Ilmu dan Menulis

 

Foto: Ahmad Sarwat (ilustrasi, sempatbaca.com)


punya ilmu banyak luangkanlah waktu untuk menulis. Tidak punya ilmu juga silahkan menulis juga


By: AHMAD SARWAT*)


Ada fenomena unik terkait ilmu agama dan kepenulisan.

Orang yang rajin cari ilmu sehingga ilmunya banyak, biasanya justru merasa ilmunya sedikit. Karena itu tidak siap kalau diminta mengajarkan ilmunya. Soalnya dia selalu merasa ilmunya masih sedikit.

Sebaliknya, orang yang ilmunya pas-pasan, justru punya semangat 45 untuk mengajarkan ilmunya. Bawaannya sedikit-sedikit ingin ngajarin orang, ingin dianggap punya ilmu banyak.

Dua-duanya jadi paradoks. Banyak ilmu malah nggak mau ngajar. Tidak punya ilmu malah pengen ngajar. Ini apa-apaan sih?

Terus solusinya gimana?

Usulan saya, bagaimana kalau yang banyak ilmunya tidak usah ngajar, tapi nulis aja?

Nulis?

Iya, nulis aja ilmu yang sudah dia miliki. Kalau merasa kurang, ya tinggal buka kitab, baca, pelajari dan tuliskan. Sederhana sekali, bukan?

Terus buat yang tidak punya ilmu? Apa disuruh nulis juga?

Iya, karena Anda tidak banyak ilmu, bagaimana kalau Anda nulis juga saja? Nggak usah ngajar tapi nulis.

Rahasianya, dengan menulis anda jadi merasa perlu membaca buku dulu sebagai contekan.

So, punya ilmu banyak silahkan menulis. Tidak punya ilmu juga silahkan menulis juga.

Nanti setelah anda tiada, yang diingat orang kan tulisan anda. Bukan ceramah anda.

*) Penulis adalah Pengajar, Pendiri Rumah Fiqh Indonesia (RFI)

Post a Comment

Previous Post Next Post