Awalnya Sekedar Hobi, Sekarang Ilmu Dibagi-bagi



Endi, salah satu mahasiswa UNU NTB saat bersama pemilik salon


By. Endi Arianto
SempatBaca.com- Bisnis kecantikan tidak akan pernah mati. Kalimat ini bukan isapan jempol belaka. Sebaliknya, tumbuh kembang bisnis kecantikan kian pesat. Terbukti dengan semakin beragamnya produk dan jasa serta demand masyarakat. Perempuan mana yang tak ingin tampil cantik? 

Kebutuhan mempercantik diri tak bisa dipisahkan dari perempuan. Bisnis kecantikan skala besar hingga kecil tumbuh subur. Mempelajari bisnis kecantikan dari pelaku usahanya langsung tampak amat menarik. Tulisan ini coba mengurai ringkas kisah pelaku bisnis kecantikan dari Desa Puyung, Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

Dulu sekedar hobi. Tapi alhamdulillah kemampuan yang saya miliki dapat saya bagi bagi

Nama lengkapnya Eka Widiastuti. Ibu tiga anak yang cantik ini adalah pemilik Dieka Salon. Penulis menemui Mbak Eka, begitu Ia biasa disapa, di Salonnya yang beralamat di Jln. Raya Puyung tepatnya di depan Kantor Desa Puyung. Berdiri sejak tahun 2006, nama Dieka Salon menjadi salah satu salon terkenal di Kawasan Lombok Tengah. Pelanggannya mulai pelajar, wanita karir, ibu rumah tangga hingga istri pejabat. Mbak Eka mengaku, kepuasan pelanggan adalah salah satu usaha promosi yang efektif. 

Testimoni dari mulut ke mulut membuat namanya semakin terkenal di masyarakat. Setelah best service, yang menjadi alasan masyarakat kembali lagi ke sini adalah jenis treatment yang lengkap. “Saya terus belajar. Kalau ada ilmu kecantikan baru saya pelajari, ambil kursus kalau perlu,” jelas Mbak Eka. Treatment kecantikan memang terus berkembang macam dan jenisnya. Dulu, bisnis ini hanyalah sebuah hobi. “Dari dulu memang suka make up, bantu-bantu orang tata rambut.” kata Mbak Eka. 

Kecintaannya terhadap dunia kecantikan kemudian dilanjutkan dengan kursus beberapa bulan di satu lembaga pelatihan di Kota Mataram. Berbekal hobi dan ilmu yang cukup akhirnya Mbak Eka memberanikan diri membuka salon. Awalnya hanya melayani cuci dan potong rambut, kemudian berkembang menjadi rias dan penyewaan baju adat. Mbak Eka tidak mudah puas, dia tidak mau berhenti belajar dan meningkatkan skill-nya. Saat ini treatment di Dieka Salon sudah bermacam-macam, mulai facialsmoothing, modern hair coloring, sulam alis, extention bulu mata, dan sebagainya. Di make up, riasan yang ditawarkan juga terus mengikuti perkembangan, riasan untuk pesta secara adat hingga riasan flawless yang sedang trend juga telah dikuasai. Foto hasil riasan Mbak Eka sudah banyak bertebaran di media sosial. Secara tidak langsung wajah client hasil riasan yang diunggah di sosial media juga menjadi media promosi. Bisnis salon adalah bisnis jasa, kepuasan konsumen yang membuatnya menjadi langganan, dan keuntungan akan mengikuti.

Mbak Eka mengaku, sebelum pandemi COVID-19 penghasilan per bulan minimal bisa mencapai delapan juta rupiah. “Kalau sekarang kan nggak ada orang bikin pesta, nikah paling cuma akad aja. Jadi menurun.” Ujarnya. 

Dampak pandemi terhadap perekonomian memang tidak bisa dihindari, apalagi bagi pelaku usaha yang berkaitan dengan pesta. “Untungnya sih meskipun rias sepi tapi salon masih jalan.” Treatment di salon Mbak Eka dilakukan sesuai protokol kesehatan seperti menjaga jarak antarpelanggan, pengenaan masker, cuci tangan dan penyediaan handsanitizer dan sebagainya. 
Sejauh ini meski penghasilan tidak sebayak sebelumnya, namun masih sangat cukup untuknya dan karyawan. Mbak Eka juga punya 3 Orang karyawan yang membantu di Dieka Salon. Beberapa treatmen tetap dipegang oleh Mbak Eka sendiri.

“Langganan sukanya kalau saya sendiri yang pegang,” jelasnya. “Jadi karyawan sifatnya hanya membantu melanjutkan beberapa treatment.”

Waktu penulis menanyakan apa mimpi Mbak Eka terkait bisnisnya pada (2/6) ia bilang, “Pingin buka cabang sambil membesarkan lembaga kursus biar lebih banyak orang yang belajar. Syukur-syukur yang belajar bisa buka salon juga, rejeki di situ.” Intinya Mbak Eka ingin membagi ilmu lebih banyak, membantu buka rejeki lebih banyak. Di saat orang lain mungkin takut tersaingi, Mbak Eka malah sebaliknya, “Ya namanya ilmu. Yang saya punya sekarang dibagi. Nanti saya belajar ilmu baru yang lain, kalau sudah bisa dibagi lagi. Begitu terus.” Mbak Eka menyeriusi cita-citanya tentang berbagi ini lewat pendirian LKP Dieka Salon. Secara berkala dia membuka pelatihan treatment kecantikan mulai dari potong rambut hingga rias. Puluhan murid sudah lulus dari pelatihan dan banyak pula yang sukses mendirikan salonnya sendiri. 


“Saya kan memang awalnya dari hobi, jadi seneng kerja gini. Lebih seneng lagi kalau dapet ilmu baru dan bisa dibagi.” pungkasnya. Mendapatkan penghasilan dari hobi adalah satu keberuntungan. Dengan membagi ilmu tata kecantikan, Mbak Eka berharap tidak hanya dia yang bisa dapat penghasilan dari hobi, tapi juga orang lain yang mau belajar bersama (Endi Arianto, Mahasiswa FE Prodi Ekonomi Islam UNU NTB)


Post a Comment

Previous Post Next Post