Empat Murid Kiayi Kholil Bangkalan; Cikal Bakal NU, Muhammadiyah, MIAI dan Masyumi



Ilustrasi, sempatbaca.com




Empat murid kiyai Kholil Bangkalan menjadi tonggak syiar Islam di Nusantara


SEMPATBACA.COM- Sebuah perbincangan tentang empat santri Syaikhana Kholil Bangkalan yang akan menjadi tonggak dakwah Indonesia.

Pertama, Sekitar awal tahun 1900-an 4 murid menamatkan pelajarannya pada Kyai Cholil di Bangkalan Madura Menyeberangi selat : Dua ke Jombang, dan dua ke Semarang.

Kedua, murid yang ke Jombang ; 1 dibekali cincin KH. Muhammad Ihsan (kakek Cak Nun "Emha Ainun Najib), dan 1 lagi KH. Romli (ayah KH. Mustain Romli) dibekali pisang mas.

Ketiga, Dua murid yang ke Semarang ; Hasyim Asyari dan Muhammad Darwis, masing-masing diberi kitab untuk dingajikan pada Kyai Soleh Darat.

Keempat, Kyai Soleh Darat adalah ulama terkemuka, ahli nahwu, ahli tafsir, ahli falak.

Keluarga besar RA. Kartini mengaji pada beliau. Bahkan atas masukan Kartini-lah, Kyai Soleh Darat menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Jawa agar bisa dipahami. Dari sinilah buku fenomal Habislah Gelap Terbitlah Terang tercipta dari ayat "Minadz Dzululumati ilan Nuur"

Kelima, Pada Kyai Soleh Darat, Hasyim dan Darwis (yang kemudian berganti nama jadi Ahmad Dahlan) tabarruk dengan gurunya Syekh Ahmad Zaini bin Dahlan, Mufti Syafiiyyah di Tanah Haram belajar tekun dan rajin. Lalu diusir. Kedua sahabat itu ; Hasyim Asyari dan Ahmad Dahlan diperintahkan Kyai Soleh Darat segera ke Makkah untuk melanjutkan belajar.

Keenam, Setiba di Makkah, keduanya yang cerdas menjadi murid kesayangan Imam Masjidil Haram, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Tampaklah kecenderungan Hasyim yang sangat mencintai hadist, sementara Ahmad Dahlan tertarik bahasan pemikiran dan gerakan Islam.

Ketujuh, Tentu riwayat jalan berilmu mereka panjang. Saya akan melompat pada kepulangan mereka ke tanah air dan gerakan yang dilakukan.

Kedelapan, Hasyim Asyari pulang ke Jombang. Di sana Kyai Ihsan kakek Cak Nun menantinya penuh rindu, dimana beliaulah yang sakti inilah yang menaklukkan kawasan rampok dan durjana bernama Tebuireng untuk didirikan pesantren bersama pendekar dari Pesantren di Cirebon.

Kesembilan, Hasyim Asyari, dia mohon agar berkenan mulai mengajar di situ. Beliau membuka pengajian Shahih al-Bukhari di sana. Bahkan Syaikhona Kholil, Sang Guru juga pernah ngaji kepada Hadratus Syekh.

Kesepuluh, Pahamlah kita, satu-satunya orang yang bisa membujuk Gus Dur keluar istana saat impeachment (pemakzulan) dulu ya Cak Nun. Ini soal nasab dan kisah kedua kakeknya.

Sebelas, Saat disuruh mundur orang lain, Gus Dur biasanya jawab: saya kok disuruh mundur, maju aja susah, harus dituntun!. Tapi Cak Nun tidak menyuruhnya mundur. Kata beliau, Gus, koen wis wayahe munggah pangkat..!! Sudah saatnya naik jabatan..!!

Duabelas, KH. Romli Tamim yang juga di Jombang mendirikan pesantren di Rejoso, kelak jadi pusat Thariqoh Al Mutabarah (Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah) yang disegani yakni Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan Jombang.

Tiga belas, Kembali ke Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari, : beliaulah orang yang menjadikan pengajian hadist penting & terhormat. Sebelum Hadratusy Syaikh memulai ponpes Tebuireng-nya dengan kajian Shahih al-Bukhari, umumnya ponpes cuma ajarkan tarekat. Bahkan pernah suatu ketika Syaikhona Kholil ikut mengaji hadist ke Mbah Hasyim.

