By: EL-NIZAM*)
SEMPATBACA- Saya mencatat beberapa
hal menarik, yang disampaikan pembicara dalam Diskusi dan Silaturahmi yang
digelar Pengurus Lakpesdam PWNU NTB. Hadir pada kegiatan yang dihelat Lakpesdam
PWNU, di gedung Aula PWNU, Dr. Rumadi Ahmad dan rekannya Mukti.
Dr
Rumadi sendiri adalah aktivis Lakpesdam PBNU. Kini ia juga dipercaya sebagai
tenaga ahli staf kpresidenan. Mukti, rekannya juga adalah kader NU. Mukti cukup
intens mengamati berbagai persoalan dan dinamika sosial, politik dan ekonomi di
tanah air.
Ketua
Tanfidziyah PWNU NTB, Prof H Masnun Tahir juga ikut mendampingi. Siapa sosok
Masnun Tahir? Saya pikir, beliau tak asing di telinga kita. Sehari-hari ia
aktif di UIN Mataram sebagai pejabat. Beberapa bulan lalu, ia dikukuhkan
sebagai guru besar di bidang Hukum (Mudahan ingatanku tak jauh melenceng).
Ketua
sekaligus pengurus NU, juga kader NU, baik kabupaten dan wilayah saya lihat
juga hadir. Ada beberapa orang yang saya dengar disebutkan nama dan asalnya;
ada Suaeb Qurry (ketua LTNU PWNU), pengurus Lakpesdam kab.Lotim dan kab. Loteng.
Saya sendiri, hadir menemani ketua Lakpesdam Lobar, Dr. Abdurrahman. So, atas nama Lakpesdam. Begitu.
Saya juga melihat beberapa akademisi UIN Mataram seperti; Dr. Jumarim, Prof Kadri, Dr Saleh Ending dan lainnya. Eks ketua Komisi Informasi NTB, Hendriadi juga tampak hadir. Saya tak bisa menyebut satu persatu siapa yang turut serta dalam diskusi dan silaturrahmi bertajuk, “Nahdlatul Ulama dan Tantangan Kebangsaan”. Singkat kata; masih banyak lagi, anak-anak muda, kader-kader NU, nimbrung dalam kegiatan diskusi dan silaturahim, Minggu (29/11).
Menurut
Prof Masnun Tahir, jika bicara kontribusi NU, wabil khusus NU di NTB, cukup
jelas. Dia secara tegas bilang, “Jangan tanyakan kontribusi Nahdlatul Ulama
(NU) untuk negeri ini. Sejak awal NU sudah menunjukkan perannya”.
Dia
juga terus berharap agar ke depannya, kontribusi itu kian nyata di
tengah-tengah masyarakat. Bukan hanya untuk bangsa tetapi juga untuk dunia “NU
bisa berkontribusi untuk bangsa dan negara dan dunia internasional, terutama
kontribusi untuk kemanusiaan”ujar dia.
Ada
banyak hal mengemuka dalam diskusi dan silaturahmi malam itu. Mulai dari sharing
informasi mengenai dinamika dan perkembangan bangsa terkini. Juga terkait
persoalan Pandemi. Pembaca mafhum sendiri, bagaimana Covid menyita perhatian
dunia global.
Menurut
Rumadi Ahmad, masalah sosial kemanusiaan dan sikap intoleran masih menjadi
problem. Terkait ini, misalnya, problem intoleran yang berujung pada
termarginalnya beberapa kelompok sehingga berujung pada pengungsian. Rumadi
mengajak bagaimana kemudian, harus segera mengakhiri pengungsian. Tentu saja, penyelesaian
yang harus ditempuh dalam perkara ini, bisa menyenangkan semua pihak.
Tentang
Covid-19, Rumadi bilang, Covid tidak pernah dalam bayangan kita dan orang-orang.
Tetapi nyatanya terjadi. Pandemi Covid berimbas pada berbagai sektor dan
seluruh bidang kehidupan.
Covid
telah meluluhlntahkan peradaban dan kreasi manusia. Di bidang transportasi, semua
negara membatasi diri. Pergerakan mnusia dari satu negara ke negara lain gegara
Covid terhambat. Berbagai tujuan penerbangan juga dibatalkan.
Dari
sisi Konstruksi; banyak gedung mewah kosong, pusat perbelanjaan seperti Mall sepi
pengunjung. Di bidang ekonomi, lantaran
Covid-19, aktivitas ekonomi tampak lesu. Berkaitan aktivitas agama, juga
demikian. Kita melihat, bagaimana aktivitas agama yang menimbulkan keramaian
sangat dibatasi. Dalam konteks ini kemudian, agama mau tidak mau harus menyesuaikan.
Artinya dimensi keagamaan yang selama ini kita anggap sakral harus menyesuaikan
diri karena Covid. Begitulah. Kita
manusia menjadi saksi sejarah tentang apa yang kita hadapi saat ini.
