Spirit Hijriyah, Ini penjelasan Ustad Abdul Hanan

 



Ustad Abdul Hanan, M.Pd.I (Tokoh agama dan Kepala Sekolah MA Al-Aziziyah Putra
 

SempatBaca.com- Bulan Hijriyah, telah diperingati ribuan bahkan jutaan hingga miliyaran lebih ummat muslim dunia. Peringatan Hijriyah sebagai tahun baru Islam, belum terlalu jauh meninggalkan ummat muslim. Nuansa bulan ‘hijriyah’ pun  masih terasa melekat, terutama bagi pemeluk Islam. Karena itu, sudah semestinya, bagi setiap muslim, peringatan tahun baru Islam 1442 Hijriyah menjadi sesuatu yang memiliki makna berarti bagi setiap pemeluk muslim.

Terkait bulan Hijriyah, ada semangat hijrah yang terkandung di dalamnya. Salah satu tokoh agama, Ustad Abdul Hanan, mengungkapkan bahwa ada semangat ‘hijrah’ dari bulan Hijriyah yang harus kita contoh dalam kehidupan.

Hal itu diungkapkannya dalam kegiatan silaturahmi rutin (bulanan, red) dengan para asatidz lembaga Madrasah Aliyah (MA) Putra Al-Aziziyah, Kamis pagi (3/9).

Terdapat beberapa hal yang yang perlu menjadi spirit atau semangat bagi setiap individu muslim, memperingati bulan Hijriyah beberapa waktu lalu.


Seseorang harus berupaya meningkatkan diri menjadi lebih baik, selalu berlomba-lomba melakukan kebaikan dan memiliki sikap istiqomah. Orang istiqomah itu sangat disayang oleh Allah. Yakinlah hamba yang istiqomah pasti sukses dan selamat

Kegiatan rapat dan evaluasi Sekolah MA Al-Aziziyah Putra, tetap mematuhi protokol kesehatan
 dengan menggunakan Face Shield 

Antara lain semangat tersebut menurut Tokoh agama asal dusun Teloke Lauq. Pertama, bagaimana setiap orang itu, punya niat yang baik untuk mau berubah. Niat mau berubah, kata Abdul Hanan, yang kerap disapa Mamiq itu, adalah punya niat untuk meningkatkan diri, dari lebih baik menjadi lebih baik lagi, dari sebelumnya yang kurang bahkan tidak semangat, seseorang kian lebih semangat.

“Kalau dulu baginda rasul hijrah karena dakwah nabi dapat penolakan dari masyarakat Mekah, hampir selama sepuluh tahun itu. Iya, nabi pernah ditolak, di kota Thaif nabi berdakwah, nabi kita juga ditolak,” ujarnya. Lalu, kata Abdul Hanan, Allah memerintahkan nabi segera Hijrah.

Tetapi tahu tidak? “Bahwa nabi hijrah, bukan karena takut, tetapi harus dimaknai sebagai strategi dakwah,”terangnya.

BACA JUGA : Ilmu: tak Terbatas Ruang dan Waktu

Kedua, jiwa istiqomah. Semangat hijrah berkait erat dengan jiwa istiqomah. Abdul Hanan, juga menyebut keistimewaan dari sikap istiqomah. Dia bilang: Istiqomah itu lebih baik dari seribu kemuliaan.  Selain itu, orang yang istiqomah itu, katanya, sangat disayang oleh Allah.

BACA JUGA : Semangat Qurban dan Tahun Pelajaran Baru

Dalam praktiknya, istiqomah memiliki relevansi dengan kehidupan dan profesi digeluti seseorang, seperti menjadi guru, pekerja, pengusaha dan lainnya. “Orang istiqomah itu, pasti sukses, orang istiqomah itu tak pernah sedih, tidak rugi,” ujarnya. Sebaliknya, kata ayah tiga anak itu, keselamatan, kebahagaian, menanti dan pasti muflih (sukses) orang yang istiqomah itu.

Ketiga, kompetisi untuk kebaikan. Semangat hijrah bisa menjadi gairah untuk berlomba-lomba dan bersaing dalam kebaikan (baca: jiwa tanafus). Mengapa harus istiqomah? Ia membeberkan bahwa istiqomah bagian dari  fastabiqul khairat.

