Ilustrasi, sempatbaca.com
Barengi segala aktivitas pekerjaan kita dengan nilai-nilai kebaikan dalam hidup yang sementara ini
Beberapa waktu lalu saya pernah ngobrol dengan salah satu pelaku usaha. Dia ini umurnya lumayan sepuh. Dan menikmati betul masa tuanya dengan bikin anyaman, glampar, kurungan dan yang lain. Katanya, "Saya melakukan ini, karena ini satu-satunya pekerjaan yang bisa saya lakukan untuk bisa dapet uang".
Waow. Luar biasa si kakek ini. Di tengah usianya yang kian menua, dia terus bisa berkreativitas.
Di lain kesempatan, saya silaturahim dengan salah seorang yang tengah bergelut dengan dunia servis-menyervis seperti kipas angin, mesin air, alat blender dan lainnya. Dia ini juga tak kalah hebat dengan si kakek yang saya ceritakan diawal.
Usianya 60-an lebih. Meski begitu, nyali kreativitasnya menjadi pukulan telak, bagi kita yang muda-muda.
Saya juga pernah sua dengan salah seorang sahabat. Dia ini, selain punya kesibukan lain, dia mampu memanfaatkan waktu untuk mereguk berkah menjadi pedagang 'kopi'.
Lalu kemarin, saya ngobrol dengan pedagang es di sekitar Sekarbela.
Pengalamannya jualan aneka jenis es setelah sempat terpuruk di profesi sebelumnya lantaran kena penyakit, tetapi tetap membakar semangatnya untuk memanfaatkan waktunya pada profesi lain untuk menafkahi hidup keluarganya.
Saya juga sering melihat postingan teman, sahabat di media sosial (FB, IG, dan lainnya) yang gencar promosi barang jualan. Mulai dari yang jualan roti, donat dan lainnya. Eh, pokoknya segalam macem jenis (baik barang maupun jasa). Saya sendiri belajar menjadi penjual madu. Madu Lani asli. Boleh buktikan keasliannya lho.hehe.
Motif jualan sangat beragam. Bagi saya apapun motif seseorang jualan, monggo, silahkan. Hal ini jauh lebih baik kita lakukan ketimbang nganggur, dan menunggu belas kasihan orang 'menjadi peminta'.
Di sinilah letak hebatnya agama kita. Apapun pekerjaan, aktivitas sosial ekonomi yang kita lakukan, sesungguhnya adalah ibadah. Asal, apa yang kita lakukan sesuai aturan yang berlaku. Ketentuan ini menjadi syarat mutlak bagi orang yang mengaku Islam. Konsekuensi dari kita yang mengaku beragama, mengharuskan kita untuk mempraktikkan nilai nilai etis dalam berdagang (bisnis). Inilah salah satu topik yang banyak diperbincangkan dalam satu disiplin ilmu yakni EKONOMI ISLAM.
Singkat kata nilai etis dan kreatifitas dalam bisnis, tak ubahnya dua sisi dalam satu lempengan kepingan logam.
So, jangan lupa nilai-nilai etis di tengah semangat berbisnis. Jangan lupa nilai-nilai etis dalam bekerja. Juga dalam seluruh aktivitas sosial masyarakat.
So, jangan lupa nilai-nilai etis di tengah semangat berbisnis. Jangan lupa nilai-nilai etis dalam bekerja. Juga dalam seluruh aktivitas sosial masyarakat.
Penulis : Mashur, MS
Penulis Lepas, tinggal di Batulayar
Post a Comment