sumber foto: https://www.google.com/search?q=esensi+islam&safe=strict&sxsrf=
By: MUHAMMAD RAJAB*)
Berislam adalah berserah diri, mengandung esensi bahwa menjadi Muslim tidak boleh setengah-setengah.
“Sesungguhnya
agama di sisi Allah adalah Islam.” (QS Ali Imran: 19). Demikian bunyi ayat
Alquran yang menegaskan bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah Islam.
Dan 87,2
persen penduduk Indonesia menganut agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini.
Pertanyaannya, apakah mereka semua sudah memahami dan mengamalkan makna
esensial dalam berislam? Ini merupakan pertanyaan mendasar bagi setiap Muslim
sebagai pembuktian atas keislaman mereka.
Jika dikaji
secara etimologis, menurut Hamid Fahmi Zarkasyi (2020: 6), Islam merupakan
bentuk mashdar dari kata aslama (menundukkan atau menghadapkan wajah atau
berserah diri). Asal katanya adalah salima (selamat atau menyelamatkan), yang
juga menurunkan kata sallama (menyerahkan diri), salam (kesejahteraan atau
keselamatan), salim (kedamaian), dan sullam (tangga).
Jadi, dari
kata salima yang artinya selamat, terbentuklah aslama yang artinya menyerahkan
diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama terbentuklah kata Islam. Dalam
Alquran, makna kata “Islam” dapat dikelompokkan sedikitnya menjadi tiga.
Pertama, tunduk. Kedua, berserah diri. Dan ketiga, menyelamatkan.
BACA JUGA :Mengubah Hidup Manusia Lewat Membaca
Berislam
adalah tunduk, mengandung makna bahwa setiap Muslim harus tunduk patuh kepada
perintah Allah, taat kepada syariat-Nya, serta mengikuti Rasul beserta
manhaj-nya. Demikian pula Syekh Muhammad Rasyid Ridha memahami Islam dengan
menekankan pada makna tunduk dan patuh.
Walaupun
arti tunduk sebenarnya bukan hanya untuk manusia, melainkan juga untuk seluruh
alam dan makhluk-Nya (QS al-Hasyr: 21). Ini berarti bahwa semua benda di alam
semesta ini mendapatkan amanah untuk tunduk dan patuh terhadap hukum Allah (QS
Ali Imran: 83).
Berikutnya,
berislam adalah berserah diri, mengandung esensi makna bahwa menjadi Muslim
tidak boleh setengah-setengah. Hal ini karena berislam itu melibatkan seluruh
jiwa dan raga. Orang tidak bisa menerima dan mengikuti satu ajaran yang disukai
dan meninggalkan yang tidak disukainya. Seluruh jiwa, akal pikiran, dan
fisiknya berserah diri dalam beribadah kepada Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya (QS al-An’am: 162-163).
Makna
berserah diri sepadan dengan kata tawakkal. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam
al-Ghazali, tawakkal berarti penyerahan diri kepada Tuhan yang Maha Pelindung
karena segala sesuatu tidak keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya, sedangkan
selain Allah tidak dapat membahyakan dan tidak dapat memberi manfaat (Zarkasyi,
2020: 23).
Adapun yang
terakhir, berislam adalah menyelamatkan. Maknanya bahwa orang yang memeluk
Islam, hidupanya akan selamat sebab ia menyelamatkan dirinya dari perbuatan
jahat dan menyelamatkan orang lain dari kejahatan dirinya atau kejahatan orang
lain.
Seorang
Muslim harus mampu membuktikan keislamannya dengan cara menarik dirinya untuk
senantiasa berada dalam jalur keselamatan dan menahan diri untuk tidak
menyakiti dan membahayakan orang lain. Dengan ini akan tercipta kehidupan yang
damai (salam).
Dalam
pengertian ini, Rasulullah SAW bersabda, “Yang disebut dengan Muslim sejati
adalah orang yang menyelamatkan Muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan
orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang
oleh Allah” (HR Bukhari No 10 dan Muslim No 41). Wallahu a’lam.
sumber: www.republika.id. 01 Apr 2021
Post a Comment