By : WITA MEGASARI
“Penjual
nasi campur”- mendengar kata dan kalimat itu, bagi saya, bahkan kita semua,
rasanya sangat tidak asing.. Terlebih di tengah-tengah kehidupan masyarakat,
frase 'penjual nasi campur', malah, ia begitu sangat familiar, sering kita
dengar
Melalui essai sederhana ini, saya
akan cerita tentang obrolan saya beberapa waktu lalu dengan seorang ibu penjual
nasi campur.
BACA JUGA : Bisnis dan Motivasi seorang Pedagang
Namanya ibu Muslihani. Muslihani
adalah putri dari Hiriya, ayahnya bernama Mustajab. Muslihani berjualan nasi
campur di jalan Majapahit, tepatnya di kos Hanifah No. 2. Lokasi itu berdekatan dengan salah satu perguruan
tinggi Mataram yakni Universitas Pendidikan
Mandalika (UNDIKMA). Wah agaknya memilih lokasi jualan berdekatan dengan
lembaga pendidikan pasti rame ya? Hmmm.
Saat memulai bisnis jualan nasi
campur, dengan modal uang 1,5 juta waktu itu, Ibu Muslihani memantapkan hatinya
untuk menjajal bisnis jualan nasi campur. Setelah merasa mantap memlih jualan nasi, dia pun melalui
hari-harinya menjalankan rutinitas berjualan sejak tahun 2019.
Begitu mentari terbit dari ufuk
timur, Ibu Muslihani sudah berangkat ke lokasi jualan. Tepat jam 07.00 pagi,
Ibu Muslihani, sudah mulai menata, merapikan dan sudah mulai melayani pembeli
yang datang dan mampir di lapak miliknya. Ibu Mus, menutup dagangannya, sekitar
pukul 20.00 petang.
Begitulah hari-hari penuh
perjuangan mencari nafkah dan rizki untuk membiayai kebutuhan keluarga dan
biaya pendidikan kedua anak-anaknya.
Ibu Muslihani menjual nasinya
dengan harga 5 sampai 7 ribu. Gak mahal bukan? Menurut saya, harga nasi ibu
asal Batu Kuta Narmada itu, tidak jauh beda dengan harga-harga yang ada di
sejumlah warung-raung yang ada di Kota Mataram.
Suka Duka
itu Jualan itu Pasti
Terjun berjualan nasi campur di
kota Mataram, bukanlah tanpa hambatan dan ujian. Bagi dia, suka dan duka
berbisnis telah dirasakannya sejak memulai membuka warung beberapa tahun silam.
“Bagaimana aktivitas jualan nasinya
Ibu?” tanya saya suatu ketika, saat berkesempatan ngobrol dengan ibu murah
senyum itu. Istri tercinta Bapak Sapar itu bilang, “Menjalani bisnis ini saya nyaman.
Apapun tantangan dan hambatan, suka duka, harus ikhlas kita jalankan, termasuk
apa yang saya jalankan saat ini”.
Dalam sehari, Ibu Mus, bisa
memperoleh untung dari jualan nasi sekitar, Rp. 300 sampai 400 ribu.
“Alhamdulillah pendapat yang sampai 400 ribu itu merupakan rizki dari Tuhan,”
katanya.
Jumlah pendapatan tersebut, kadang
turun naik. Kalau lagi rame, tentu pendapatan bisa meningkat. Sedang jika
kondisi agak sepi, kadang dia mendapatkan kurang dari yang ditargetkan. Kata
Ibu Mus, “Pokoknya, omset atau penghasilan per hari tergantung banyaknya
pembeli”.
Dengan mencari nafkah dengan cara
jualan nasi, Ibu Muslihani dapat membantu suami tercintanya mencari nafkah
tanpa pernah lupa akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai ibu rumah tangga
(IRT). Melalui bisnis itu pula, Ibu Mus, dapat membiayai dua anaknya yang saat
ini masih duduk di banguku sekolah dasar (SD).
Setiap harinya Ibu Muslihani
menyiapkan yang 40 bungkus nasi campur. Adapun para pembeli langganan bu Mus
sangat beragama. Sebagian pelanggannya adalah dari anak-anak kost, khususnya
penghuni dari kos Hanifah II, para mahasiswa (UNDIKMA, UNRAM UIN Mataram).
Pelanggan bu Mus juga tidak sedikit dari warga Kekalik, Seruni dan banyak lagi
yang lainnya.
Pelayanan ibu Muslihani kepada pembeli sepintas kilas saaya lihat,
sangat bai. Hal ini tentu sangat penting kenapa? Karena semua orang yang
memiliki usaha atau bisnis pasti memperlakukan dan melayani konsumen/pelangganya
dengan baik. Kalau dalam ungkapana yang sering kita dengar, “pembeli adalah
raja”. Dalam arti bahwa pembeli itu raja; sebab apapun yang diminta dan dipesan
oleh pembeli dilayani dengan baik.
Bahwa setiap bisnis pasti ada untung dan
ruginya, itu benar. Bagi ibu Muslihani, ia tidak begitu muluk-muluk dalam
jualan. Bagi dia, target tidak terlalu
dikejar, dalam arti membuat pelanggan menarik atau supaya pembeli nasi
campurnya banyak-banyak. Ibu Mus, sangat optimis bahwa kalau rizki seseorang
itu sudah ditentukan. “Kalau memang itu rezeki, gak akan ke mana-mana. Iya gak
bakalan dia ke mana-mana,”terangnya sembari tersenyum.
Pembaca mau nyoba? Saya yang pernah
mampir di lapak jualan ibu dua anak itu, sangat nyaman. Rasa nasinya juga enak,
mak nyus. Pembaca yang penasaran,
silahkan saja coba. Sukses dan berkah selalu buat Ibu Muslihani.
Penulis
adalah Mahasiswi FE UNU NTB
Editor:
Ayiq
Kita mengerti jika usaha warung nasi campur merupakan usaha yang sangat menjanjikan.
ReplyDeleteTerima kasih atas wawasan dan pengetahuan mengenai usaha warung nasi campur.
ReplyDeletePost a Comment