beragama budi-lah bagi manusia yang mau bahagia, sukses dan mendapat kemuliaan
Sosok bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Abdullah atau Buya
Hamka telah lama meninggalkan kita. Karya-karya beliau begitu banyak. Berbagai
macam topik lahir dari isi kepala tokoh yang fenomenal dengan salah satu dari
sekian banyak karya beliau: tafsir Al-Azhar.
Bagi Hamka, Budi adalah segala-galanya dalam kehidupan dunia.
Baik-buruk kehidupan bergantung Budi. Budi lahir dari pertimbangan akal pikiran
mahluk bernama manusia. Adanya “budi” inilah yang jadi pembeda manusia dengan
ciptaan Tuhan lainnya.
Aman-tidaknya kehidupan dunia bergantung budi. Mau jadi apa saja
yang penting manusia memiliki budi, pasti hidup jadi aman dan tentram. Islam
menjadi sumber ada dan lahirnya Budi. Karena ia bersumber dari agama paling
sempurna, siapa saja yang berbudi, pasti mulia. Tak hanya di mata manusia
tetapi di mata sang pencipta.
Orang dikenal karena budinya.
Menggugah kita merenungi Satu syair arab gubahan Syauqi Bey
berikut:
Satu bangsa terkenal ialah lantaran
budinya
Kalau budinya telah habis, nama banga
itu pun hilanglah
Akhirnnya, beragama budi-lah bagi manusia yang mau bahagia, sukses
dan mendapat kemuliaan. Tentang budi seorang saudagar, Buya menulis: prinsip yang ditegakkan untuk jadi saudagar,
yakni tidak bersenang hati memberikan suatu barang dengan jalan tipu, sebab
diri sendiri pun tidak mau ditipu orang.
Sejalan firman Allah berikut : 1) kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang; 2) yaitu orang-ornag yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi; 3) dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (Al-Muthaffifin, 83: ayat 1-3). (redaksi).
Post a Comment