By: HIKMAH DAMAYANTI*)
Hakikat dan orientasi ekonomi Islam terbentuk fondasi tauhid, berikut syariah dan akhlak. Pengamalan syariah dan akhlak merupakan refleksi dari tauhid. Landasan tauhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi syariah dan akhlak terganggu. Dasar syariah adalah membimbing aktivitas ekonomi sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Sedangkan akhlak membimbing aktivitas ekonomi manusia agar senantiasa mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapai tujuan
ADA kekeliruan jika
serta merta menganggap Ekonomi Islam (selanjutnya
disingkat EI), sepenuhnya, sama dengan sistem ekonomi yang lain, semisal
kapitalis, sosialis atau sistem yang lain.
Saya pikir pandangan
yang tepat, bagi penulis pribadi, adalah: “Di samping ada kesamaan antar system
EI dengan sistem Kapitalis, sistem
Sosialis dan atau sistem ekonomi yang lain--yang juga dikembangkan di berbagai Negara—tetapi
juga memiliki perbedaan-perbedaan.
Kalau kapitalis, hanya mengedepankan materi belaka, untuk kepentingan individu dalam seluruh aktivitas ekonomi. Jika sosialis hanya mementingkan kelompok untuk melakukan kebebasan aktivitas ekonomi maka Islam jauh melampui itu. Islam mendorong individu, tanpa melupakan, mengabaikan kepentingan kelompok. Sebaliknya system ekonomi Islam mendorong inividu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama di bidang ekonomi. System EI juga memberikan ruang bagi pemerintah untuk turut serta mengatur aktivitas, sehingga policy ekonomi tidak tumpang tindih. Bagi EI, kepentingan individu tidak dipandang sebelah mata. Sama halnya dengan kepentingan bersama, juga tidak dipandang secara sepihak. Akan tetapi bagaimana keduanya mampu membentuk tatanan keadilan, kesamarataan dalam seluruh aktivitas ekonomi. EI membenci eksploitasi, tetapi mendorong untuk melakukan kerjasama. Antara kepentingan individu, kepentingan kelompok dan kepentingan Negara, harus saling bersinergi. Tujuannya: mencapai kesejahteraan bersama, menciptakan keadilan.
Seperangkat
Identitas
Menarik untuk ditulis kembali, uraian-uraian yang
dikemukakan Mashur dalam bukunya Filsafat Ekonomi Islam (terbit tahun
2020). Bahwa ekonomi islam, mengutip pendapat Louis Cantori, Mashur menulis, “Ekonomi Islam pada hakekatnya
adalah upaya untuk memformulasikan suatu ilmu ekonomi yang berorientasi kepada
manusia dan masyarakat yang tidak mengakui individualisme yang berlebih-lebihan
sebagaimana dalam ekonomi klasik” (Mashur, 2020).
Disebutkan juga
oleh Penulis buku, bahwa ciri EI itu
secara garis besar adalah: 1) bersifat teologis. Ciri ini, suatu hal yang
paling mendasar. Cirinya yang bersifat teologis menghendaki bahwa seluruh
aktivitas ekonomi manusia harus mendasarkan segala bentuk aktivitas ekonomi
baik secara mikro dan makro tidak terlepas dari kerangka aturan yang telah
ditetapkan Allah ; 2) EI punya
karakter yang universal. Karakter EI
yang bersifat universal mengharuskan, EI
adalah suatu sistem ekonomi yang bukan hanya secara khusus harus dipatuhi kaum
muslim, tetapi memungkinkan bahwa EI
adalah untuk manusia secara umum. Dalam konteks ini, dapat pula disebut bahwa EI adalah ekonomi yang meletakkan nilai-nilai humanitas sebagai
suatu hal yang penting dalam ranah kehidupan ekonomi.; 3) EI bermuatan norma,
etika dan moralitas.
Sumber EI yang berasal dari Al-Qur’an dan
hadist berikut sumber hukum lainnya, menjadi bukti bahwa EI syarat muatan norma dan etika serta moralitas. Dari segi ini
kemudian, seluruh aktivitas ekonomi manusia harus tidak boleh lepas dari
standar norma, etika dan moralitas. Dengan adanya standar norma, etika dan
morlaitas tersebut maka aktivitas ekonomi manusia berjalan di atas keseimbangan
untuk mencapai kesempurnaan.
BACA JUGA : Mengapa Harus Sistem EKONOMI ISLAM?
Saya juga meringkas dari buku Filsafat
Ekonomi Islam, bahwa : Hakikat dan orientasi ekonomi Islam terbentuk fondasi tauhid,
berikut syariah dan akhlak. Pengamalan syariah dan akhlak merupakan refleksi
dari tauhid. Landasan tauhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi
syariah dan akhlak terganggu. Dasar syariah adalah membimbing aktivitas ekonomi
sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Sedangkan akhlak membimbing
aktivitas ekonomi manusia agar senantiasa mengedepankan moralitas dan
etika untuk mencapai tujuan. Ada beberapa nilai umum yang juga disebutkan
sebagai bagian/inti/nilai dalam EI yaitu : tauhid dan maslahah, adil
dan khalifah, persaudaraan, kerja
dan produktifitas, kepemilikan, Kebebasan dan Tanggung Jawab, jaminan sosial
dan nubuwwah, siddiq dan amanah, tabligh dan fathanah.
Nah, apa yang
diuraikan di atas, itu sebagai gambaran : ciri dan prinsip. Juga hakikat EI.
Inilah dia seperangkat identitas itu. Seperangkat identitas inilah yang membedakan EI dengan sistem yang lainnya.
Alhasil, EI nilai-nilai
Islam dalam bidang ekonomi, dimaksudkan untuk menepis anggapan bahwa Islam adalah
agama yang hanya mengatur persoalan ibadah dan manusia saja. Tetapi kemunculan
EI merupakan satu bentuk sosiologis dan praktis dari nilai-nilai Islam yang
selama ini dipandang doktriner dan normatif. Dengan demikian, Islam adalah dien yang praktis dan ajarannya tidak hanya
merupakan aturan hidup yang menyangkut aspek ibadah dan muamalah tetapi,
sekaligus: hablumminallah dan hablumminannas.
*) Penulis : adalah Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB
Post a Comment