SempatBaca.com- Dalam pengertian sederhana, kata monumen bisa kita
beri makna: “Bangunan yang punya nilai sejarah sehingga dipelihara, dijaga dan
dilindungi”. Selain itu, di benak kita masing-masing, mendengar kata “monumen” tersirat
ilustrasi bahwa : monument itu berbentuk bangunan, yang secara nyata dapat
dilihat.
Dengan begitu, bila sebuah monumen menyiratkan bahwa sesuatu yang ada
dan melekat dalam monumen memiliki arti penting, berharga dan memiliki nilai.
Mengapa dikata penting?
Monumen tak ubahnya sketsa pemikiran dari seorang figur. Ia telah merancang dan merekonstruksi suatu keadaan, agar apa yang dirancang itu bisa membawa perubahan dalam berbagai sisi dalam sosial kehidupan masyarakat, ummat dan bangsa.
Dikatakan penting, karena melalui monument tersebut, terlihat secara
nyata peristiwa yang menandai eksistensi dan bermula “hadir”nya. Disebut berharga,
karena dinilai tak hanya dari segi materialisme tetapi juga spiritualisme. Pun
dianggap memiliki nilai karena, perpaduan antara “penting”nya dan “berharga”nya
sesuatu itu.
Salah satu karya (tulisan) TGH Musthofa Umar yang kini dibaca banyak dibaca oleh santri
dan masyarakat pada umumnya.
So, ringkasnya, monumen adalah sketsa pemikiran dari seorang figur yang
telah merancang dan merekonstruksi suatu keadaan, agar apa yang dirancang
tersebut bisa membawa perubahan dalam berbagai sisi dalam sosial kehidupan masyarakat,
ummat dan bangsa. Pengertian perubahan yang dimaksud, tentu saja, yaitu
perubahan menuju arah postif. Dari yang
sebelumnya, datar dan biasa-biasa saja, lantas berubah dan tercipta
menjadi sesuatu yang luar biasa. Bahkan terkadang melampui dari apa yang kita
bayangkan sebelumnya.
Kait kelindan, apa yang terurai di atas, tak lain dan tiada bukan, yang dimaksud adalah Ponpes Al-Aziziyah. Salah satu institusi pendidikan yang berada di tengah-tengah kehidupan masayrakat Gunungsari yang plural, tepatnya di Kapek Gunungsari gumi Patut Patuh Patju—Lobar. What happen about Al-Aziziyah?
Ponpes Al-Aziziyah, dalam hal ini, secara eksplisit jelas, seolah
sebagai monument pemikiran yang mengejewantah dari diri seorang figur Buya
Musthofa. Seakan Ponpes Al-Aziziyah menunjukkan bagaimana cita-cita mulia untuk
membangun, tidak hanya membangun masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan,
tetapi juga membangun ummat dan bangsa agar nilai-nilai kehidupan dapat
terwujud, dari seorang figur bernama Buya Musthofa—lengkapnya TGH Musthofa
Abdul Aziz.
Jamak kita tahu, bahwa Al-Aziziyah,
banyak mencetak penghafal, puluhan bahkan mungkin ratusan alumni penghafal yang
juga mahir dan mumpuni dalam berbagai disiplin ilmu agama dan ilmu pengetahuan
umum. Keberadaan Ponpes Al-Aziziyah menggambarkan bagaimana luasnya cakrawala
berpikir seorang Putra dari TGH Umar, yakni Buya Musthofa.
Membayangkan Al-Aziziyah seperti sekarang Ini tentu tidak mudah. Tidak
pula, gampang, terlebih lagi, bila tidak disokong tumpukan materi, harta
kekayaan. Bahkan pun jika harta dan kekayaan dianggap satu-satunya, untuk bisa mendirikan
sebuah pondok pesantren, bukanlah merupakan sesuatu yang utama, jika tanpa
dibarengi dengan perjuangan dan kerja keras. Jadi, tak salah kiranya,
diungkapkan bahwa betapa berat perjuangan seorang Musthofa, dulu, saat kali
pertama berniat menginisiasi lahirnya Ponpes Al-Aziziyah.
Tak syak lagi, kemudian, bahwa seorang Musthofa, tipikal orang yang
pekerja keras dan berani berjuang sewaktu muda dulu. Tak dimungkiri pula, bahwa
Musthofa adalah tipikal pemuda yang mempunyai cita dan harapan tinggi. Juga
seorang pendo’a yang tiada henti.
Pengalaman Penulis belajar, pada kurun 1997, ponpes Al-Aziziyah, yang
mana pada saat itu, dari segi infrastruktur, Al-Aziziyah, lebih dari memadai
untuk ukuran sebuah pondok pesantren. Dari segi manajemen, pada tahun itu, ilmu
manajemen sudah diaplikasikan secara nyata dan konkrit oleh para pengelola-pengelola,
asatizd pondok. Hal ini, dapat dilihat dari bagaimana system tata kelola,
lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Ponpes Al-Aziziyah, sehingga, lembaga
formal dan no-formal jauh melampui lembaga-lembaga yang jauh lebih dahulu
berdiri. Dari sisi kualitas dan kuantitas, out put ‘santri” Al-Aziziyah, juga tak
kalah hebat dengan santri keluaran pondok-pondok modern.