Lantaran, karena umur kita terus berkurang, segala bentuk aktivitas dan atau perbuatan bisa berkurang, apa saja berkurang, lanjut Abdul Hanan, maka, berlomba-lomba untuk kebaikan itu penting artinya bagi setiap individu. “Segala sesuatu itu berkurang; apa saja berkurang; fisik kurang, rezeki kurang, umur kurang,”bebernya. Yang tidak kurang itu, tegas dia, adalah kejahatan, kejahatan.

Alasan lain yang juga penting, mengapa “berlomba-lomba” untuk kebaikan itu, sangat penting, tidak terlepas dari bisa datangnya rasa malas kepada setiap kita. “Iya harus terus berfatabiqul khairot, sebelum dihantui sikap malas dan dosa, bosan,”ujarnya. Maka dari itu, sambungnya, segera,… harus segera berbuat baik; sebelum tergoda oleh rayuan syethan. Pria yang juga alumnus Ponpes Nurul Hakim itu, mengatakan bahwa fastabiqul khairot, itu bisa menghindarkan seseorang dari azab kubur. Dia mengatakan,  karena azab kubur dan azab akhirat itu sangat mengerikan.

BACA JUGA : Musthofa Selalu Mencium Bekas Tempat Duduk Gurunya

Dalam kesempatan itu juga, dijelaskan oleh ustad Abdul Hanan prihal Surga itu menurut faham Ahlul Sunnah. “Kubur jadi neraka bagi yang ingkar, dan kubur bisa menjelma jadi surga bagi orang yang taat dan patuh beribadah kepada Allah swt.

Oleh karenanya, ia mendorong para asatidz untuk istiqomah memelihara sholat lima waktu. “Orang yang menjaga sholatnya terhindar dari siksa kubur,” cetusnya. Jadi, segera lakukan kebaikan, kebaikan (khairat): tercakup di dalamnya beberapa hal yaitu : segera bertaubat (kembali kepada Allah). “Annadamu taubat (menyesal itu sudah termasuk taubat),” imbuh dia. Selanjutnya, memperbanyak membaca istigfar. Dia berujar,  bahwa istigfar itu juga mempemudah seorang hamba yang kesulitan memiliki keturunan. “Kalau mau punya anak, banyak-banyak istighfar; banyak besedekah; rajin sholat; banyak zikir dan berdoa, dan meninggalkan perbuatan maksiat,” ajaknya.

Mengakhiri, kegiatan rutin silaturahim dengan sesama asatidz, pun bertindak dalam kapasitasnya sebagai Kepala Sekolah MA Al-Aziziyah Putra, ustad Abdul Hanan tak lupa mendorong para asatidz untuk meningkatkan kinerja dalam kegiatan belajar mengajar. Ia juga mendorong asatid-asatidzah untuk tertib administrasi pengajaran, seperti raport, keharusan bagi guru-guru untuk membuat dan membawa perangkat pembelajaran. Bagi dia, hal-hal yang terkait dengan yang disebutnya tadi itu, juga menjadi bagian yang tidak kalah penting dalam upaya menyiapkan akreditasi sekolah/madrasah. “mari, Ikuti aturan pemerintah dan aturan-aturan lainnya yang berlaku,”harapnya.

BACA JUGA : KeberadaanAl-Aziziyah; Monumen Besar Pemikiran-Gagasan Buya Musthofa

Disinggung juga mengenai Visi-Misi madrasah. Terkait dengan visi misi madrasah, ia selaku penanggung jawab di MA Putra mengamanahkan kepada sejumlah asatidz untuk segera merancang visi dan misi madrasah yang tepat, cocok, kekinian dan sesuai dengan ciri khas yang melekat pada diri ponpes Al-Aziziyah secara kelembagaan.

 

Sumber: 

(Disadur dari ceramah Ustad H. Abdul Hanan dalam kegiatan, “Evaluasi dan       Silaturahim Bulanan dengan para asatidz-asatidzah”, Tanggal 3 September 2020)

Penyunting : Redaksi SempatBaca.com

Post a Comment

Previous Post Next Post