That's Imposible dan Kesungguhan Bisnis

 

Foto: Dokumen pribadi penulis


By. FATAHILLAH

Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Kalau sudah kehendak Tuhan, siapa yang mau sungguh sungguh, pasti akan menuai hasil. Yang paling bagi seorang hamba yaitu mau berdoa, berusaha kemudian ikhtiar.


SEMPATBACA.COM- Kondisi cuaca beda dengan hari kemarin dan beberapa hari sebelumnya. Cuaca kadang tak menentu. Tadi suasana cerah, boleh jadi sebentar kemudian hujan deras turun mengguyur. Sebaliknya begitu: berpikir hari ini akan hujan, eh malah hujan tak kunjung turun. Yang ada malah, bumi ini seakan kedap-kedip ‘lampu cahaya’. Dengan kata lain, kedap kedip cahaya itu, saya maksudkan untuk menggambarkan: “Lantaran kondisi cuaca yang sesaat cerah, langit terang benderang, sebentar berubah dalam tempo yang singkat: berubah jadi gelap. Dingin pun seakan menyelimuti seluruh tubuh”.

Tapi pagi ini, tidak. Beda dengan hari kemarin. Pagi ini cuaca cukup cerah. Setelah dua hari lalu hujan turun mengguyur, basahi bumi pertiwi ini.

Pada Rabu (11/4) saya bergegas kembali mendatangi salah satu kios yang menjual sembako dan yang lainnya setelah beberapa waktu lalu, sempat bertanya-tanya ikhwal aktivitas pedagang di kios yang menjual beragam jenis sembako itu.

Pedagang sembako itu lokasinya berada di dusun Penanggak. Salah satu dusun terpencil nun jauh di pelosok yang ada di Kecamatan Batulayar kabupaten Gumi Patut Patuh Patju.

Lokasi pedagang Sembako yang setahu saya pemiliknya bernama Inak Mistiah itu lokasinya cukup strategis. Tidak hanya itu, selain nyaman dan representatif juga berada di badan jalan. Sepintas melihat, bagi saya, dalam aktivitas bisnis--pilihan lokasi (tempat jualan) yang bagus nan strategis harus jadi pertimbangan bagi siapa saja yang hendak membuka bisnis (jualan). Itu penting lho.

"Bisnis". Hmmm bisnis..Nah membincang bisnis, terlebih di tengah getirnya serangan Pandemi global Covid saat ini, bagi saya, sepertinya menjadi topik hot (hot issue) bahkan saya bisa katakan: Isu seksi. Terlebih pandemic Covid masih dan belum memperlihatkan tanda berhenti.

Seperti yang kita tahu bersama, getir dan ganasnya Covid-19 telah membuat aktivitas ekonomi masyarakat oleng, tak stabil. Bahkan tak berlebihan jika saya sebut; aktivitas ekonomi seakan lumpuh 'total'. Ini tentu berpengaruh dan menimbulkan krisis. Terutama imbas krisis terhadap para pedagang.

Coba bayangkan, lantaran Covid, aktivitas masyarakat sepertinya dibatasi. Itu terjadi di awal-awal isu Pandemi menyeruak ke publik. Jangankan untuk beramai-ramai ke pasar, hendak ke tempat kerja, bahkan pun ke tempat ibadah sangat dibatasi. Di larang. Nyata. Terasa sekali dampak dari pandemi Covid ini.

Pokoknya, seluruh aktivitas jika sedianya menimbulkan kerumunan, keramaian, itu dilarang. Tak pelak ini berimbas bagi hampir seluruh pedagang. Para pedagang harus gigit jari. Penyebabnya, pemasukan dari apa yang dijual turun drastis.

Kisah Inak Mistiah

Saya yakin seluruh pedagang terkena imbas pandemi. Kalaupun tidak itu barangkali karena faktor suatu hal yang hanya bisa sekedar memperkecil resiko.

Inak Mistiah misalnya. Ia mengaku cukup terpukul dengan imbas Covid yang ia rasakan. Juga dirasakan oleh hampir semua pedagang. Tapi meskipun begitu, perempuan dua anak itu, tetap gigih menjalankan usaha yang sudah digelutinya puluhan tahun.

Saya melihat, Inak Mistiah adalah seorang pedagang yang sangat gigih, menjalankan usaha sembako dan kulinernya. Perempuan murah senyum itu mulai jualan sejak anaknya masih belia, kecil. Hal ini, membuat ia begitu dikenal warga setempat. Ini pula salah satu sebab, meski Covid, warung milik Inak Mis, masih lumayan ramai dikunjungi pembeli.

Inak Misti berjualan beragam jenis kebutuhan pokok: sayur, beras, minyak dan barang dagangan lainnya. Selain itu, ia juga memanjakan pelanggannya sejumlah jenis kuliner khas, seperti yang sering kita temui. Beberapa di antaranya; Sate lontong, bakso kuah, dan soto ayam. Sate lontong dan soto ayam ia bikin sendiri, juga dibantu menantu kesayangannya. Es campur, beragam jenis jajanan juga dijual Inak Misti.

Sepintas dilihat, kuliner bikinan Inak Misti, memancing rasa penasaran banyak wisatawan lokal yang lewat di lokasi jualan Inak Misti. Penasaran dengan kuliner soto dan lainnya, sepulang dari wisata Taman Langit, tak sedikit yang singgah dan mencicipi soto dan lontong Inak Misti.