Pada kurun tahun 1997 itu pula, berbagai kegiatan-kegiatan pondok tak sekedar
berkutat pada pelajaran agama, tetapi juga, pendidikan olaharga seperti silat,
sepak bola dan sebagainya menjadi menu santri-santri yang hidup di lingkungan
pondok. Dan itu, iklim yang Penulis sempat rasakan.
**
Bagaimana awal berdirinya Al-Aziziyah secara historis, selanjutnya, apa
yang kita lihat dan saksikan secara nyata dari sejak awal berdirinya hingga
tetap beridiri kokoh saat ini, terutama dalam upaya, ikhtiar dan kontribusi
Al-Aziziyah secara institusional guna memajukan pendidikan, membumikan
Al-Qur’an dan menanamkan pendidikan dan nilai-nilai agama kepada
santri-santrinya, adalah sebagian kecil dari kerangka berpikir seorang
Musthofa. Artinya bahwa, pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan kemajuan yang
dalam kepala seorang Musthofa jauh lebih besar, luas dan proyektif serta
progressif, dalam cita-citanya membangun masyarakat, ummat dan bangsa.
Al-Aziziyah, adalah monumen besar dan berharga. Al-Aziziyah secara institusional adalah gambaran betapa besar cita-cita, gagasan dan pemikiran seorang Musthofa selama hidupnya. Dan gambaran besar dari apa yang dicita-citakan dan diharapkan itu, disebabkan berkat do’a dan kerja kerasnya
Esksistensi Al-Aziziyah, telah ikut mewarnai dinamika perkembangan dunia
pesantren di NTB. Bahkan bisa dibilang menjadi gerbong utama, lahirnya pada
hafiz dan hafizoh di pulau seribu masjid. Bisa diungkapkan juga bahwa gagasan
seorang Musthofa tak cukup dikatakan sebagai sesuatu yang cemerlang. Tetapi
juga beliau adalah sosok yang brilliant dan cerdas, juga alim. Figurnya juga
termasuk sosok yang tampil beda, dalam membangun masyarakat dan bangsa.
Makam TGH Musthofa Umar
Jadi, bagi Penulis, Al-Aziziyah, adalah monumen besar dan berharga.
Al-Aziziyah secara institusional adalah gambaran betapa besar cita-cita,
gagasan dan pemikiran seorang Musthofa selama hidupnya. Dan gambaran besar dari
apa yang dicita-citakan dan diharapkan itu, disebabkan berkat do’a dan kerja
kerasnya, cita-cita mulia, gagasan besar mewujudkan semua itu dikabulkan oleh
sang empunya hidup rabbul izzah; Allah swt.
Seorang Musthofa adalah orang hebat. Oleh putra-putinya, orang
terdekatnya, murid dan santri-santrinya, kehebatan beliau patut diteladani
sekaligus menjadi inspirasi kita semua, wabil khusus santri-santrinya.
Cara-cara kita meneladani sekaligus menjadikannya isnpirasi bagi
kehidupan kita, tentu beragam. Kita dapat memulainya dengan menggali dan
menggali sejarah kehidupannya, melihat apa yang sudah dihasilkannya,
mencermatinya dari berbagai sudut pandang. Dan pada akhirnya, kita dapat
mengetahui siapa seorang Musthofa.
Ponpes Al-Aziziyah tak lain sebagai monumen gagasan besar sosok TGH Musthofa. Beliau sosok ulama karismatik. Kontribusi dan peran beliau selama hidupnya, tak terhitung, saking banyaknya
Bukankah, setiap orang hebat, mesti punya kebiasaan, yang akhirnya
membuat ia mencapai prestasi luar biasa yang bisa diraihnya. Sudah pasti ada
suatu dorongan sehingga ia tertuntun pada jalan kesuksesan yang diraihnya.
Seorang Musthofa pun demikian. Beliau tokoh hebat, maka kita harus belajar ikhwal
bagaimana proses yang dilakukan beliau sehingga bisa menjadi orang hebat.
Ponpes Al-Aziziyah yang kini tegak dan kokoh berdiri dengan ribuan santri yang kelak menjadi generasi penerus. Dengan berbagai pelajaran yang ada di dalamnya dan berbagai kelebihan yang terdapat di dalam institusi Al-Aziziyah itu sendiri, mencerminkan pemikiran seorang Musthofa. Tidak syak lagi, bahwa TGH Musthofa adalah sosok ulama karismatik. Kontribusi dan peran beliau selama hidupnya, tak terhitung—saking banyaknya. Tidak hanya, ia berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi peran dilakoni beliau tak lain dan tiada bukan : untuk kepentingan ummat, bangsa dan agama.[]
Mashur
Penulis Lepas, Penjual Madu
Post a Comment