Imbas Covid 19 bagi EKONOMI dan PENDIDIKAN

 



Imbas Covid-19 bagi EKONOMI dan PENDIDIKAN

(Mencoba Menguak Nestapa Sisi Filosofis Pandemi Covid-19)


Team Writer By: PATHILLAH, PITRIANI PUTRI, RAHAYU WIDIA ASTUTI, RIADATUL ALMA, MUHAMMAD HUZAIRON

 

Dunia penuh dengan goncangan dan ujian. Juga penderitaan. Tapi meski begitu kenyataannya, dunia juga penuh dengan cara untuk mengatasi semua penderitaan yang dihadapi itu. Ya inilah makna filosofisnya


SEMPATBACA.COM- Sebermula dari Wuhan, China. Virus Corona lantas menyebar ke seantero dunia, termasuk di Indonesia. Sehingga pemerintah mengambil sikap untuk mengumumkan virus Covid 19 sebagai musibah, Pandemi yang bersifat global.

Kian hari, kian terasa. Pun kemudian, perlahan tapi pasti, korban mulai berjatuhan. Pendek kata, Covid-19 terus meningkat penyebarannya di Indonesia. Akhirnya, keputusan pemerintah untuk menyatakan bahwa Covid-19 sebagai bencana nasional atau bencana non alam semakin mantap.

Sejak ditetapkannya, Covid-19 sebagai bencana nasional, di bentuklah gugus tugas penangan Covid-19.

Satuan tugas dibentuk tak lain untuk meminimalisir virus yang sudah kian merambah. Gugus Tugas diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo. Ia  dibantu dua wakilnya yakni Asisten Operasi Panglima TNI dan Asisten Operasi Kapolri. Selain itu, pemerintahpun menetapkan bahwa Gubernur, Bupati, dan Wali Kota sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di masing-masing daerah yang di naungi. Sehingga, dalam menetapkan kebijakan, kepala daerah harus memperhatikan kebijakan pemerintah pusat terkait penanganan Covid-19.

**

Resah dan gelisah mulai menghampiri masyarakat.  Rasa cemas nan kuatir juga rasa takut terinfeksi Covid bahkan lebih-lebih  ancaman jiwa semakin hari, kian dirasakan. Perasaan tak karuan itu, mengaduk-aduk pikiran dan jiwa hampir seantero masyarakat penjuru tanah air.

Tak pelak, pemerintah pun meindaklanjuti dengan membuat kebijakan perlunya  melakukan social distancing, physical distancing, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang merupakan respon ‘darurat’ kesehatan masyarakat. Hajatan dari PSBB bukan semata-semata kepentingan kelompok tertentu, melainkan dimaksudkan sebagai upaya mencegah meluasnya penyebaran penyakit, yang semakin hari semakin mewabah di tengah-tengah sosial kehidupan masyarakat dan terjadi antar orang di suatu wilayah tertentu. Imbas dari itu semua, beragam aktivitas sosial mulai surut, sekolah-sekolah, belum lagi berbagai kegiatan yang lazimnya masih ramai mulai surut, berubah dan terus berubah. Tak hanya itu, aturan terhadap berbagai aktivitas keagamaan, atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum juga sangat dibatasi.

Agaknya semua mafhum, di satu sisi pemberlakuan berbagai kebijakan yang ditetapkan, diyakini memberikan manfaat tetapi di sisi lain, pemberlakuan social distancing, physical distancing, hingga PSBB, tampaknya, cukup berdampak bagi sosial kehidupan sosial ekonomi di masyarakat. Harus jujur diakui, selalu saja ada dua sisi yang selallu berbeda manakala memutuskan sesuatu. Termasuk yang terjadi pada saat itu.

Dalam konteks pembelakuan berbagai kebiijakan yang telah penulis sebut di awal, sebagian masyarakat kehilangan pendapatan lantaran tidak dapat bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Dari golongan kelas ekonomi atas, hingga menengah, keadaan demikian sangat dirasakan. Tak terkecuali, kelas ekonomi menengah ke bawah (miskin) dan lainnya.  Lebih jauh diurai, pandemi global lantaran Covid-19 juga berdampak pada korporasi.  Di mana pada titik ini, sektor korporasi terganggu aktivitas ekonominya. Yang paling rentan adalah, perdagangan, transportasi dan akomodasi (restoran dan perhotelan). Tak pelak, ratusan bahkan ribuan karyawan hotel yang dahulunya bekerja nyaman di perhotelan, harus banting mencari nafkah. Tujuannya, tak lain dan tiada bukan, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, istri dan anak-anaknya.

Menghadapi itu, tentu sangat beralasan dan logis, ketika masyarakat merasakan ketakutan dan kecemasan baik dari sisi psikis (zahir) dan psikologis (spiritual).  Oleh karena itu pulalah, untuk membendung rasa itu sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan rill kebutuhan hidup, masyarakat mencari-cari cara dengan melakoni beragam aktivitas. Ada yang jadi nelayan, menjadi buruh, kuli bangunan dan lainnya. Semua tidak terlepas dari, adanya gangguan aktivitas bisnis akan menurunkan kinerja bisnis, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), dan bahkan disergap ancaman kebangkrutan. Imbas Pandemi yang popular di sebut Covid-19 juga terlihat di sektor keuangan, di mana aktivitas ekonomi dan dunia usaha memburuk yang merembet ke sektor keuangan. Sehingga banyaknya para karyawan hotel yang dahulunya bekerja nyaman di perhotelan membanting setir mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarganya, masing-masing dengan cara menjadi seorang nelayan, menjadi seorang buruh dan lebih-lebih menjadi seorang kuli bangunan. Oleh karena itu dalam langkah ini, Pemerintah langsung berupaya mengatasi masalah sosial yang terjadi terhadap masyarakat seperti pengangguran, PHK, dan daya beli yang rendah.