Yang membedakan Sate Lontong Inak Misti dengan sate sate yang lainnya adalah bumbunya yang bermacam macam. Ada bumbu kacang manis dan ada juga bumbu kacang pedas. Yang membuat spesial sate lontongnya adalah bumbu pandanganya. Dan tidak hanya Sate Lontong saja, tapi Inak Misti juga memanjakan lidah pelanggan menu-menu lainnya seperti soto ayam dan bakso kuah.

Siapa Inak Misti? Inak Mistiah merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Ibu Mistiah merupakan anak dari pasangan amaq Mustiadi dan Inak Nurminah. Kini Inak Misti sudah punya dua menantu dan beberapa cucu.

Inak Misti punya bakat jualan, selain dia juga hobi masak. Ini pula yang membuat putri Nuraminah itu memilih menjadi pedagang. Tambahan lagi, dia jualan tentu saja untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarganya. Dalam kaitan bisnis yang diawali motif hobi, dalam pikiran saya, bisa menjadi modal utama bagi yang mau menekuni dunia usaha. Sementara tujuan aktivitas berdagang untuk tujuan menopang kebutuhan ekonomi keluarga, merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam agama. Agama menyuruh kita untuk bekerja, bekerja apa saja yang penting halal.

Kita kembali ke soto bikinan Inak Misti. Untuk para pecinta Sate Lontong, Bakso Kuah, dan Soto Ayam, rugi rasanya kalau gak mampir di kios atau tempat jualan perempuan ramah itu. Tahu tidak, nyicipi masakan ibu Mistiah dijamin bakal ketagihan. Bakalan mewek, keluar air liur deh.

Sejauh pengamatan saya, terhadap kios itu, respon konsumen yang pernah mampir, melintas sangat memuaskan terutama untuk rasa sate lontong dan soto ayamnya. Ibu Mistiah biasanya mulai buka kios untuk jualan sembako biasanya jam 9 pagi sepulang iya dari pasar. Dia mengungkapkan, “iya saya buka kios sepulang dari pasar. Kira-kira jam 09.00.”  Sedangkan untuk kuliner seperti sate lontong, bakso kuah dan soto ayam biasanya mulai di buka selepas sholat Ashar. Kira-kira pukul 16.00.

Kios Inak Misti biasanya di padati oleh pembeli bakda Magrib sampai jam 10 malam. Dalam kesempatan ngobrol, Inak Misti cerita ke saya, “Biasanya menu yang paling cepat habis adalah sate lontong dan soto ayam. Karena harga yang sangat ekonomis. Konsumen sangat antusias untuk berbelanja karena cukup dengan hanya menyediakan uang 10 ribu rupiah sduah dapat 1 porsi untuk soto ayam dan bakso kuah. Sedangkan untuk satai lontong ada yang harga Rp.3000-an. Kisaran harga RP.3000-an banyak diminati oleh bocah yang saban hari bermain dan menghabiskan waktunya di sekitaran tempat berjualan Inak Misti.

Dalam berbisnis ibu mistiah tidak memikirkan besar kecilnya keuntungan. Bagi dia, yang penting usaha yang digelutinya berjalan dengan lancar.

Inak Misti menyatakan, walaupun keuntungan kecil, namun usahanya harus tetap lancar itu lebih baik, ketimbang meraup untung besar namun usaha tidak jalan. Pada saat jualan, tentu saja seorang pedagang harus pandai meraih hati pembeli (pelanggan). Dalam kaitan ini, ternyata Inak Misti, tidak mau kalah. Saya melihat, Inak Misti, selalu tersenyum pada pelanggan. Sikap rumah tamah, biar pelanggan merasa nyaman saat berbelanja, bagi dia merupakan salah satu kunci ia menjalankan usahanya.

Selama berjualan, pasang surut usaha, kerap dialami Inak Misti. “Pas mulai buka usahe, luek gati tantangan. Apalagi lek wilayah te ndek man bagus rurung. Jari untung sik jak tem auk, buek buek kadu ongkos: Di awal-awal buka usaha puluhan tahun silam, cukup banyak tantangan. Terlebih kondisi dulu, jalan yang kita lalui sulit, hanya jalan setapak. Beda dengan sekarang, infrastruktur seperti jalan sudah bagus”.

Meski kerap menghadapi tantangan, namun Inak Misti, sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani perofesinya sebagai pedagang. “Alhamdulillah ada saja rizki, baik untuk kebutuhan hidup sehari-hari, juga untuk membiayai kebutuhan penidikan”. Kalau sekedar ratusan ribu hasil jualan, sambung dia, insya Allah dapet. Bahkan pendapatan kadang bisa lebih dari itu.

Akhirul kalam, kita bisa ambil sebuah pelajaran dari perjalanan Inak Misti yang sudah puluhan tahun menekuni jual beli, berdagang. Bahwa dia tidak ada yang tidak mungkin didunia ini jika memang sudah kehendak Allah SWT. Siapa yang bersungguh sungguh dia yang akan menuai hasil. Dan yang paling penting; kalau seorang hamba sudar berdoa dan berusaha serta berikhtiar janji Allah itu pasti. “al-ud’uni astajib laku,” demikian Allah menggambarkan dalam Al-Qur’an.

 

Penulis : Fatahillah, Mahasiswa FE UNU NTB

Editor  : Ayik

Post a Comment

Previous Post Next Post