BACA JUGA : Jangan jadi: Korban BUKU
Namun demikian, ujian dan musibah Covid yang melanda negara di berbagai penjuru termasuk Inodenesia, kita sebagai ummat beragama, harus pandai dan tak pernah berhenti untuk menyingkap tabir ‘hikmah’ atas apa yang terjadi.
Pilar Peradaban
Bencana-demi
bencana, yang hampir tiada jeda, harus membuat kita semakin sadar. Yang lebih
penting lagi, manusia—dan kita semua, harus bisa mengambil hikmah atas semua
yang terjadi. Meski banyak hal-hal yang harus jujur kita akui, bahwa Covid
berdampak sangat buruk bagi kehidupan, tetapi banyak hikmah yang bisa dipetik.
Apa yang kita hadapi saat ini, dengan berbagai dampak buruk yang kita rasakan
pasti ada sisi baik yang dapat dijadikan pelajaran.
Misalnya,
lantaran Covid, lahir kreasi, inovasi dari manusia, untuk melakukan dan
mengembangkan sesuatu yang sebelumnya tak pernah terbersit di kepala. Kalau
pada mulanya, kebutuhan manusia biasa dan sederhana, namun seiring waktu
menjadi kompleks (Mashur, 2020). Dan nyata sekali kita rasakan, akibat
terbatasnya interaksi manusia akibat Covid-19 melahirkan kemajuan di bidang teknologi
yang cukup luar biasa. Banyak lahir, platform ekonomi digital yang bisa
mengakomodir segala bentuk kebutuhan. Tak hanya mudah. Juga cepat dan tepat. Selain
itu, akibat teknologi, manusia bisa melakukan dan mengembangkan hal-hal baru. Inovasi
pangan misalnya. Yang hal ini, dapat meminimalisir kekurangan manusia dalam
urusan pangan.
Teknologi
telah menjadi pilar peradaban manusia. “Untungnya kita punya teknologi sehingga
banyak hal bisa kita lakukan,” ujar Rumadi. Kalau gak ada itu, sambung Tenaga
Ahli Staf Kepresidenan itu, barangkali hampir semua kehidupan lumpuh. Perkembangan
teknologi memang luar biasa pesat, dahsyat.
Kian membenarkan sinyalemen Mashur (2020, 175:176) dalam bukunya, “Filsafat
Ekonomi Islam”. Mashur menulis, “dunia
seakan menjadi seakan-akan tidak ada batas, terutama karena perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat. Realitas demikian melahirkan banyak
peluang di satu sisi, dan menghadirkan berbagai tantangan.
Tetapi meski sebesar apapun, sekuat apapun badai tantangan dan ujian dalam kehidupan ini, namun manusia—sosok mahluk yang dikaruniai oleh sang pencipta, berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal menjadi mandataris Tuhan dimuka bumi, manusia tetaplah sebagai The Winner. Manusialah pemenangnya. meski menghadapi situasi genting. Manusia terus bisa survive dari zaman ke zaman, waktu ke waktu. Maha suci Allah yang menciptakan manusia, beserta seluruh semesta jagad ini.
NU: Ibunya Republik Ini
Catatan penting lain, disampaikan kader NU, Mukti yang ikut serta bersama Dr. Rumadi. Menurut Mukti, hal-hal mendesak dan penting yang dilakukan NU saat ini adalah, a) memulihkan situasi. NU itu ibunya republik ini. Jadi, NU, dan jamaah serta kader-kadernya punya kepntingan merawat bangsa ini; b) Moderasi beragama. Terus melakukan penguatan dalam moderasi agama. Kaitan ini, bisa kita cermati, sikap dalam beragama sebagian kalangan yang agaknya keliru. Kesannya, ada ekspresi yang memunculkan antipati. Fenemena kelompok radikal muncul. Kelompok ini, karena pemahaman teks yang sangat ekstrim. Mengartikan teks secra literal; c) Matinya kepakaran. Fakta di lapangan membuktikan, kita melihat orang soleh zuhud kalah dengan kiyai-kiyai yang setidaknya ngartis. Bagi kalangan, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah, mereka beranggapan bahwa: orang-orang yang ahli itu, yang tampil di Youtube. Padahal ada sosok-sosok yang jauh lebih tepat dan memiliki keistimewaan luar biasa, dan mesti dan harus diikuti. Tapi sayang beribu sayang, sebagian kalangan malah acap keliru. Di benak mereka: “Yang ahli itu itu ya yang ngartis” Nah inilah tantangan. Tantangan bersama*).
(Tulisan ini diadopsi dari isi Ceramah dalam Diskusi dan Silaturahmi Lakpesdam PWNU NTB bersama Dr. Rumadi Ahmad (Ketua Lakpesdam PBNU, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan, Minggu, 29 November 2020).
*) Penulis, berkhidmat di UNU NTB.
Sehari-hari bergiat di Lakpesdam NU Lobar dan Lembaga Inisiatif Lombok.
Post a Comment