Alhasil berbagai kebijakanpun di berlakukan oleh pemerintah. Pemerintahpun telah memastikan dan menyatakan bahwa jaring pengaman ekonomi selama pandemi virus corona. Kebijakan ini difokuskan untuk pekerja informal dan pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sejumlah program ekonomi telah berlakukan, mulai dari Program Keluarga Harapan dari Kementerian Sosial,  Kartu sembako Semua ini akan diberikan selama sembilan bulan dan Kartu prakerja di berlakukan selama empat bulan. Juga banyak bantuan-bantuan dan keringanan yang lainnya yang  diberikan kepada masyarakat.

Kita tahu, Corona, selain berimbas terhadap berbagai sektor (yang sudah dijelaskan) di awal, pun sangat berdampak buruk terhadap aktivitas pendidikan.  Metode kegiatan belajar mengajar dari jenjang pendidikan; mulai dari TK, SD,  SMP, SMA dan perguruan tinggi.

Oleh karena itu mulailah diterapkanya metode belajar mengajar dari rumah atau bisa di sebut sistem online. Pembelajaran system online memanfaatkan sarana-sarana yang ada. Aplikasi-Aplikasi medsos yang ada, seperti Whatsaap, FB, IG, Gogle classroom, Zoom Meething dan Ruang Guru. Namun di samping di terapkannya pemberlakuan belajar mengajar melalui system online.

Beberapa hambatan yang bisa menjadi kendala dalam menerapkan pembelajaran dengan system online, setidaknya yaitu terkruasnya uang belanja untuk kebutuhan kuota yang akan di gunakan untuk mengakses pembelajaran. Juga persoalan infrastruktur sesperti sinyal yang tidak memadai. Ini dirasakan terutama bagi masyarakat pedesaan nun jauh terpencil di sana. Namun setelah beberapa bulan berjalannya pembelajaran metoden online yang telah diberlakukan, pemerintah melalui Dikti menggelontorkan bantuan yang tidak sedikit. Juga bantuan yang digelontorkan sejumlah kementerian-kementerian lain, kepada seluruh pelajar di Indonesia, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Setidaknya ini, bisa meringankan bebdan yang dihadapi masyarakat.

Makna Filosofis

Tentu setiap musibah, bencana ada penyebab terjadinya. Ada sebab dan akibat yang melatari mengapa bisa terjadi. Dalam logika-logika sederhana, kita ambil contoh; orang mau sehat, harus banyak asupan makanan bergizi, rajin berolahraga. Orang mau cerdas, harus rajin belajar dan menuntut ilmu. Juga ornag yang mau banyak uang, harus rajin berusaha dan bekerja. Kalaupun ada yang ingin sesuatu yang besar, dan tidak melakukan sesuatu yang mendukung apa yang dihasratinya secara keras dan penuh perjuangan, itu terjadi pada hanya segelintir orang. Begitulah. Maka dalam konteks musibah pandemic global yang kita hadapi, juga ada latar penyebabnya. Boleh jadi manusia. manusia yang lalai dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai khalifatul fil ardl. Tetapi boleh jadi, bahwa ujian/musibah itu merupakan sebuah ujian dan cobaan yang ditimpakan Tuhan kepada manusia. Pendek kata, kehidupan selalu bermata dua. Selalu punya dua sisi. Seperti apa? Di satu sisi kadang baik, tetapi juga menimbulkan keburukan. Begitu seterusnya. Namun yang pasti, seberat apapun yang dihadapi, pasti ada jalan keluar. Esgelap apapun kondisi ruang dan dimensi, pasti ada seberkas cahaya yang membawa terang.

Dalam konteks pernyataan di atas, menarik untuk mengutarakan sinyalemen seorang Helen Keller. Salah satu pemikir kelahiran Tuscumbia, Alabama puluhan tahun silam.

Keller berujar, “Dunia penuh dengan goncangan dan ujian”. Tapi meski begitu, kata pria yang dikenal filosof itu,  “Meskipun dunia penuh dengan goncangan atau penderitaan iya juga penuh dengan cara untuk mengatasi semua penderitaan itu”.

Kebahagian demi kebahagiaan dapat di pandang sebagai orang-orang yang sejati imannya dan memiliki akhlak yang mulia.? Bahkan betapapun mandirinya kita mungkin berpikir tentang diri kita hanya Tuhanlah yang sepenuhnya mandiri, sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Al-Ankabut. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata kami telah beriman dan mereka tidak di uji?”. Dan banyak ayat yang menerangkan tentang bagaimana sesuatu itu terjadi, terus terjadi, namun bisa diambil hikmah dibalik apa yang terjadi. Wallahu a’lam.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post