Sudah seharusnya momentum hari Kartini membangkitkan semangat darah juang para perempuan.
By: AHMAD SANUSI
Pada 2 Mei 1964, Presiden Republik Indonesia, Sukarno, lewat Surat Keputusan Presiden RI, menetapkan almarhumah R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional. Ketetapan itu berdasar pada SK Presiden RI No. 106 Tahun 1964.
Tentu terbitnya SK itu bukan tanpa alasan yang jelas. Namun demikian, terpilihnya sosok RA Kartini, bagi penulis, melalui bahasa pertimbangan SK Presiden secara tegas memberikan maklumat, bahwa Kartini diangkat sebagai pahlawan nasional, tidak lain karena kecintaan dan jasanya terhadap negara, menentang penjajahan, terlebih kepada kaum perempuan. Juga menjadi the sign bahwa seorang Kartini menegaskan peran pentingnya: selain penguatan akan sosok yang melekat dari dirinya, sekaligu memberikan makna, "Pentingnya jasa-jasa perempuan untuk membangun negara, berani berfikir lebih luas tentang kondisi negara dengan memberikan sumbangsih solusi dan mampu menjadi solusi demi membangun negara.
Membincang kaum hawa 'perempuan', bisa kita lihat dan nilai seperti dan sejauhmana ia memperlihatkan eksistensinya di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat. Dalam kaitan ini tentu yang dimaksudkan adalah kontribusi sosok kaum hawa. Bisa dikatakan kaum perempuan seakan tidak begitu tampak ke publik, jika cenderung untuk tidak mengatakan bahwa peran kaum hawa sangat kecil. Bahkan cenderung tidak terlihat. Sehinggapun kemudian, ia 'perempuan' dipandang sepihak.
Melihat fakta betapa seorang perempuan terlihat minim peran, berbagai upaya dilakukan banyak pihak, untuk mendorong agar posisi perempuan bisa terakomodir dalam berbagai hal untuk turut serta mengambil peran.
Perempuan pada umumnya dari masa penjajahan sampai dengan masa kini, bisa dilihat refresentasinya melalui keterwakilannya di ruang legislatif yang telah diupayakan oleh negara untuk di isi kaum hawa itu (lihat UU No. 2 tahun 2008). Sayangnya, sampai saat ini kuota tersebut belum juga terpenuhi. Tampak bahwa suara perempuan seperti tidak terdengar.
Menginspirasi RA Kartini
Di tengah gegap gempita perayaan hari RA Kartini, maka sudah seharusnya anak bangsa sebagai generasi penerus, bisa menginspirasi kehidupan sosok Kartini.
Sunggu miris bila momentum perayaan Hari Kartini tidak mampu membentuk mental, sikap para perempuan di negeri ini untuk mau berjuang dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Dengan begitu, selaiknya 21 April tahun harus kembali didengungkan agar menghadirkan spirit perjuangan khususnya kaum perempuan. Jika ini sampai tidak terjadi, maka pembelajaran dan penghayatan tentang teragendanya hari Kartini dalam kalender Indonesia tanggal 21 bulan April, menandakan masih minimnya para perempuan.
Maka, sudah semestinya, kelompok/komunitas perempuan bisa memetik pelajaran dari kiprah dan jejak (trak record) perjuangan R.A. Kartini dalam berikhtiar, berjuang agar bisa berkontribusi bagi bangsa.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang punya komitmen terhadap keummatan dan kebangsaan memiliki lembaga keperempuanan yang disebut KOHATI (Korps HMIwati), yang hampir tidak pernah alpa dalam melaksanakan kegiatan peringatan Hari Kartini, mulai dari komisariat hingga pengurus besar, diharapkan dalam setiap acara peringatan tersebut dapat memberikan suntikan semangat, yang pada titik ini kemudian mampu menjadi elan vital perjuangan untuk terus berkontribusi terhadap agama, nusa dan bangsa.
Permasalahan perempuan, adalah tentang tanggung jawab. Jika itu tanggung jawab, maka menghendaki bicara keberanian. Keberanian maka berpangkal pada keluasan cara berfikir untuk perbaikan-perbaikan terhadap berbagai persoalan kehidupan yang sering mengacaukan harmoni hidup beragama dan negara ini.
Kohati harus berani melawan doktrin-doktrin keperempuanan yang semakin lemah untuk bicara pembangunan, berani memperbaiki tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat terkait keterkungkungannya dalan berfikir dan dan bergerak untuk kemajuan.
Problem sosial ke(perempuan)an yang saat ini masih menjadi kekhawatiran, kptihatinan, bisa menjadi objek bidikan, oleh perempuan masa kini. Tujuannya, tak lain dan tiada bukan, agar bagaimana dapat keluar dari semesta problem itu. Persoalan itu tak hanya di bidang tertentu, melainkan di banyak sosial kehidupan.
Kita, wabil khusus perempuan masa kini, setidaknya bisa mengikuti jejak-seperti diperjuangkan pada masa-masa R.A. Kartini hidup. Sederet nama nama beken pahlawan nasional perempuan lain seperti Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Laksama Malahayati dan perempuan lainnya yang berjuang untuk Negara dan Agama adalah sosok yang juga patut menginspirasi kita. Selamat hari Kartini!
PENULIS, Ahmad Sanusi adalah Ketua Umum (Ketum) HMI Cabang Mataram
Post a Comment