Di mata Richard salah seorang Psikolog Klinis suara-suara ombak ditambah dengan keindahan visual yang kita nikmati saat berlibur ke pantai dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang membuat kita bisa lebih slow down, rileks, dan terhubung dengan sekitar
Sebenarnya kemewahan itu tidak selalu identik berada di tempat wah nan mewah. Satu arena showing existence yang sering dipamerkan selebriti tanah air, pejabat atau orang-orang berduit, ketika mereka sedang berada di hotel, restaurant mahal, kedai-kedai 'mewah' di tengah-tengah kota, liburan ke villa di bukit atau berlibur ke negeri orang nun jauh di sana.
Kemewahan itu sifatnya mana suka. Bisa didapat di tempat mana saja yang kita singgahi baik sengaja atau tidak.
Kita sebut saja misal, di tempat wisata yang gratisan seperti pantai.
Anda pasti sepakat: kalau pantai menyimpan kemewahan yang tak bisa terbeli pesona keindahannya, bila dibanding tempat lain. Anda bisa coba ngerasain aura berada di hamparan pasir pantai duduk sembari santai dan meneguk secangkir kopi hangat bareng jajanan bersama orang-orang tersayang.
Indahnya akan terasa begitu menghujam di diri kita. Terlebih jika berada di pantai-pantai eksotis yang ada di pulau Lombok lainnya. Jika bisa, anda akan disuguhkan hamparan pasir putih yang memukau. Belum lagi, birunya air laut bak zamrud, segera memecah kebuntuan imajinasi setelah seharian bergulat dengan beragam aktivitas. Jika anda berenang pun akan makin terasa sensasinya.
BACA JUGA: Jejak Digital Politisi For PolitikPantai bagi saya dan mungkin kebanyakan kita menganggap pantai menyimpan sesuatu yang luar biasa.
Saya ngerasa, selalu saja ada sesuatu yang baru di tepi pantai. Ini tak bisa lepas dari daya magnet pantai yang luar biasa. Yang bikin lebih sreg lagi, suara debur gulung ombak yang memecah karang, bebatuan.
Saya jadi ingat ungkapan Richard Shuster, Psikolog Klinis yang juga host podcast The Daily Helping. Di mata Richard, suara-suara ombak ditambah dengan keindahan visual yang kita nikmati saat berlibur ke pantai dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang membuat kita bisa lebih slow down, rileks, dan terhubung dengan sekitar.
Air pantai yang menyapu pasir di pinggir pantai kian nambah indahnya: pantai. Sebuah wahana indah sebagai ciptaan Tuhan yang indahnya tiada banding.
Bagi nelayan, pantai tak hanya menyimpan keindahan. Lebih dari itu, bagi nelayan pantai adalah hamparan pundi-pundi rupiah. Pantai tak ubahnya lahan basah bagi ratusan bahkan ribuan para nelayan di seantero penjuru nusantara.
Bagi para nelayan; lautan tak ubahnya hamparan taman bunga yang bisa bikin nelayan di sekitar tersenyum. Sembari nyeruput kopi pagi, dari kejauhan kulihat sebagian mereka, "Segera menyingsingkan lengan baju, mulai menyiapkan segala sesuatu merapikan hasil tangkapan dan kembali menyambangi lautan dengan harapan: siapa tahu ada yang tersisa?".
"Saya balik lagi. Mulang dulu. Siapa tahu ada tali kerakat nyangkut di tengah," teriak nelayan, seorang lelaki paruh baya dengan suara serak.
Saya hanya mengangguk, takjub.
Selepas lari-lari kecil sekitar 15 hingga 20 menit dan merasa tubuh tambah bugar, saya kembali menikmati kopi pagi, di bibir pantai.
Orang-orang seperti kita ini, yang tak bisa berlibur ke tempat-tempat mewah dan mahal, ya pantai adalah lokasi yang tepat kita tuju. Iya enjoy dengan cara kita sendiri-sendiri. Kita maklum, income kita merosot drastis di masa pandemi. Kita jauh beda 'bumi dan langit' dengan para pejabat. Mereka ini, selama pandemi, kekayaannya meningkat tajam
Pantai adalah kemewahan luar biasa. Merasa Mewah di Tempat Murah seperti pantai bisa ngirit budget terlebih di tengah pandemi.
Sederet manfaat bagi yang doyan ke pantai bisa kita peroleh. Pertama, bisa bikin tubuh lebih rileks dan meredakan stres. Kedua, refreshing ke pantai bisa bikin kita lebih produktif ketika di kantor. Ketiga, bisa bikin kita menjadi pribadi yang lebih kreatif. Yang terakhir, manfaat sering ke pantai bikin dapat perasaan lebih happy.
Rasakanlah kemewahan berada di tempat gratis. Let's go to beach.
Mashur, MS
penjual madu
Post a Comment