Rahasia Keanehan Gus Dur Membaca dengan Cepat




SempatBaca.com- KH Buchori Masroeri menceritakan keistimewaan KH Abdurraahman Wahid (Gus Dur) terkait kemampuan membacanya. Menurut dia, ketika menjadi santri KH Chudlori di Tegalrejo, Magelang, sekitar tahun 1955, bacaan Gus Dur yang masih berusia 15 tahun adalah Al-Qur’an dengan terjemahan bahasa Inggris, “The Holy Quran”.

“Zaman tahun 1955, Gus Dur cekelane (pegangannya) Al-Qur’an terjemahan bahasa Inggris. “The Holy Quran”. Pangepunten (mohon maaf), kacamatanya udah tebel waktu itu,” katanya pada ceramah Haul Gus Dur di Masjid Agung Demak 2014 yang diakses NU Online Sabtu (5/8) melalui video yang disebarluaskan di YouTube.

Waktu itu, Kiai Buchori yang pencipta lagu “Perdamaian” yang dipopulerkan grup kasidah Nasida Ria, masih belum mengenalnya dan merasa heran akan kemampuan cucu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari itu.

BACA JUGA :Para Tokoh Besar, Dilukai Orang-orang Dungu

“Saya heran, di dunia ini kok ada orang yang seperti Gus Dur. Pabrik ora ngetokno orang koyok kui (pabrik tidak mengeluarkan lagi orang seperti itu,” ungkap dai yang menurut Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) berdakwah dengan ilmu itu.

Ia melanjutkan keanehan tentang Gus Dur membaca dari informasi lain. Informasi itu adalah, Gus Dur mampu menyelesaiakan "The Satanic Verses" karangan Salman Rushdie di pesawat terbang dari Soekarno Hatta, Jakarta, sampai Juanda, Surabaya. Buku tebal itu dilahap Gus Dur sampai tamat.

“Kulo diceritakno; mboten ngandel, mosok iyo, (saya diceritakan tentang hal itu, tidak percaya, masak iya),” katanya.

Lalu, ketika menjadi Ketua PWNU Jawa Tengah, ia mengirimkan surat langsung ke Jakarta dan diterima langsung Gus Dur. Nah, ketika menerima surat itu, Gus Dur membaca surat itu tidak seperti orang umumnya membaca. Ia tidak melihat surat itu.

Kiai Buchori, di video itu, mempraktikkan cara membaca Gus Dur. Ia mengambil kertas yang ada di podium, kemudian kertas itu ditempelkan ke mukanya. Lalu ditarik ke atas dengan agak cepat, sementara kertas itu masih menempel muka, hingga melewati kepala. Ia mempraktikkan hal itu beberapa kali.

Menurut Kiai Buchori, dengan menempelkan kertas ke muka, seolah-olah surat itu discanner atau difoto copy otak Gus Dur.

Ternyata, lanjutnya, apa yang dilakukan Gus Dur itu tidak ngawur. Buktinya apa yang dinyatakan di surat itu, ditanyakan satu per satu oleh Gus Dur dengan tepat.

 “Kalau bukan discanner apa lagi?

Dari situ, ia menyimpulkan, jika begitu, pantas saja, sejak kecil, Gus Dur sudah bisa membaca cepat dan bahkan dalam bahasa asing (dari berbagai sumber)

Post a Comment

Previous Post Next Post