CEO Bukalapak: Ini Lho Tantangan Ekonomi Digital Indonesia !



SempatBaca.com-Era pandemi virus corona saat ini seharusnya menjadi peluang bagi ekonomi digital. Sebab masyarakat lebih memilih berbelanja online ketimbang datang ke toko fisik.

Sayang beribu sayang, potensi besar ekonomi digital tersebut memiliki tantangan yang sama besarnya. CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin membeberkan, ada kejanggalan pada ekosistem ekonomi digital di Indonesia.

Menurut Rachmat, pada 2019 jumlah internet user Indonesia mencapai 152 juta atau 60 persen dari total jumlah penduduk. Angka tersebut naik pesat dibandingkan 2015 yang tercatat hanya 92 juta pengguna internet, tumbuh hampir 50 persen. Namun, angka ini tidak tercermin dalam ekosistem ekonomi digital.

"Tapi begitu kita lihat ke bisnis, ini transaksi e-commerce terhadap transaksi ritel totalnya sangat kecil, hanya 3-5 persen," kata Rahmat dalam MilenialFest Conference 2020, Sabtu (15/8).

Menurut dia, ketimpangan ini terjadi karena 66 persen orang Indonesia tidak punya rekening bank. Selain itu, hanya 16,3 persen masyarakat yang menggunakan internet dalam menjalankan bisnis.

ADVERTISEMENT


"Ini masih sangat panjang perjalanannya,” ujar Rachmat. 

Padahal menurut Rachmat, pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditentukan oleh keberhasilan perdagangan. Makin luas perdagangan suatu negara, maka negara tersebut semakin maju.

"Era pandemi virus corona saat ini seharusnya menjadi peluang bagi ekonomi digital. Sebab masyarakat lebih memilih berbelanja online ketimbang datang ke toko fisik. Sayang beribu sayang, potensi besar ekonomi digital tersebut memiliki tantangan yang sama besarnya"

Dalam ekosistem ekonomi digital, ada empat hal yang bisa membuat sebuah bisnis atau perdagangan berhasil. Pertama, kemampuan logistik yang baik. Saat ini dengan adanya transportasi udara, pengiriman barang menjadi lebih cepat dan mudah. 

Kedua, perdagangan akan berhasil jika terjadi arus informasi yang baik. Zaman dulu, orang masih kesulitan untuk berkomunikasi jarak jauh.

Namun sekarang dengan adanya internet, orang bisa kaya akan informasi. Dengan mudahnya infomasi maka aktivitas jual beli juga semakin lancar.

Ketiga, bisnis di era ekonomi digital tentunya membutuhkan payment sistem. Inilah tantangan yang dihadapi Indonesia, apalagi banyak masyarakatnya yang masih unbankable.

"Dulu orang pakai barter. Tapi itu sulit karena kita hanya bisa barter bukan hanya dengan orang yang butuh barang kita tapi kita juga butuh barang dia. Sekarang lebih mudah karena muncul digital payment," ujarnya.

Bos Bukalapak Ungkap Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia (1)

Platform e-commerce Bukalapak. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan

Terakhir, dalam ekonomi digital, para pelakunya juga memerlukan trust atau kepercayaan. Menurut Rachmat poin ini juga menjadi tantangan tersendiri di Indonesia. Sebab masih banyak orang yang belum percaya melakukan jual beli secara online.

"Trust. Orang jual beli online harus percaya bahwa ini adalah barang bagus, bahwa ini adalah good price," ujarnya.

Untuk itu, menurut Rachmat, di Bukalapak pihaknya mencoba menjawab semua tantangan tersebut. Rachmat mengatakan selain menyediakan pilihan barang yang lengkap, pihaknya memastikan bahwa persoalan logistik juga aman. Hingga saat ini Bukalapak telah bekerja sama dengan belasan perusahaan logistik. 

Selain itu, platform ini juga menyediakan banyak pilihan pembayaran. Ada puluhan bank yang digandeng Bukalapak untuk memudahkan penggunanya dalam bertransaksi. Rachmat juga memastikan platformnya aman sehingga masyarakat tidak perlu ragu jual beli online. 

"Kami di Bukalapak punya misi bagaimana caranya bisa membawa a fair economy for all. Yang adil buat semua orang. Kita bukan membawa perdagangan ke masyarakat menengah ke atas saja tapi semua dari atas sampai bawah. Kita bawa UMKM," ujarnya (AN-SB/kumparan.com)


Post a Comment

Previous Post Next Post