Salah satu buku KH Abdurrahman Wahid yang ditulis oleh santri-santrinya
Suatu ketika, almarhum mantan presiden KH Abdurrahman Wahid diundang di suatu acara. Acara itu adalah "Peresmian kampus Universitas Yudharta Pasuruan dan Kolokium Alim ulama se-Indonesia, Mei 2005 di salah satu pondok pesantren".
Setelah panjang lebar cermah, seperti biasa, dia akan menutup ceramahnya.
Sebelum menutupnya, Gus Dur, membacakan syair Arab. Setelah selesai ia bilang ke ratusan jamaah dan tamu yang hadir.
Kata Gus Dur, "Kalau saya disuruh nutup saya bingung ini. NU itu kan dulu miliknya, wabillah taufik walhidayah. Sekarang dipinjam Golkar. Susah setengah mati saya ini. Kiyai Ahmad Abdul Hamid dari Kendal Jawa Tengah (wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H), mencarikan gantinya yang berbunyi: Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq.
Lalu, sambung kiyai yang dijuluki bapak Pluralisme itu, di mana mana orang orang NU terus mengucap begitu.
Setelah panjang lebar cermah, seperti biasa, dia akan menutup ceramahnya.
Sebelum menutupnya, Gus Dur, membacakan syair Arab. Setelah selesai ia bilang ke ratusan jamaah dan tamu yang hadir.
Kata Gus Dur, "Kalau saya disuruh nutup saya bingung ini. NU itu kan dulu miliknya, wabillah taufik walhidayah. Sekarang dipinjam Golkar. Susah setengah mati saya ini. Kiyai Ahmad Abdul Hamid dari Kendal Jawa Tengah (wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H), mencarikan gantinya yang berbunyi: Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq.
Lalu, sambung kiyai yang dijuluki bapak Pluralisme itu, di mana mana orang orang NU terus mengucap begitu.
Kata Gus Dur, "Saya jengkal. Saya ini gak mau. Maka saya tambahkanlah Wabillahi Taufik wal Hidayah Warridha wal Inayah. Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh".
Post a Comment