Tiga Corak Pemikiran EKONOMI ISLAM

 

Romi Aldi, Penulis (Foto: Dokumen Pribadi)


By: ROMI ALDI

 

Seperti halnya sistem ekonomi konvensional, ekonomi Islam juga punya aliran dan konsep sedikit berbeda. Jika dtelisik sejarah pemikiran dalam ekonomi, kemunculan aliran-aliran tidak lebih dan tidak kurang, berkaitan erat dengan situasi dan kondisi  dan realitas yang terjadi

SEMPATBACA- Selepas membaca buku yang ditulis salah satu akademisi UNU NTB, Mashur, S.E.I, ME, saya mengetahui, aliran-aliran dalam Ekonomi Islam.

Berikut aliran-aliran dalam ekonomi Islam. Hanya saja, ringkas saja, saya uraikan.

Pertama, Aliran Iqtishaduna. Mahzab ini dipelopolri Baqir as-Sadr dengan bukunya yang fenomenal “Iqtishaduna” (Our Economics/Ekonomi Kita). Mazhab ini berpendapat ilmu ekonomi tak bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi dan Islam tetap Islam. Keduanya tak bisa disatukan. Keduanya berasal dari fislosofi yang kontradiktif. Yang satu anti-Islam, yang lainnya Islam.

Menurut pandangan mereka, perbedaan filosofis ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya dalam melihat masalah ekonomi. Menurut ilmu ekonomi yang sudah kita kenal, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas, sementara sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan manusia jumlahnya terbatas. Mazhab Baqir menolak pernyataan ini, karena menurut mereka Islam tidak mengenal adanya sumber daya yang terbatas. Dalil yang dipakai adalah al-Quran. "Sesungguhnya telah kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepanya" (QS Al-Qomar [54]: 49). Selain Muhammad Baqir as-Sadr, nama-nama seperti Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr, Iraj Toutouchian, Hedayati, dan lainnya adalah sejumlah nama yang dianggap sebagai tokoh mazhab ini.

Kedua, Aliran Mainstream. Mazhab ini beda pendapat dengan mazhab yang pertama. Mazhab kedua ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui Islam. Argumennya adalah ayat berikut : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS: Al-Baqarah [2]: 155). Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal alamiah. Dalilnya: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)" (QS: At-Takaastur [102]:1-3).

BACA JUGA : Esensi EPISTEMOLOGI dan Ilmu EKONOMI ISLAM

Pandangan mahzab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi. Perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi konvensional terletak pada cara menyelesaikan masalah tersebut.

Tokoh-tokoh mazhab ini di antaranya M. Umer Capra, M.A. Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, dan lainnya. Mayoritas dari mereka bekerja di Islamic Development Bank (IDB), yang memiliki dukungan dana dan akses ke berbagai negara, sehingga penyebaran pemikirannya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Mereka para doktor sekaligus profesor di bidang ekonomi yang belajar (dan ada juga yang mengajar) di universitas-universitas barat. Oleh sebab itu, mazhab ini tidak pernah membuang sekaligus teori-teori ekonomi konvensional ke keranjang sampah.

Memang, mengambil hal-hal baik dan bermanfaat yang dihasilkan oleh bangsa dan budaya non-Islam sama sekali tidak diharamkan. Nabi bersabda bahwa hikmah/ilmu itu bagi umat Islam adalah ibarat barang yang hilang. Di mana saja ditemukan, maka umat Islamlah yang paling berhak mengambilnya. Sejarah telah menujukkan kepada kita bahwa para ulama dan ilmuwan Islam banyak yang meminjam ilmu dari peradaban lain seperti Yunani, India, Persia, Cina dan sebagainya. Pendek kata, yang bermanfaat atau sesuai dengan Islam diambil, yang tidak bermanfaat atau bertentangan dengan ajaran Islam ditinggalkan.

Ketiga, Aliran alternatif kritis (Alternatif). Pelopor mahzab ini adalah Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi University of Sourthen California), Jomo (Yale, Cambridge, Harvad, Malaya), Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik mazhab sebelumnya. Mazhab Baqir dikritik sebagai mazhab yang berusaha menemukan hal baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain. Menghancurkan teori lama, kemudian menggantinya dengan teori baru. Sementara itu, mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neoklasik (modern) yang menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat dan niat. Mazhab ini adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka punya pendapat : analisis kritis bukan hanya dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap EI itu sendiri. Kelompok ini, yakin, Islam pasti benar, tetapi EI belum tentu benar karena ekonomi Islam adalah hasil tafsiran manusia atas Al-Quran dan as-Sunnah sebagai epistimologi ilmu EI, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang diajukan oleh EI harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana dilakukan terhadap ekonomi konvensional.

Lebih lanjut, tak ubahnya, sistem ekonomi konvensional—EI juga beda-beda konsepnya. Lantas muncul aliran-aliran dalam EI. Pun kemudian, jika dtelisik sejarah pemikiran dalam ekonomi, kemunculan aliran-aliran tidak lebih dan tidak kurang, sangat erat kaitanya dengan situasi dan kondisi  dan realitas yang terjadi. Alhasil, satu aliran melakukan koreksi ‘kritik, terhadap aliran dan pemikiran yang lain, di satu sisi. Sementara disisi lain, melakukan evaluasi atas koreksi yang dilakukannya, terhadap aliran-aliran ekonomi sebelumnya, atas dasr dianggap kurang bahkan cenderung tidak mampu menyelesaikan persoalna ekonomi yang tengah dihadapi dan terus berkembang.

Dalam ekonomi konvensional, kita juga mengenal ekonomi klasik, neoklasik, Marxis, historis, instusional, moneteris, dan lainnya. Demikian halnya, Ilmu EI , tidak terlepas dari apa yang terjadi, dengan lain kata terdapat atau mazhab-mazhab ekonomi.

Demikian, ulasan saya. Sepenuhnya uraian-uraian di atas, bersumber dari koleksi buku baru saya.wkwkwk. oh ya, judulnya: Filsafat Ekonomi Islam.

Post a Comment

Previous Post Next Post