Siapa Kita dan Anda di Media Sosial

 


Pelatihan menulis kreatif  dan Mind Map untuk siswa-siswi Mts Hiayatuddarain Dasan Geres (ilustrasi, SempatBaca.com)


By: YUSUF TANTHOWI

PADA peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) ke -21 LPM RO’YUNA UIN Mataram di Desa Langko, Lingsar, Lombok Barat, saya mengatakan kepada peserta, jadikan akun media sosial anda sebagai media untuk memperkenalkan diri anda kepada publik. Memperkenalkan pikiran, ide, potensi dan keahlian anda.

Saya juga menjelaskan media sosial merupakan tempat yang tepat untuk belajar dan latihan menulis. Banyak orang menjadi pandai, lancar dan menggunakan kalimat yang sederhana setelah rutin menyampaikan ide, pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan dimedia sosial. Di tambah lagi tulisannya diberikan like, komen dan share dari para sahabat, keluarga dan teman-temannya. Ia akan semangat untuk terus menulis.

Ia merasa tulisannya bermanfaat bagi orang lain. Tulisan-tulisannya datang dari pikiran dan pengalaman nyata dan disampaikan secara jujur oleh penulisnya. Di tulis secara bebas (free writing) dengan mengunakan bahasa sehari-hari dan tanpa sensor. Tulisan-tulisan model seperti ini mudah dipahami dan digemari oleh pembaca. Potensi pembaca juga sangat luas.

Media sosial saat ini bukan hanya untuk menampang foto dan kegiatan sehari-hari. Walau menyampaikan kegiatan sehari-hari itu masih lebih baik ketimbang untuk membagi foto, berita atau info-info yang belum tentu jelas kebenarannya. Untuk hal ini kita mestinya memiliki kemampuan untuk membaca, menganalisa dan mencermati hal-hal yang kita bagi (share) itu.

Sekilas apa yang kita bagi itu kelihatan bermanfaat tapi kadang ada hal-hal yang tidak benar, data yang tidak cocok didalamnya. Karena itu harusnya punya keahlian dan kemampuan untuk menilai hal itu benar atau tidak. Kan banyak sekali orang terkecoh untuk menyebarkan info-info atau berita, padahal itu hoax, belum terverifikasi dan lain-lain.

Menurut saya yang paling baik, halaman media sosial kita pakai untuk menyampaikan hal-hal yang terkait dengan diri kita. Baik kemampuan, keahlian, aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang terkait dengan diri kita. Sesuatu yang bermakna dan bermanfaat kita lakukan. Dengan begitu orang akan tahu tahu profile kita dengan hanya melihat secara singkat akun media sosial kita. Itu pun sesuatu yang bermanfaat bagi kita, belum tentu dengan orang lain.

BACA JUGA :Dari Pondok Naga Santri Belajar Membuat Peta Mimpi

Penggunaan dan akses media sosial secara massal serta bebas bukan jaminan semua orang dapat menggunakan media sosial dengan baik. Sudah banyak contoh orang tersangkut kasus hukum karena media sosial. Mereka bukan belum tahu fungsi dan manfaat media sosial tapi salah menggunakan ke hal-hal yang menyinggung, merugikan atau memojokkan dirinya dan orang lain.

Sekarang untuk melakukan profiling kepada orang tertentu cukup melihat media sosialnya. Apa saja aktivitas, kegiatan, hubungan bahkan pikiran yang sedang dan telah ia pikirkan terekam dan terlihat dimedia sosial. Apa lagi yang diposting lengkap dengan video. Untuk melakukan profiling sederhana itu cukup melalui media sosial.

Makanya ada orang yang gagal diterima bekerja atau kerjasama bisnis dengan perusahaan, instansi atau individu – termasuk mungkin calon penerima beasiswa karena penilai menganggap catatan media sosialnya buruk alias tidak baik.

Di media sosial juga bisa dilihat seseorang itu ‘sopir’ atau ‘kondektur’. Seorang pemimpin atau pengikut – disini bisa dimaknai secara personal atau kelompok. Itu akan terlihat dari postingan atau info yang dibagikan. Termasuk ideologi keagamaan, ormas, jaringan pertemanan dan afiliasi politik apa yang ia ikuti.

Belakangan ini orang senang sekali membagikan ceramah, video, gambar dan meme yang terkait dengan penceramah agama. Dari sana juga bisa dinilai tokoh dan konten-konten agama yang disukai dan tidak disukai. Ibarat sebuah produk, orang tak akan ragu mempromosikan produk yang ia sukai dan produk yang ia tidak sukai. Terlepas ia bagian atau pemilik dari produk itu sendiri.

Kecendrungan lain, orang suka sekali mengomentari, mengkritik, mengecam atau mendukung berbagai hal yang kadang jauh dengan dirinya. Hal itu tentu saja bisa terkait secara langsung atau tidak langsung dengan dirinya baik secara pribadi atau kelompok. Itu dianggap sebagai sikap dan pandangan terhadap isu tertentup.

Padahal kegiatan itu tidak mengubah situasi atau kondisi yang terjadi. Tapi ada kepuasan unek-unek, pandangan atau pikirannya telah disampaikan dimedia sosial. Dan media sosial pun dimaknai sebagai arena untuk merebut pengaruh terhadap dinamika, sosial, politik dan ekonomi yang terjadi. Media sosial lalu menjadi arena pertarungan dua atau lebih kelompok untuk merebut pengaruh.

Untuk itu kembali kepada kita – media sosial itu untuk apa, bagaimana dimanfaatkan bukan media sosial yang memanfaatkan kita. Kalau yang terakhir ini tentu saja yang untuk pemilik media sosial dan orang-orang yang memanfaatkan media sosial untuk meraih untung sebanyak-banyaknya. Media sosial itu media netral, bisa dipergunakan secara baik, bisa juga sebaliknya. Baik tidaknya, kita juga penentunya.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post