Empat Fase Disrupsi

 







Kita telah melewati empat fase disrupsi. Pertama, fase koneksi, dua, fase informasi, tiga, fase interaksi. Keempat fase transaksi


By: Lutfie As-Syaukani*)


Karena begitu cepat terjadi, banyak dari kita tak sadar bahwa sejak 2015 kita sudah memasuki disrupsi fase keempat, sebuah perubahan revolusioner yang memporak-porandakan cara kita bertransaksi dan mempersepsi apa itu nilai.

Sejak internet hadir di kehidupan banyak orang pada pertengahan 1990an, kita telah melewati empat fase disrupsi. Pertama, fase koneksi. Terjadi selama 1990an hingga pertengahan 2000an. Di fase ini, manusia berlomba-lomba untuk terhubung ke internet. Perusahaan yang dominan pada era ini adalah penyedia jasa internet seperti America Online di Amerika atau CBN dan RadNet di Indonesia.

Kedua, fase informasi. Terjadi selama tahun 2000an. Di periode ini, semakin banyak orang terhubung ke internet. Tujuan utama mereka membuka internet adalah mencari informasi. Perusahaan yang dominan pada era ini adalah penyedia browser dan mesin pencari, seperti Netscape, Lycos, Altavista, Infoseek, Yahoo, dan puncaknya: Google.

Ketiga, fase interaksi. Terjadi sejak akhir 2000an hingga 2015. Revolusi mobile memungkinkan manusia terhubung secara sangat intens. Dipicu kehadiran Nokia dan Blackberry, orang semakin mudah berinteraksi dan bergosip. Disrupsi level ini menghadirkan beragam platform media sosial, dari Twitter, Facebook, Youtube, Instagram, Tinder, hingga Tiktok. Sebagian besar pengguna internet hidup pada fase ini.

Keempat adalah fase transaksi, fase di mana manusia sudah melampaui semua kendala internet. Fase di mana internet menjadi sesuatu yang berharga, sumber mata pencarian, dan tempat mendulang uang. Fase ini sering disebut sebagai "internet of value." Revolusinya dimulai pada paruh pertama dekade kedua era milenium, dengan Bitcoin. Teknologi blockchain memungkinkan manusia melakukan interaksi secara terdesentralisasi (DeFi), melakukan eksekusi secara cerdas (smart contract), dan membuka berbagai kemungkinan dengan beragam operasi (interoperability).

Blockchain bukan hanya tentang koin atau mata uang kripto. Lebih dari itu, blockchain adalah teknologi revolusioner yang memungkinkan kita menikmati semua kerja-kerja transaksi super-rumit dan super-massif secara sederhana dan mudah. Beragam arsitektur blockchain, dari Ethereum, Cardano, Polkadot, hingga Chainlink, memuluskan jalan bagi lalu-lalang transaksi di dunia finansial. Berbagai project kripto diadopsi oleh Visa, Mastercard, NYSE, dan industri berbasis transaksi, seperti Amazon, Alibaba, Gojek, dan Tokopedia.

Mengetahui fase-fase disrupsi ini penting, agar kita tahu dan sadar sedang berada di mana kita. Jika Anda masih sibuk urusan koneksi, Anda sebetulnya masih hidup di era 1990an. Jika Anda masih suka gosip dan mencari informasi, Anda masih berada di level 2 dan 3. Jika Anda bisa menyulap internet menjadi sumber uang dan penghasilan, Anda sudah masuk pada fase keempat.

Jangan seperti kaum penyembah berhala: hidup di era modern tapi pikiran dan perilakunya masih terus mencerminkan dunia Abad Pertengahan dan Zaman Kegelapan.

*) Pengarang dan Penulis Buku dengan Topik-topik Keislaman

Post a Comment

Previous Post Next Post