Empat Belas, Tebuireng makin maju, santri berdatangan dari seluruh nusantara. Hubungan baik terjalin dengan Kyai Hasbullah, Tambakberas, Jombang. Putra Kyai Hasbullah, Abdul Wahab yang kelak jadi pendiri organisasi Islam terbesar yang dinisbatkannya pada Hadratusy Syaikh, Nahdlatul Ulama' (NU). Konon selama KH. Abdul Wahab Hasbullah dalam kandungan, ayahnya mengkhatamkan al-Quran 100 kali diperdengarkan pada si janin.

Lima belas, Tebuireng juga berhubungan baik dengan KH. Bisyri Syamsuri Denanyar. Abdul Wahid Hasyim menikahi putri beliau Ibu Nyai Hj. Solichah (ibu Gus Dur).

Enam belas, KH. Bisyri Syansuri juga ber-iparan dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah. Inilah segitiga pilar NU ; Tambakberas Tebuireng Denanyar.

Tujuh belas, Satu waktu ada santri Hadratusy Syaikh melapor, dari Yogyakarta, "ada gerakan yang ingin memurnikan agama" & aktif beramal usaha.". "Oh.. kuwi Mas Dahlan, ujar. Hadratusy Syaikh Ayo padha disokong...Itu Mas Dahlan, ayo kita dukung sepenuhnya." mbah Hasyim.

Delapan belas, KH. Ahmad Dahlan sang putra penghulu keraton itu amat bersyukur. Beliau kirimkan hadiah. Hubungan kedua keluarga makin akrab.

Sembilan belas, Sampai generasi ke-4, putra-putri Tebuireng yang kuliah di Yogyakarta selalu kos di keluarga KH. Ahmad Dahlan Kauman.

Dua puluh, Sebagai bentuk dukungan pada perjuangan KH. Ahmad Dahlan, Hadratusy Syaikh menulis kitab Al-Tambihat al-Wajibat Li man Yashna al-Maulid bi al-Munkarat.

Dua satu, Ketika akhirnya gesekan makin sering terjadi antara anggota Muhammadiyah vs kalangan pesantren, Hadratusy Syaikh turun tangan. Kita & Muhammadiyah sama. Kita Taqlid Qauli (mengambil PENDAPAT ulama Salaf), mereka Taqlid Manhaji (mengambil METODE).

Dua Puluh dua, Tetapi dipelopori KH. Abdul Wahab Hasbullah, para murid menghendaki kalangan pesantren pun terorganisasi baik. NU berdiri. Direstui Hadratusy Syaikh, Abdul Wahab Hasbullah & rekan berangkat ke Makkah menghadap raja Saudi sampaikan aspirasi Madzhab agar beliau bisa menghentikan rencana penghancuran makam Rasulullah.

Kepulangan mereka disambut Hadratusy Syaikh dengan syukur sekaligus meminta untuk terus bekerjasama dengan Muhammadiyah.

Dua puluh tiga, Atas prakarsa Hadratusy Syaikh, KH. Mas Mansur, Muhammadiyah, dan tokoh lain, terbentuklah Majlisul Islam Ala Indunisiya (MIAI).

Dua puluh empat, Mengapa kisah Mbah Kholil dari Bangkalan & murid-muridnya penting..!! ?. Agar terjaga fikiran, lisan & perkataan kita yang mengaku pewaris dakwah hari ini.

Dua puluh lima, Yang tidak memahami sejarah, nasab keluarga & sanad ilmu akan kesulitan memahami & membawakan dakwah pada kalangan tertentu.

Disarikan dari Laman Republika.or.id dari akun Facebook Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Fahmi Salim tentang sepak terjang KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan dalam menegakkan Islam di Indonesia sejak sebelum bangsa ini merdeka, yang dikutip dari Ustaz Salim A. Fillah dengan sedikit tambahan dan editan dari saya.Cerita selengkapnya bisa disimak di 2 Matahari dari Tanah Jawa: Menggali Rekam Jejak Masa Belajar dan Perjuangan dakwah Pendiri NU dan Muhammadiyyah.


Post a Comment

Previous Post Next Post