Penulis, Serlina Lestari (Foto : Dokumen pribadi)
By: SERLINA LESTARI*)
Syariah itu sebagai penuntun seluruh aktivitas ekonomi. Bertujuan agar seluruh aktivitas ekonomi itu bisa berjalan sesuai aturan yang ditetapkan syariah. Lalu akhlak menuntun dan membimbing seluruh aktivitas ekonomi manusia agar moralitas dan etika untuk mencapai tujuan senantiasa dijadikan acuan, landasan berpijak. Lebih jauh dikemukakan, akhlak yang terpancar dari iman
SEMPATBACA.COM- Rekan-rekan sebelumnya, telah
menguraikan dalam tulisannya di rubrik Celoteh,
prihal apa yang dibacanya dalam buku karya Mashur, S.E.I, ME, berjudul,
“Filsafat Ekonomi Islam”. Beragam topik sudah diulas. Meski harus jujur diakui,
ulasan rekan-rekan yang lain tidak terlalu detail.
Saya pun begitu. Dalam tulisan
sederhana ini, akan mengulas syariah dan ahlak tentu tulisan saya juga tidak
terlalu panjang lebar membeberkan syariah dan ahlak dengan seluk beluk yang ada
di alamnya. Namun sepintas saja ulasan (syariah dan ahlak sebagai refleksi
tauhid).
Ulasan dalam tulisan saya, bersumber
dari buku yang ditulis Mashur, salah seorang staf pengajar di salah satu
perguruan tinggi swasta. Berikut ulasannya. Pertama, bahwa syariah sebagai penuntun seluruh aktivitas ekonomi.
Tujuannya bagaimana kemudian seluruh aktivitas ekonomi itu bisa berjalan sesuai
aturan yang ditetapkan syariah. Kedua
akhlak menuntun dan membimbing seluruh aktivitas ekonomi manusia agar moralitas
dan etika untuk mencapai tujuan senantiasa dijadikan acuan, landasan berpijak.
Lebih jauh dikemukakan, akhlak yang terpancar dari iman sebagai ejawantah yang
menghasilkan integritas guna memformulasikan good corporate governance dan market
dicipilin yang baik.
BACA JUGA :Mengkayakan Khazanah Pengembangan Ekonomi Islam
Sementara jika dikaitkan dengan
hubungan manusia dan alam, keduanya adalah hubungan yang mengalami pergulatan
sehingga membentuk etika sosial yang bisa melahirkan prinsip-prinsip moralitas.
Berkaitan moralitas, Emanuel Kant (1723-1804) pernah bilang bahwa moralitas “Sebagai
argumen atas keberadan Tuhan”. Pada konteks ini pengalaman terhadap keberadan
Tuhan, akan membawa seseorang hamba untuk istiqomah melaksanakan sesuatu yang didasarkan
pada nilai kebaikan dan merealisasikan nilai-nilai kebaikan tersebut dalam
kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat.
Atas dasar semua itu, maka
nilai-nilai kebaikan akan senantiasa mewarnai perilaku kehidupan yang syarat
nilai kebaikan. Inilah yang secara tegas diungkapkan Kant bahwa tujuan
moralitas itu yakni apa yang disebut dengan kebaikan tertinggi. Sebuah
realisasi nilai kehidupan yang imbasnya tak terbatas pada aspek-aspek tertentu
tetapi meluas hingga pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Jadi, Tauhid adalah inti ajaran
Islam. Juga inti ajaran semua agama samawi. Para Nabi dan Rasul silih berganti
di utus Allah ke muka bumi sesungguhnya bertugas untuk menyampaikan mengenai tauhid
pada sang pencipta : Allah. Tauhid –dalam banyak tempat di tulis tawhid-merupakan kata benda kerja
(verbal noun) sebuah turunan/tashrif dari kata-kata “wahid” yang artinya “satu” atau “esa.”
Apa pengertian Tauhid dalam Bahasa
Arab? Pengertian Tauhid dalam bahasa Arab merupakan mashdar (kata suatu benda dari sebuah kata kerja) berasal dari kata
wahhada. Yang dimaksud wahhadasyai’a berarti menjadikan sesuatu
itu menjadi satu. Sedangkan menurut ilmu syariat mempunyai arti mengesakan
terhadap Allah dalam sesuatu hal yang merupakan kekhususan bagi-Nya.
Kemudian ketauhidan yang terimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari adalah ketauhidan yang mempertautkan kehidupan keseharian
manusia dengan kekuasaan Allah (trensendensi kehidupan) atau mentarnsformasikan
ketauhidan/keimanan kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari atau yang disebut
dengan tauhid sosial. Jadi kata kuncinya ada pada dua hal: 1)
Transformasi Ketauhidan. Tarnsformasi ketauhidan adalah
mewujudkan ketauhdian kepada Allah dalam bentuk amal nyatadalam kehidupan
sehari-hari.Karena kita menyadari betul bahwa Allah senantiasa bersama kita,
maka kita senantiasa menjaga perilaku kita dari hal-hal buruk misalnya
kesombongan, berbuat zalim, menyakiti orang lain, merugikan orang lain, dan
setersunya.Sebaliknya, kita selalu terdorong unatu melakukan hal-hal yang baik
misalnya bersikap ramah, menolong orang lain, peduli, empati pada sesame, dan
setersunya. Intinya kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat benar-benar
membawa manfaat bagi orang lain; 2) Transendensi Kehidupan. Apa itu Transendensi
dalam kehidupan? Transendensi kehidupan adalah upaya mengaitkan semua dinamika
kehidupan ini dengan Allah SWT. Allah hadir sebagai pengawas kehidupan kita,
sebagai tempat bersandar, meminta, bersyukur dan hal lain yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Saat kita menerima rezeki, pertolongan, bahkan bencana
semuanya selalu terkait dengan Allah. Allah-lah yang memudahkan semuanya
melalui tangan hamba-hamba-Nya.Terkadang kita hanya berterima kasih pada
manusia.Kita tak pernah sadar bahwa Allah-lah yang mengetuk hatinya. Allah-lah
yang memudahkan semuanya untuk kita. Filsafat Ekonomi Islam pun sumbernya tidak
lain dan tidak bukan yaitu tauhid.
Post a Comment