan Hadratus Syeikh KH Hasyim Asyari. Bukan karena di Lobar tidak ada stok pemimpin, tidak figur dan kondidat yang lain, tetapi karena Dr Nazar masih dinilai layak dan memiliki kans besar, duduk kembali di jajaran ketua Tanfidziyah NU Lombok Barat.

Who The next Leader NU? Siapa figur yang terpilih menjadi ketua PCNU untuk masa kepengurusan berikutnya, kita tunggu hasil Konfercab !

Yang pasti ketua PCNU terpilih berikutnya, dihadapkan tantangan dan hambatan yang tidak mudah. Sebab, banyak kelompok-kelompok tertentu yang selalu, nyinyir, usil terhadap NU. Kelompok itu, sepertinya iri. Bahkan boleh jadi, cenderung nyinyir terhadap NU. Mereka usil karena NU itu ormas besar dan punya ciri khas unik yang tidak dimiliki Ormas lain.

Tapi terserah mereka 'kelompok-kelompok itu'. NU sich tak peduli amat. Seperti kata almarhum Gus Dur, "Itu aja kok repot".

Sebab, usil dan nyinyir orang pada NU itu dari dulu. Menurut KH Hasyim Muzadi, orang-orang benci terhadap NU. Dari sana sini kebencian itu datang. Sebagian bilang NU itu menukar agama. Sebagiannya lagi mengatakan lebih dari itu.

Iya. Begitulah. 

Akhirul kalam, selamat ber-Konfercab ria yang ke- XIII.

Post a Comment

Previous Post Next Post