Pedagang yang Dirindukan Pembeli


Salah satu lapak pedagang Kentucky yang tutup karena ditinggal mudik pemiliknya sejak H-3 lebaran (ilustrasi, sempatbaca.com)

By: MASHUR*)
Pedagang yang bisa membuat konsumennya rindu, adalah proses yang akan bisa membuat usaha seseorang berkembang.


Namanya juga anak kecil, jadi banyak maunya. Hari ini beli permen, besok mau coklat. Besok beli es cream, sebentar kemudian pengen Yupi. Selang beberapa jam, nambah pengen dibeliin Kentucky. Begitu seterusnya...Keinginan si bocah terus berubah dan berubah.

Saya yakin, sebagai orang tua, hal remeh temeh seperti itu pernah kita alami. Mengingatnya, kadang lucu. Kadang juga bikin kita senyam senyum dengan pola tingkah laku buah hati kesayangan kita itu. Pun kemudian, sesekali, kadang bikin kita kesal, terlebih jika kita sedang tak ada uang untuk budget belanja anak dan putra putri kita merengek rengek minta sesuatu.

Sepenggal narasi di atas diceritakan seorang kawan pada saya. Nah, hari ini, lanjut kawan saya itu, anak saya pingin Hultah. "Saya iyakan, insya Allah akan kita rayakan Hultah si kecil" jawab temanku itu pada istrinya, menceritakanku.

Saya yang mendengar, sesekali mengangguk, sembari tersenyum. Hembusan asap rokok keluar dari mulutku. Hari itu kami ngobrol asyik. Depan teras rumahnya yang penuh aneka bunga dan tanaman. Bikin obrolan jadi makin seru sore itu.

Sahabat itu lanjut cerita, tahun lalu, Hultah si kecil, kami buat bakso. Setelah zikir, yasinan, bakso itu kami bagi bagi pada tamu yang datang.

Tahun ini katanya, dia rencana beli Kentucky untuk tamu tamu si kecil yang diundang. "Siapa yang pengen pake Kentucky?," tanyaku pada teman itu.

Iya biasa. Istri tercinta sih, kata temanku.
Sudah pesan?
"Belum"
Temanku itu menjawab.

"Malah saya sendiri yang sedang nyari di mana bisa pesan Kentucky," ujar temanku itu.

Istri sih merekom beli di tempat biasa. Pedagangnya orang Jawa. "Abisnya di situ Kentucky nya enak. Ngerenyes ngerenyes gitu,' kata temaku menirukan gaya dan kalimat yang diucap istrinya.

Lanjut temanku itu, saya sudah ke tempat yang jualan. Tapi sampai sekarang dagangnya nutup. Nutupnya memang sejak H-3 lebaran.

Mendengar cerita itu, istri saya--kata temanku itu, agak bingung. "Saya sich tak heran kenapa istriku bingung," ujar temanku itu.

Gini kata istriku ton, "Kenapa ya yang jualan Kentucky belum buka. Sayang iya, padahal kita mau beli banyak".

Tahu tidak, sambung temanku itu, istri saya bingung mau beli di mana? Bagi dia, Kentucky yang dibelinya di situ yang dia anggap enak. Pun harganya terjangkau.
*
Cerita itu setidaknya memberikan gambaran pada kita tentang Rindu Pelanggan pada Pedagang.

Rindu, itu tentu ada sebabnya. Setidaknya karena pedagang yang jualan itu, menu barang yang dijualnya, "tidak mengecewakan pelanggan".

Kaitan seorang pedagang tidak bikin kecewa konsumennya, erat kaitannya dengan pelayanan memuaskan dari pedagang. Tak hanya itu, pedagangnya pasti jujur; entah jujur dalam membuat barang yang dijual, jujur meracik produk sesuai takaran agar produk, hasilnya disenangi pembeli. Pendek kata, nilai nilai etis diterapkan pedagang.

Lalu masihkah kalian ragu untuk mempraktikan, mengamalkan nilai nilai etis dalam bisnis.

Saya percaya bahwa nilai etis, islami dalam bisnis--bila diterapkan si pedagang, akan membuat dagangannya laris manis. Dia akan dirindukan pembeli. Ia akan dinanti-nanti oleh konsumen. Yuk kita coba dan praktikkan nilai nilai yang baik dalam bisnis, berdagang. Ingat baginda nabi pernah bilang, " Pedagang yang baik, jujur, kelak akan ditempatkan pada tempat yang sama dengan kaum mukmin, syuhada".

Lalu, jika demikian istimewanya, masihkah kalian ragu. Kalau ragu tanpa dicoba: itu keliru. Yakinlah akan janji janji Allah. Yakinlah bahwa nilai etis bisnis akan bikin pedagang dirindukan kehadirannya oleh konsumen.

*) Penulis, Tinggal di Batulayar. Pengelola Lembaga Inisiatif




Post a Comment

Previous Post Next Post