By: MUNAJAD HADI*)
SEMPATBACA-Saudara ku,
saat anda membaca tulisan ini, pejamkan sejenak mata anda. Renungkanlah. Bayangkan……!
Saat
itu tak ada lagi matahari dan bulan, langit terbelah, air laut naik menenggelamkan
daratan, gunung-gunung diterbangkan bak sehelai rambut yang sangat ringan. Bumi
diguncang teramat dahsyat. Tak pelak, memuntahkan “isi” atau apa yang ada di
dalamnya. Bintang-bintangpun berguguran. Rasa takut yang tidak pernah kita
rasakan sebelumnya, seakan menyelimuti. Suasana gelap gulita, kondisi mencekam bersamaan
suara teriakan sangat histeris pun kemudian, suami meninggalkan istri, ibu meninggalkan
anaknya, kita pun lantas, bisa lupa begitu saja terhadap orang yang kita
sayangi selama ini. Juga karib terdekat. Apa sebab?
Tak
lain, sebab: suasana yang demikian menakutkan. Tak terhenti di situ: janin yang
ada dalam kandungan pun harus keluar dengan rambut yang sudah beruban.
Demikianlah Al-Qur'an menggambarkan detik-detik yang sangat dikhawatirkan
tersebut. Bumi yang kita huni diganti bumi yang lain. Lantas para sahabat
bertanya di manakah manusia kala itu ya Rasulullah? Beliau menjawab kita berada:
di Shiroth. Ia Shiroth. Apa gerangan Shiroth
itu ?
Shirot
adalah jembatan panjang yang terbentang di atas neraka Jahannam. Secara fisik
Shirot itu; lebih kecil dari rambut, lebih tajam dari pedang. Sementara keadaan
sekitarnya suasana gelap mencekam, terdapat padanya binatang berbisa dan besi
tua yang sudah rapuh, semua manusia bakal melaluinya.
Al-Habib
shalallahu alaihi wa salam menanti diujung Shiroth dengan berdebar-berdebar
melihat kondisi ummatnya yang banyak. Pun sangat kepayahan di kala melalui
jembatan tersebut, sembari mengatakan ya Rabb sallim sallim, (wahai Tuhanku selamatkanlah-selamatkanlah).
Saat
itulah Nuur yang kita nanti datang menghampiri. Nuur (cahaya) seakan menjadi
semacam kekuatan untuk melesat, sebagai penuntun dalam kegelapan, dan sebagai
isyarat bakal bisa melalui Shiroth dengan tenang. Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah member penjelasan
prihal kata Nur. Dalam QS an-Nur ayat 35 Nur berarti “Sesuatu yang menjelaskan
atau menghilangkan kegelapan, sesuatu yang sifatnya gelap atau tidak jelas. Nur
digunakan dalam pengertian hakiki untuk menunjukkan sesuatu yang memungkinkan
mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya. Nur merupakan sesuatu yang
dapat dilihat mata. Indra penglihatan ini mampu mengamati benda yang disinari
cahaya. Nur pun bersifat terang dan menerangi”.
Sementara itu, Thabathaba’i juga menjelaskan Nur
bersifat khusus. Misalnya, seperti tertuang dalam kalimat matsalu nurihi dalam QS An-Nur ayat 35. Cahaya khusus yang dimaksud
adalah yang menerangi jalan orang-orang beriman. Itu adalah cahaya makrifat
yang dengannya hati mereka memperoleh petunjuk pada saat kiamat tiba.
Dalam konteks uraian tentang manusia, berkaitan
baik dalam kehidupan di dunia maupun akhirat, kata Nur juga berarti : mengandung
makna hidayah dan petunjuk Allah atau dampak dan hasilnya. Lantas, bagaimana cara
untuk mendapatkan cahaya itu?
Nuur
atau cahaya yang kita terima sangat bergantung amalan sewaktu di dunia. Ada yang
mendapatkan seperti gunung sehingga ia pun melesat di atas Shiroth, bak kilat
menyambar, ada yang lebih kecil dari itu, sehingga kemampuan minitinya pun
lebih lemah. Dan sebagainya.
Bagaikan
berkendara,berlari, berjalan,dan bahkan ada yang merangkak. Ibnu Mas'ud
mengatakan ada yang mendapatkan Nuur-nya setinggi pohon kurma. Ada yang
setinggi orang berdiri. Adapula yang cahayanya hanya sebesar kuku, inilah yang
kadang menyala kadang padam. Di saat menyala iapun berjalan tertatih-tatih,
namun saat padam ia pun harus terhenti sembari mengiba Nuur dari yang lain.
BACA JUGA : Pilihan TUHAN atau Pilihan RAKYAT
Saudaraku,,,kondisi
yang demikian menegangkan tersebut diilustrasikan sang pemilik alam semesta ini
dalam firmanNya, sebagai berikut:
“Hari di mana orang-orang beriman
mendapatkan cahaya mereka dari tangan kanan mereka, kabar gembiralah hari ini
buat kalian dengan surga yang mengalir sungai-sampai di bawahnya, kalian akan
kekal di dalamnya dan itu adalah keberuntungan yang besar”
Hari
di mana pula orang-orang munafiq mengatakan kepada yang beriman : Berilah kami
sedikit cahayamu, orang mukmin mengatakan kembalilah kalian ke dunia untuk
mencari Nuur,di antara mereka kemudian terhalang tembok, dalamnya di mana orang
mukmin berada adalah Rahmat, sedang luarnya di mana orang munafiq berada adalah
azab (Q.S Al-hadid: 12-13).
Itulah
dialog pilu dan mengharukan antara empunya Cahaya yakni orang-orang mukmin dan
pengemis cahaya yakni orang-orang munafiq.
Orang
beriman pun sangat khawatir cahaya mereka bakal padam sebagaimana orang-orang
munafiq yang sering cahanya padam hingga terjatuh ke dalam jahannam (nauudzubillah). Orang-orang beriman
sambil meniti Shiroth berharap dan berdoa: Ya
Rabb kami sempurnakanlah cahaya kami dan ampunilah kami sejatinya engkau maha
manpu atas segala sesuatu.
Semoga
Allah memberikan kita semua cahaya yang sempurna. Mudah-mudahan kita semua
senantaiasa diampuni dari segala bentuk kesalahan. Amin.
*) Penulis adalah Pimpinan Ponpes Aisyiah Samawa
Post a Comment