By: DENDA DENIATI*)
Mengapa harus EI? Ini tentu tidak terlepas bahwa system EI diyakini mampu membawa optimism kebangkitan ekonomi. Apa sebab? Tak lain, karena EI memiliki nilai-nilai yang mampu menciptakan kemakmuran, keadilan. Konsep EI, juga diyakini mampu memberangus sikap hidup yang hedonis, serakah. EI tidak hanya mementingkan nilai materialism tetapi juga spritualitas. EI juga menekankan konsep keseimbangan dalam segala hal.
SAYA pikir istilah Ekonomi Islam (selanjutnya disingkat EI) tak begitu asing kita dengar.
Sebaliknya, belakangan ini, malah menjadi buah bibir, bukan hanya di Indonesia tetapi
juga dunia global.
Sejarah juga membuktikan bahwa ekonomi Islam telah ada sejak dulu,
yakni ketika adam (sebagai nenek moyang manusia) hadir ke muka bumi. Kok bisa?
Alasan sederhananya, bukankah Adam sebelum turun ke bumi, sudah dibekali
ilmu pengetahuan oleh sang pencipta. Dengan begitu kemudian, maka seluruh
aktivitas nabi adam, tidak terlepas dari aturan-aturan yang telah ditetapkan
Tuhan.
Sedang pada sejarah kehidupan kanjeng rasul Muhammad saw,. lebih terang
benderang lagi. Alasannya, baginda rasul sendiri melakoni aktivitas sebagai
pedagang. Dalam aktivitas bisnisnya, baginda rasul dikenal jujur oleh orang-orang
yang pernah berinteraksi pada saat itu. Allah memberi gelar kepada baginda
rasul sebagai al-amin, yaitu orang
yang jujur. Dengan ini kemudian, kanjeng rasul, telah
mempraktikkan dari nilai-nilai/cara
berbisnis yang berdasar atas ketentuan
syari’ah.
Saat ini, EI, tidak sekedar konsep, tetapi juga telah dipraktikkan. Di Indonesia, dari sisi infrastruktur EI ditopang oleh kian banyaknya lembaga keuangan bank dan non bank. Secara undang-undang juga demikian. Sudah banyak regulasi yang mengatur untuk menopang berkembanganya ajaran Islam di bidang ekonomi. Bahkan lebih dari itu, praktik ekonomi islam sudah merambah ke berbagai sektor, seperti halal food, halal tourism, trend fashion halal, wisata religi dan sebagainya. Daerah kita pernah dinobatkan sebagai salah satu provinsi yang sukses megembangkan halal tourism.
Mengapa Harus EKONOMI ISLAM
Mengapa harus EI? Ini tentu tidak terlepas bahwa system EI diyakini
mampu membawa optimism kebangkitan ekonomi. Apa sebab? Tak lain, karena EI
memiliki nilai-nilai yang mampu menciptakan kemakmuran, keadilan. Konsep EI,
juga diyakini mampu memberangus sikap hidup yang hedonis, serakah. EI tidak
hanya mementingkan nilai materialism tetapi juga spritualitas. EI juga
menekankan konsep keseimbangan dalam segala hal.
Beragam fenomena yang terjadi, seperti korupsi, praktik curang dalam bisnis
dan cara-cara yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan juga
menjadi visi dan misi penting, mengapa EI harus ada. Bahkan begitu penting?.
Masyhur dalam bukunya “Filsafat Ekonomi
Islam”,
mengemukakan ciri-ciri EI, antara lain: Pertama, EI bersifat Teologis. Kedua, EI
punya karakter yang universal. Ketiga, EI
syarat muatan
norma, etika dan moralitas.
Cirri-ciri EI, yang dikemukakan di atas, kian memperjelas, mengapa EI
begitu penting. Cirinya yang bersifat teologis adalah : didasarkan nilai tauhid (ketuhanan). Artinya bahwa, mengharuskan pelaksanaan seluruh aktivitas
ekonomi manusia baik secara mikro maupun makro tidak terlepas dari aturan Allah
SWT. EI, bersumber
hukum dari
Al-Qur’an dan Sunnah. Juga sumber hukum lainnya. Jadi, seluruh aktivitas
ekonomi juga harus sesuai dengan standar norma, etika dan moralitas, sehingga
akan tercapai keseimbangan dan kesempurnaan.
Lebih jauh, EI bersifat universal.
Ini berarti sistem EI bukan
hanya bagi kalangan muslim saja, tapi juga untuk semua ummat manusia. Konsep ini
sekaligus menegaskan bahwa EI, meletakkan
nilai-nilai humanitas sebagai suatu hal yang penting di bidang ekonomi.
Sejumlah media, hampir tiap hari merilis perkembangan pesat EI yang
terjadi di berbagai negara. Di negara-negara Eropa yang penduduknya
bukan mayoritas muslim, khususnya di negara Inggris, pertumbuhan EI cukup pesat. Inggris telah banyak mendirikan perbankan
yang prinsip operasionalnya berbasis syariah. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara seperti Jerman,
Prancis dan Malaysia. Hal ini menjadi
bukti betapa nilai dan ajaran Islam di bidang ekonomi sudah mampu dirasakan
manfaatnya. Dengan kata lain, system EI, memiliki kekuatan yang benar-benar diyakini
akan membawa kebaikan, asalkan diimplementasikan dengan baik. Juga mendapatkan
dukungan dari pemerintah.
Fenomena berkembangnya EI di negara-negara non muslim tersebut, secara tidak langsung menunjukkan
kian pentingnya mengapa harus menerapkan system EI.
Sistem EI menjadi solusi terbaik agar bisa mencapai kesejahteraan sosial,
pemerataan ekonomi dan keadilan sosial. Karena pada sistem ekonomi ini, setiap
individu/golongan tidak diperbolehkan untuk menumpuk harta kekayaan dengan
jalan yang bathil. Juga abai terhadap terhadap prinsip kemanusiaan. Islam juga mewajibkan setiap individu untuk
mengeluarkan zakat atas harta kekayaan yang dimiliki, berinfaq dan bersedekah. Disetiap
harta yang diperoleh terdapat bagian orang lain yang harus
dikeluarkan/disalurkan. Itulah sebabnya, sistem EI pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, dapat terwujud.
Umat Islam terutama di Indonesia harus mewujudkan keislamannya secara
kaffah, termasuk di bidang ekonomi. Karena ajaran Islam, punya konsep dan sistem ekonomi, yang berbeda dengan yang lain. Semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Indonesia dengan segala
potensinya harus bisa optimis terus mengembangkan menyongsong kemajuan ekonomi yang berkeadilan,
merata, dan bermoral.
Hanya saja, banyak tantangan untuk terus
mengembangkan EI. Salah satu
tantangan terbesar adalah tentang pemahaman masyarakat mengenai Ekonomi Islam
itu sendiri. Meskipun Indonesia merupakan negara mayoritas muslim, tetapi
pemahaman konsep EI, terbilang minim. Karenanya, sangat dibutuhkan peran semua pihak untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat baik secara formal maupun non formal. Juga gencar melakukan
sosialiasi mengembagkan EI. Tanpa itu semua, agaknya terasa sulit.
*) Penulis : adalah Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) NTB
Post a Comment